Ruam dan lesi biasanya berlangsung antara 2-4 minggu dan sering disertai gejala lain seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri punggung, kelelahan, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Gejala biasanya mulai dalam seminggu setelah tertular virus, tetapi dapat mulai dari satu hingga 21 hari setelah terpapar.
Anak-anak, ibu hamil, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah, termasuk penderita HIV yang tidak terkontrol dengan baik, berisiko lebih tinggi mengalami penyakit serius dan kematian akibat komplikasi dari Mpox.
Beberapa orang yang terkena Mpox dapat menjadi sangat parah antara lain jika terjadi ko-infeksi bakteri pada kulit yang dapat menyebabkan kerusakan kulit yang serius.
Komplikasi lainnya meliputi pneumonia, infeksi pada kornea mata, nyeri atau kesulitan menelan, muntah dan diare, sepsis, radang otak (ensefalitis), jantung (miokarditis), dan infeksi pada organ genital atau saluran kemih.
BACA JUGA:Cara Skrining SatuSehat Health Pass untuk WNI-WNA, Antisipasi Penyebaran Mpox Makin Luas!
Cara Diagnosis Mpox
Diagnosis virus Mpox penting untuk dilakukan karena terdapat beberapa penyakit lain yang memiliki gejala yang mirip dengan Mpox.
Gejala klinis Mpox seringkali serupa atau mirip dengan kasus cacar air, campak, flu Singapura atau hand, foot, and mouth disease (HFMD), herpes, sifilis, infeksi bakteri pada kulit atau infeksi menular seksual lainnya.
Seseorang yang terkena Mpox mungkin juga mengalami infeksi menular seksual lainnya pada saat yang sama, seperti sifilis atau herpes. Selain itu, anak yang diduga terkena Mpox juga sering menderita cacar air.
Karena alasan ini, pengujian dini sangat penting agar penderita segera mendapatkan perawatan sedini mungkin untuk mencegah penyakit lebih parah dan penyebaran lebih luas.
Adapun uji laboratorium untuk Mpox adalah deteksi DNA virus dengan teknik polymerase chain reaction (PCR).
Spesimen diagnostik diambil langsung dari ruam kulit, cairan atau kerak. Jika tidak ada lesi kulit, pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan usapan tenggorokan atau anus.
Pengujian darah tidak direkomendasikan. Metode deteksi antibodi mungkin tidak berguna karena tidak dapat membedakan antara berbagai jenis orthopoxvirus.
Kasus Mpox di Indonesia
Melansir data dari Kemenkes RI hingga tanggal 17 Agustus 2024 yang lalu, kasus Mpox di Indonesia telah terkonfirmasi sebanyak 88 kasus Mpox sejak tahun 2022.