"Saat anak-anak diberi pilihan, ada kecenderungan memilih yang mudah dan terlalu buru-buru menarik kesimpulan, ungkapnya.
Ia mencontohkan siswa yang hanya berminat di bidang seni sehingga buru-buru tidak mengambil mapel seperti biologi, sosiologi, antropologi.
"Padahal scientist dan artist itu profilnya mirip sebetulnya. Tak kenal maka tak sayang."
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya mengetahui minat anak sejak jenjang lebih awal.
BACA JUGA:Ini 7 Jurusan Kuliah yang Memiliki Prospek Kerja Tinggi, Referensi untuk Calon Mahasiswa!
"Jadi tantangan ke depan jatuh pada tahapan lebih awal. Guru dari PAUD, SD, SMP harusnya memang bertugas observasi. Termasuk orang tua," tuturnya.
Menurutnya, eksposur di tahapan tersebut penting sekali agar ketika siswa memasuki jenjang SMA telah mengenal dirinya dan dengan mudah memilih peminatan.
Di sisi lain, kebebasan yang diberikan untuk memilih mapel menyebabkan adanya apel favorit dan sepi peminat.
Menurutnya, hal ini menjadi konsekuensi serta tantangan agar guru menerapkan model pembelajaran yang menyenangkan.
"Justru harusnya ini memicu guru untuk berupaya membuat mapelnya menarik, sehingga membuat siswa berminat. Banyak siswa yang tidak tertarik kimia karena tidak suka gurunya. Padahal kalo gurunya mengajar dengan menarik, siswa tersebut bisa jadi suka kimia," tandasnya.
Sedangkan terkait gaji, guru harus tetap dibayar utuh tanpa memperhatikan banyak atau sedikitnya siswa yang diajar.
"Jadi guru tidak perlu takut kehilangan penghasilan. Tapi dengan Kurikulum Merdeka yang berbasis proyek, harusnya tiap guru mapel terpakai," pungkasnya.