Ketua RT Ungkap Perizinan Menara BTS di Bekasi yang Ambruk dan Tewaskan Satu Orang

Warga di Jalan Mista Raya, Kavling Bumi Indah Sejahtera, RT 08/RW 05, Desa Karang Satria, Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, dievakuasi usai runtuhnya beton menara bts.-Disway.id/Dimas Rafi-
BEKASI, DISWAY.ID - Menara setinggi 25 meter ambruk akibat dari beton penyangga roboh dan menimpa satu pekerja hingga tewas dari kejadian tersebut.
Peristiwa tersebut terletak di Jalan Mista Raya, Kavling Bumi Indah Sejahtera, RT 08/RW 05, Desa Karang Satria, Tambun Utara, Kabupaten Bekasi pada Senin, 27 Januari 2025.
BACA JUGA:Polisi Periksa Tujuh Saksi Insiden Beton Penyangga BTS yang Ambruk di Bekasi
BACA JUGA:Polisi Selidiki Penyebab Ambruknya Beton Penyangga BTS yang Tewaskan Satu Pekerja
Ketua RT 08/RW 05 Desa Karang Satria, Listiawati menduga perizinan tersebut dimiliki oleh perusahaan vendor yang berkantor di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
"Tower ini dari perizinannya salah satu PT yang menjadi vendor pemancar beberapa provider," ucap Listiawati di Bekasi pada Rabu, 29 Januari 2025.
Listiawati menyatakan bahwa perusahan tersebut bertindak sebagai vendor. Perusahaan itu membangun menara sementara di lokasi yang sama antara September dan Desember 2024.
Setelah tower sementara selesai, perusahaan melanjutkan pembangunan menara permanen di atas bangunan musala pada bulan Januari 2025.
Meski demikian, Listiawati mengaku belum bisa memastikan apakah perusahan itu sudah mencantumkan rencana pembangunan menara di gedung mushola tersebut dalam dokumen perizinannya.
Dia berpendapat bahwa teknisi konstruksi yang dimaksud adalah orang yang dapat diandalkan dan merupakan anggota tim yang bertanggung jawab membangun menara tersebut.
"Makanya saya paham kapasitas saya wanita yang tidak paham soal bangunan seperti itu," jelas dia.
Listiawati mengungkapkan, sebanyak 46 kepala keluarga (KK) yang tinggal di sekitar lokasi awalnya menolak pembangunan menara tersebut.
Kurangnya pemahaman warga terkait proses pembangunan menara menjadi alasan penolakan mereka.
BACA JUGA:Petugas Damkar Berhasil Evakuasi Pekerja yang Tertimpa Beton Penyangga BTS di Tambun
Mengetahui penolakan tersebut, pihak vendor kemudian berupaya menemui langsung warga dengan melakukan audiensi.
Setelah audiensi, warga akhirnya menyetujui pembangunan menara tersebut. Persetujuan ini diresmikan melalui upacara penandatanganan yang disaksikan oleh pihak vendor.
Menurut Listiawati, total ada 46 keluarga yang menerima ganti rugi dari vendor dengan besaran yang berbeda-beda, dari Rp 1 juta sampai Rp 5 juta.
Menurutnya, dengan meneri kompensasi yang diberikan oleh vendor itu hanya sekali dan tidak akan mendapatkan tambahan lagi.
"Sekali saja," imbuh Listiawati.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: