Heru menilai, biogas yang dihasilkan dari limbah kotoran sapi itu sudah menghemat biaya kebutuhan warga sekitar.
Bahkan, salah satu rumah warga diakui Heru sudah menyetok gas dari limbah hewan selama 3 bulan.
BACA JUGA:Golkar Ungkap Alasan Usul Jusuf Hamka Sebagai Cawagub Kaesang di Pilkada Jakarta
BACA JUGA:Polair Gerebek Gudang Penampungan Benih Lobster Ilegal Senilai Rp 22 Miliar, 9 Orang Ditangkap
"Rumah Dewan Kota sudah hemat Rp 600 ribu. Selain jadi gas, ada 2 jenis pupuk, ada pupuk cair dan padat," bebernya.
Pupuk pertama, kata Heru merupakan urin dari sapi yang diolah dan dimasukan dalam botol satu liter dijual seharga Rp 25 ribu.
Pupuk kotoran cair sapi, dijual seharga Rp 20 ribu dan pupuk padat dihargai Rp 10 ribu perplastik.
"Bisa dibeli juga di online, kalau urin yang agak lebih mahal. Di Jakarta Selatan ada 73 peternak, rata-rata satu titik ada 10-15 sapi, ke depan kami akan lakukan seperti ini," tukasnya.