"Dari saat melahirkan yang pertama, tidak segera (muncul gejala). Tapi kalau orang hamil, 3 bulan, kalau batuk, kencingnya keluar, itu permanen. Kalau permanen itu makin bertambah, nanti ngelahirin makin rusak," ungkapnya.
"Tapi dia kan nggak tahu. Kalau kita nggak punya alat-alat seperti itu, mendeteksinya kerusakannya di mana otot dasar panggung tadi. Jadi otot dasar yang bagus, dia bisa menyanggah kandung kencingnya tetap di tempatn, rahim tetap di tempatnya, kemudian dubur tetap di tempatnya," kata Budi Iman.
Selain ketika batuk, pada kondisi yang semakin parah dapat diketahui dengan keluar kencing ketika berjalan.
BACA JUGA:GERD Bisa Sembuh dengan Bedah Laparoskopi, Ini Penjelasan Ahli
BACA JUGA:Sempat Membantah, Dekan FK Undip Akhirnya Akui Adanya Bullying PPDS
"Kalau kita pakai medis tentu harus ditimbang. Nanti dipasang ember kecil, ditimbang 1 jam sebelum sama sesudah dia jalan-jalan. Kalau dia masih 25 gram beratnya, itu ringan. Kalau sudah diatas 15 atau diatas 20, berat," ucap Budi Iman.
Jika kerusakan sudah berat, perlu segera dilakukan tindakan.
"Tindakan itu kalau masih ringan, kalau pakai PI-ONE itu kan kita bisa melatih. Nah, pelatihan itu dengan mudah," jelasnya.
Ia menjelaskan, terdapat dua pelatihan yang bisa dilakukan di rumah, yakni kegel dan menggunakan alat elektrik.
Latihan kegel, menurutnya kerap gagal karena memerlukan konsistensi untuk dilakukan selama 3-6 bulan secara rutin.
BACA JUGA:Menkes Ungkap Alasan Vaksin Mpox Tak Diberikan untuk Masyarakat Umum
BACA JUGA:Mengenal Patient Navigator untuk Pasien Kanker yang Kerap Menyangkal dan Tunda Pengobatan
Latihan kegel sendiri disarankan untuk dilakukan pada saat sebelum dan ketika hamil.
"Kalau sebelum hamil, selama kehamilan dilatih, dia akan mempercepat pemulihan."
Sehingga, jika estimasi gejala muncul pada 3 bulan pertama kehamilan, cukup 1-2 bulan dilakukan latihan ini dapat pulih kembali.
Kendati ia juga menyarankan agar melakukan latihan ini bahkan setelah melahirkan.