Berkenalan dengan Sapaan Sang Giri, Novel Tentang Perbudakan Orang Jawa di Afrika Selatan

Minggu 04-08-2024,17:22 WIB
Reporter : Bianca Chairunisa
Editor : M. Ichsan

JAKARTA, DISWAY.ID-- Dalam dunia sejarah, kenyataan pahit tentang perbudakan orang-orang yang dijajah oleh Belanda seringkali menjadi bagian yang terabaikan.

Bahkan, bagian ini seringkali tidak masuk dalam narasi sejarah arus utama, seolah-olah tidak layak mendapat pengakuan dan pemahaman yang lebih besar.

BACA JUGA:Mengenal Kelamnya Sejarah yang Terlupakan lewat Novel Sapaan Sang Giri Isna Marifa

BACA JUGA:5 Rekomendasi Novel Sejarah Indonesia Terbaik, Ada Max Havelaar hingga Laut Bercerita

Keadaan inilah yang mendorong Isna Marifa untuk menulis novel berjudul Sapaan Sang Giri. Diterbitkan oleh Kabar Media Books, karya ini menyoroti babak penting dalam sejarah Indonesia.

"Tak banyak yang mengetahui sejarah perdagangan budak dari Nusantara ke Afrika Selatan di abad ke-18; tempat yang juga menjadi tempat pengasingan bagi para pejuang dan pangeran Nusantara yang melawan VOC," Kata Isna Marifa dalam sambutannya pada acara Media Gathering dan Diskusi yang diadakan di Pusat Kesenian Dia.lo.gue, Kemang, pada hari Sabtu 3 Agustus 2024.

Buku Sapaan Sang Giri berkisar pada karakter Parto dan Wulan, yang mendapati diri mereka diperbudak di Tanjung Harapan, Afrika Selatan karena ketidakmampuan Parto membayar utang.

Bersama rekan-rekan buruh perkebunan, mereka berupaya mempertahankan budaya dan cara hidup Jawa di lingkungan asing tersebut.

BACA JUGA:3 Rekomendasi Novel Digital tentang Age Gap Relationship, Saat Cinta Tak Mengenal Batas Usia

BACA JUGA:Rekomendasi Novel Horor, Ini 4 Bacaan Pilihan Paling Seram di Aplikasi Digital

Melalui penceritaan yang rumit dan pengembangan karakter yang bernuansa, Sapaan Sang Giri tidak hanya menggali kerinduan para karakter terhadap tanah airnya tetapi juga memberikan gambaran sekilas tentang sejarah Jawa dan Cape Colony.

"Isna Marifa telah memberikan nyawa, menghidupkan, serpihan sejarah penindasan kolonial di tanah Jawa dan Tanjung Harapan, Afrika Selatan.

Novel ini merupakan perpaduan hasil penelitian yang cermat dan garapan sastrawi, sehingga menjadi bacaan yang berbobot dan lancar dibaca," Ujar Penyair dan Pengiat Hak Asasi Manusia, Putu Oka Sukanta, ketika ditemui dalam kesempatan yang sama.

BACA JUGA:Mau Uang Rp25 Ribu Gratis per Hari? Yuk Luangkan Waktu Membaca di Aplikasi Fizzo Novel

BACA JUGA:Kapan Lagi Baca Novel Terus Dibayar, Kumpulkan Poinnya di Aplikasi Ini Bisa Klaim Saldo DANA Gratis Rp 700 Ribu

Kategori :