JAKARTA, DISWAY.ID-- Demensia alzheimer merupakan salah satu gangguan kognitif yang ditandai dengan penurunan gejala demensia secara terus menerus semakin memburuk.
Adapun gejala demensia secara umum seperti penurunan daya ingat, sulit fokus, masalah daman berbicara dan bahasa, sulit melakukan perencanaan, disorientasi tempat dan wakti, kesulitan memahami visuospasial, perubahan perilaku, hingga delusi dan halusinasi.
BACA JUGA:Pusat Kesehatan Lansia jadi Support System Caregiver Demensia
BACA JUGA:Tunggakan Iuran BPJS Kesehatan di Jakut Tembus Rp43 Miliar, Peserta Diminta Cicil Via REHAB
Gejala ini memang banyak dialami oleh orang yang telah lanjut usia.
Namun begitu, dokter spesialis neurologi Prof Dr dr Yuda Turana, SpN menjelaskan, alzheimer meruakan kondisi di mana penuaan otak terjadi begitu cepat dari yang seharusnya.
Kondisi ini juga tidak bisa diobati, tetapi dapat diperlambat prosesnya.
"Sampai saat ini nggak ada yang bisa menyetop proses tadi, seiring juga memang penuaan kita enggak bisa stop, tapi yang bisa kita lakukan adalah memperlambat prosesnya," terang Yuda ketika ditemui di Unika Atma Jaya Semanggi, Jakarta, 20 September 2024.
BACA JUGA:Tunggakan Iuran BPJS Kesehatan di Jakut Tembus Rp43 Miliar, Peserta Diminta Cicil Via REHAB
BACA JUGA:Polda Jabar Periksa Kesehatan Korban Gempa Bandung, Berikut Datanya
Sementara itu, demensia alzheimer dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai dari genetik hingga gaya hidup.
"Kalau di keluarga ada yang kena penyakit degeneratif, termasuk parkinson, demensia alzheimer, risiko tentu lebih besar. Apalagi ada faktor risiko lain, terasuk yang modifiable" lanjutnya.
Yuda mengungkapkan bahwa faktor ini sudah banyak ditemukan di Indonesia, seperti merokok, polusi, hingga aspek psikologis.
Pada anak muda, salah satu kondis yang lazim adalah gangguan pendengaran dan kesulitan berkonsentrasi akibat pengaruh gadget.
BACA JUGA:Ridwan Kamil Soroti Masalah Pendidikan dan Kesehatan di Jakarta