TANGERANG, DISWAY.ID -- Ketua RT 06 Perumahan Blok G3, Kel. Petir, Kec. Cipondoh, Tangerang, Banten beberkan keseharian pasangan suami istri (pasutri) yang tewas bersimbah darah dengan luka tusukan di sekujur tubuh.
Ketua RT Budi Sanyata (57) menjelaskan bahwa pasutri itu bernama BK (suami) dan RB (istri).
BACA JUGA:Pasutri Tewas dengan Luka Tusuk di Cipondoh Tangerang Titipkan Wasiat, Apa Isinya?
BACA JUGA:Jasad Lansia Pasutri di Cipondoh Ditemukan, Ternyata Begini Faktanya
Keduanya telah berumur sepuh, kisaran 60-70 tahun.
Sejatinya, kata Budi, mereka bukan asli penduduk tangerang. Tetapi dalam keterangan Kartu Tanda Penduduk (KTP) merupakan warga Jakarta Barat. Meski begitu, mereka sudah lama tinggal di perumahan Metland Puri, Tangerang.
Dalam kesehariannya, Budi menjelaskan, mereka (korban) sering berkumpul dengan warga sekitar di balai keamanan (Pos RT) yang letaknya kurang lebih 200 meter dari rumah kejadian perkara.
"Terutama istrinya tiap hari itu nongkrong di sini (balai pos RT) nonton TV setiap hari," ujarnya kepada awak media di balai keamanan RT Jumat, 6 September 2024.
BACA JUGA:Geger! Diduga Korban Pembunuhan, Pasutri Ditemukan Tewas Mengenaskan di Cipondoh Tangerang
"Kalau suaminya kan kadang masih dagang, masih dagang. Nah (suami) kalau pulang (dagang) ngerokok di sini. Pulang disini ngerokok disini malam baru bentar, sampai jam 9 baru pulang," sambung Budi.
Dia pun menjelaskan bahwa terakhir bertemu dengan pasutri itu sejak Agustus akhir bulan lalu. Biasanya RB (istri) setiap hari selalu mampir ke balai pos kemanan RT.
"Kalau yang istrinya itu kan biasanya tiap hari nonton TV di sini. Itu terakhir kalau gak salah malam Jumat (29/8) karena nonton sinetron kan masih ada. Nah selanjutnya nggak lihat lagi," ungkapnya.
Sementara BK (suami), kata Budi, terakhir bertemu dengan korban pada Sabtu malam, 31 Agustus 2024. BK pun sempat meminjam Gerinda (alat pemotong logam) kepada dirinya.
"Nah, Sabtu malam minggu di sini nih, nongkrong. Kurang lebih jam 10 malam itu mau minjem gerinda ke saya di sini. Mau minjem gerinda," imbuhnya.
"Begitu saya ambil gerenda, dia bilang 'kok gede amat terus masangnya gimana?' lah saya nggak kasih, orang masang aja nggak bisa, orang tua kan. Gak saya kasih," lanjut Budi.