Bambu Hermawan

Minggu 06-10-2024,04:00 WIB
Oleh: Dahlan Iskan

Ia guru besar ITB. Mengajar mata kuliah nano material, quantum computing, dan new material. Doktornya teknik fisika. Bidang fisika material.

Saya satu pesawat dengan beliau. Di kelas ekonomi. Dalam perjalanan pulang dari Aceh ke Jakarta.

Saya bisa berdiskusi lebih lanjut soal cara ”menjadi universitas kelas dunia”. Beliau memang ditunjuk pemerintah untuk itu.

Namanya: Hermawan Kresno Dipojono. Orang Yogya yang menamatkan sekolahnya di SMAN 1 Jember. Ayahnya seorang dosen. Sang ayah menjadi salah satu pendiri Universitas Jember.

Dari Jember Hermawan kuliah di ITB. Teknik fisika. Lalu ke Ohio State University di kota Colombus. Jaringan ilmuwannya di Amerika terus terjaga. Salah satunya dengan seorang guru besar yang punya indeks H tertinggi dari University of California Berkeley. Anda sudah tahu: itu tidak jauh dari San Francisco.

Anda sudah tahun: H-indeks adalah alat pengukur kinerja riset. H, Anda juga sudah tahu, diambil dari nama penemu rumus indeks tersebut.

Prof Hermawan memanfaatkan pertemanannya itu untuk Indonesia. Ia menebengkan mahasiswa S-2 dan S-3 nya di sana: untuk bisa masuk ke lingkaran penelitian kelas dunia.

Sudah ada tiga mahasiswa kita yang di sana. Ikut melakukan riset di bidang nano tehnologi, new material dan quantum computing.

"Sebenarnya beliau minta lima mahasiswa lagi. Saya belum punya calon yang bisa dikirim ke sana," ujar Prof Hermawan. Ia tidak mau asal kirim. Ia juga harus menjaga reputasi agar kepercayaan tidak luntur.

Hermawan sendiri pandai mengajar. Saya sudah beberapa kali bertemu tapi baru hari itu mengikuti kuliahnya: di forum Majelis Wali Amanat PTNBH di Aceh Jumat lalu.

Halaman pertama presentasi Hermawan berisi lima baris panjang. Kalimat itu tidak bisa dibaca. Tidak ada hurufnya. Terbentuk dari angka semua. Tanpa jarak spasi.

Untuk bisa ”membaca” kalimat itu diperlukan waktu 200.000 tahun. Dulu. Kini, dengan quantum komputing hanya perlu waktu empat menit.

Kuncinya di riset.

Kualitas riset.

Iklim riset.

Iklim itu harus diciptakan. Salah satunya lewat networking seperti yang ia lakukan.

"Indonesia itu serba kaya," ujar Prof Hermawan. "Salah satunya: kaya masalah," selorohnya. Dengan kekayaan masalah itu, mestinya, riset menjadi sangat subur.

Hermawan lantas menampilkan data perbandingan riset dari banyak negara. Anda pun sudah menduga: angka Indonesia serba rendah. Atau terendah. Termasuk angka gaji dosennya. Yang di UM-pun sudah Rp 105 juta/bulan.

Banyak peserta menengok kagum ke meja UM Malang --dulunya IKIP Malang. Dikira gaji dosen di UM setinggi itu. Ternyata UM yang dimaksud di tabel itu salah satu universitas di Malaysia.

UM sudah masuk ranking sedikit di atas 100 dalam peringkat H-indeks dunia. Anggarannya Rp 4 triliun setahun. Publikasi Scopusnya 75.000. Lebih sedikit. Jumlah dosennya 2.500 --24 persennya dosen asing.  Jumlah mahasiswa 17.000.

Gaji dan anggaran memang salah satu jalan menuju WCU. Tapi Prof Hermawan menganggap itu satu dari ”kekayaan” masalah kita. Tidak boleh menyerah. Merdeka saja bisa pakai bambu runcing. Masuk ke WCU tentu juga bisa pakai bambu yang sedikit lebih tumpul.

Untuk itu Hermawan memuji seorang dosen wanita di Semarang. Kami semua terpana. Nama itu begitu asing di telinga umumnya akademisi Indonesia. Tapi dia itulah yang memegang nilai tertinggi H-indeks di seluruh Indonesia.

Namanyi: Dina Nur Anggraini Ningrum. Dosen di Unnes Semarang --dulu IKIP Semarang.

Saat jeda acara saya nebeng ke meja MWA Unnes. Ingin tahu siapa Dina. Saya pun dapat nomor telepon Dina.

Malamnya saya telepon Dina. Ingin kenalan. Juga ingin tahu bagaimana Dina bisa memegang rekor penelitian di Indonesia.

"Lho kita kan pernah bertemu, Pak," jawab Dina.

"Hah?”

"Bapak lupa ya. Kita bertemu di Taiwan," ujar Dina. "Saat bapak memberi kuliah umum saya masih mahasiswa S-3 di sana. Kita sempat ngobrol bersama teman-teman".

" Anda yang cantik mungil dan imut itu?"

"Saya ingat bapak memuji kami beruntung bisa kuliah di Taiwan yang ekonominya unik: lebih bertumpu pada usaha kecil dan menengah".

Dina ternyata punya cara sendiri untuk berprestasi dalam riset: bergabung ke grup riset yang besar (lihat Disway soal Dina edisi besok). Itulah, kata Hermawan, salah satu cara terbaik di saat serba kekurangan di Indonesia: bergabung ke grup riset dunia yang besar.

Cara lainnya lagi: bergabung ke tokoh-tokoh riset dunia. Bukan grup. Tapi tokoh perorangan. Seperti yang Hermawan lakukan dengan jaringannya di Berkeley.

Masih ada cara lain: kolaborasi sesama universitas di Indonesia. Dana yang sedikit di banyak universitas disinergikan. Untuk itu kita memang masih harus menghadapi kekayaan kita: masalah sulitnya bekerja sama.

Apa pun caranya jalan itu harus ditemukan. Pendidikan adalah cara terbaik untuk mengatasi kemiskinan. Menurut Prof Dr Mohamad Nuh, ketua forum MWA PTNBH: Buku-buku terbaik cara mengatasi kemiskinan sudah menyebutkan: hanya lewat pendidikan.

Tidak ada yang tidak sepakat itu --kecuali orang yang tidak pernah membaca buku.( Dahlan Iskan)


Komentar Pilihan  Dahlan Iskan di  Disway Edisi 5 Oktober 2024: Hari Gosip

thamrindahlan

Selamat siang Pak Mario. Pilgub Aceh dijamin aman aman saja. Siapapun pemenangnya pasti putra daerah asli yang akan jadi gubernur dan wakilnya. Tidak seperti Kota Jakarta justru para perantau yang saling berebut menjadi kepala daerah. Walau sama sama daerah khusus / istimewa termasuk Jogyakarta keunikan Aceh sebagai serambi Mekah tidak bisa ditandingkan daerah lain di lihat dari proses sejarah perjuangan melawan penjajah. Salam Tjuk Nyak Din dan Panglima Polim dan juga Bang Surya Paloh.

Jokosp Sp

"Siapa yang paling susah untuk sholat?", tanya ustad. Ibu-ibu pada diam, tak satupun ada yang menjawab. "Saya sudah lihat di Filipina Selatan di orang melayu sana, cukup dengan kerudung segitiga dengan satu peniti cukup". "Di Malaysia juga sama, lebih sederhana segitiga dan satu peniti cukup". "Di Arab Saudi model satu lubang masukkan ke kepala selesai". "Di Indonesia ini ya bu lain daripada yang lain..., ibu-ibu.....ini disebut jilbab sakaratul maut". "Talinya dua meter, pakai dililit-lilit dan dipelintir beberapa kali ke leher". "Diikatkan lagi biar tambah kuat dengan bros kembang sampai susah untuk goyang itu leher". "Menolehpun susah". "Yang di atas kepala ada tiga warna : ada ungu, ada biru, ada hitam, ditambah lagi ada yang miring di bagian jidatnya....wkwkwkwkwkwk". "Ini susah.....sampai sayang untuk dilepas ketika mau untuk bewudlu". "Apalagi mau dibawa untuk sholat". "Belum lagi di belakang kepala masih dipasang kembang sasak biar kelihatan lebih tinggi, benar ibu-ibu?". Benarrrrrrrrrr..... serentak kor dari ibu-ibu. "Ibu-ibu.......kapan bisa sholat dengan mudah?". "Belum lagi itu muka bedaknya tebal sekali dengan dempul, alis pakai dicukur dan ditebalkan lagi dengan pensil". "Ibu-ibu.....hai ibu-ibu.....kenapa harus rumitnya seperti itu, sementara dari Asyar ke Maghrib atau dari Maghrib ke Isya' itu waktu yang terbatas". "Untuk melepas jilbab dan bebedak lagi tidak cukup waktunya untuk mengembalikan dandanannya". "Akhirnya ibu menjamak, waduh kok bisa.....?"

djokoLodang

-o-- Suami menemukan rapor SMP istrinya dan TERKEJUT!! Kaget melihat catatan Guru Wali Kelas yang tertulis…. “Siswa yang paling penurut dan lembut bicaranya.” --koJo.-

Mirza Mirwan

Menurut Anda, apa motivasi seseorang ingin menjadi calon gubernur, bahkan rela mundur dari jabatan menteri (seperti Khofifah dulu dan Rismaharini kemarin itu)? Kalau Anda menjawab ingin membangun daerah, memajukan ini dan itu, bla-bla-bla....., saya akan bilang: preeeet! Motivasi utama adalah duit. Jabatan menteri memang bergengsi, tapi duitnya kecil (kecuali yang niatnya mau korupsi). Kalau dulu Pak DI dari Dirut PLN menjadi menteri BUMN, kelihatannya naik jabatan, lebih bergengsi. Tapi dari penghasilannya jelas melorot, sementara tanggung-jawabnya tambah besar. Jadi motivasinya memang ingin mengabdi, berbuat sesuatu untuk negeri. Begitu pun denga Pak Ignatius Jonan dulu dan Pak Budi Gunadi Sadikin yang berlatar-belakang bankir. Juga Bu Sri Mulyani yang dari Direktur Eksekutif Bank Dunia dengan gaji setara Rp650 juta/bulan kembali jadi menkeu. Memangnya duit apa yang diincar calon gubernur? Duit biaya operasional penunjang jabatan gubernur/wakil gubernur. Besarnya 0,15% dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Biaya operasional ini untuk bupati/walikota antara 0,15% - 3% dari PAD. Lihatlah Jawa Timur, misalnya. PAD Jawa Timur 2024 ini Rp20,392 triliun. Kalau 0,15% berarti Rp30,588 miliar. Dibagi 12 dapatnya Rp2,5 miliar. Dibagi dua dengan wakil gubernur -- persentase untuk gubernur jelas lebih banyak -- berarti miliaran. Per-bulan, lho. Dan itu duit beneran, bukan duit mainan.

djokoLodang

-o-- PENGACARA PINTAR Seorang pengacara beken dari Jakarta menerobos rambu berhenti dan ditilang oleh Polisi di daerah. Merasa lebih pintar daripada polisi dan yakin bahwa ia memiliki pendidikan yang lebih baik daripada polisi mana pun, ia ingin membuktikannya. Percakapan setelah dia diminta meminggirkan mobilnya. Polisi, "Selamat siang. Tolong perlihatkan SIM dan STNK." Pengacara, "Untuk apa?" "Anda tidak berhenti sepenuhnya di rambu Berhenti." "Saya sudah melambat, dan tidak ada kendaraan yang datang di belakang saya. Lagi pula, lalu lintas sedang sepi." "Anda melanggar, karena masih belum berhenti total. Tadi saya melihat dengan jelas. Mana SIM dan STNK?" "Apa bedanya? Tadi saya sudah melambat hingga hampir berhenti total." Polisi berkata, tegas. "Bedanya, Anda harus berhenti total, karena ada rambu Berhenti. Itu hukumnya. Cepat serahkan SIM dan STNK!" Pengacara berkata, “Jika Anda dapat menunjukkan perbedaan hukum antara “melambat” dan “berhenti”, saya akan memberikan SIM dan STNK saya dan Anda boleh memberi saya surat tilang. Jika tidak, Anda harus membiarkan saya pergi dan jangan beri saya surat tilang..” Polisi: “Kedengarannya adil ... Baiklah, silakan keluar dari mobil." Pengacara itu keluar dari kendaraannya. Polisi mengeluarkan tongkatnya dan mulai memukuli pengacara dengan tongkat itu seraya berkata, “Sekarang ... Apakah Anda ingin saya berhenti memukul, atau memperlambat saja?” --koJo.-

Mbah Mars

Setelah Aceh diterjang Tsunami, untuk meringankan beban saudara-saudara di Aceh, kami di Bantul Jogja mengirim bantuan. Kami tidak menyangka akan mengalami hal yg sama, minus Tsunami. Memang warga sempat panik dengan adanya isu Tsunami. Saat itu saya mengangkut 4 pasien e RS Sarjita. Jalanan dipenuhi orang-orang yg jalan kaki menjauhi laut. Gempa besar di Bantul pada tahun 2006 terjadi pada 27 Mei pukul 05:55 WIB. Saya sedang mandi saat goyangan hebat. Jadi lari dari kamar mandi telanjang dada. Gempa ini berkekuatan 6,3 magnitudo dan berpusat di wilayah pesisir selatan Pulau Jawa, dengan kedalaman sekitar 10 kilometer. Akibat gempa tersebut, lebih dari 5.700 orang meninggal, puluhan ribu terluka, dan sekitar 150.000 rumah rusak, terutama di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Gempa ini juga menimbulkan dampak besar terhadap infrastruktur dan sosial-ekonomi di wilayah terdampak. Nah, luarbiasanya, gantian saudara-saudara dari Aceh membantu kami. Salah satu bukti fisiknya, di Bantul berdiri 2 masjid miniatur Masjid Baiturrahman bantuan saudara-saudara dari Aceh. Gempa Bantul juga membawa berkah. Banyak warga yg bisa bikin rumah karena mendapat bantuan pemerintah atau pihak-pihak swasta.

Udin Salemo

#ngomel pagi dulu rakyat berjuang mati-matian untuk mendapatkan demokrasi. rupanya demokrasi itu sekarang adalah mewariskan jabatan ke istri, ke anak, ke saudara. demokrasi itu adalah menjadi anggota parlemen dan jadi senator berpuluh tahun tanpa punya rasa malu. demokrasi itu ketika pemilu paslon melawan kotak kosong. itulah kosongnya otak yang membuat undang-undang. serakahnya pimpinan partai politik. ya, seperti koalisi plus-plus itu. juga rupanya demokrasi itu adalah menjadi anggota parlemen karena give away, wkwkwkwkwkwk.......... sejelek-jeleknya orde baru tak ada tabiat dan usaha mewariskan kekuasaan ke istri, anak, dan mantu. tak ada sifat tamak, karena umur anak tak cukup lalu undang-undangnya dirubah. ajuuuurrrrr.....

Jimmy Marta

Si Mbah putri terkejut ketemu rapor suaminya. " Seperti siswa STM umumnya. Suka cabut, membantah dan keras kepala". A 100 years later. Keduanya berganti peran....wkwk..

Jimmy Marta

Mungkin juga perusuh harus melewati rimba raya pariwara. Biar terbaca, semua iklan dikunjungi pembaca..

Hendro Purba

Soal Ujian : 1.Kalau azas Pemilu kita dikatakan JUJUR, siapa yang tidak jujur ? a. Partai b. Calon c. KPU/Panwas d. Pemilih e. Semua Kalau kita menjawab Semua untuk apa kita habiskan dana sedemikian besar hanya menghasilkan pemerintahan yang tidak dikenan Allah ?

Jokosp Sp

"Inovasi dan berkreasi itu penting". Yang bilang ini bukan dari seorang inovator, tapi seorang team sukses pilkada di samping rumah saya. Maksudnya?, saya nanya balik. "Untuk menjamin para pemilih tetap loyal dan terkontrol maka dibuatkan form, namanya "Form Dukungan Relawan". Buat apa?, saya nanya lagi. "Biar bisa dikontrol sampai saat pencoblosan dan tidak dikadali". Apa isinya form itu?. "NIK, Nama, No HP, Tanda Tangan, dan Nama Relawan". Apa menjamin orang itu tetap loyal saat di bilik?. "Itulah adanya form kontrol, ditulis datanya saat sekaligus penyerahan dana mahar suara". Apalagi itu mahar suara?. "Ahhhh.....sampean mbodo atau pura-pura nggak ngerti?". Saya benar nggak ngerti. "Mahar suara itu berupa uang yang diserahkan saat mengisi form dukungan itu". "Nilai kita atur yang paling rasional dan tertingggi dari paslon lain". Berapa nilainya?. "Halah........besok sampean ngerti juga.........". "Ini formnya tolong dicetak 5,000 lembar ya, sekalian potongkan. Buatkan notanya". Siapppp......... Ada rejeki lain yang mengalir dari hiruk pikuknya pilkada serentak, semoga berkah.....Aamiin. #Rejeki milik Allah dan yang mengaturNya.

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

HARI INI, HUT TNI KE 79.. Hari ini, HUT TNI ke-79 dirayakan dengan parade alutsista darat, laut, dan udara di Monas. Di tengah dunia yang semakin panas, TNI harus siap menjaga NKRI. Timur Tengah dan Eropa khususnya Ukraina/Rusia sedang berkecamuk perang, melibatkan negara-negara besar seperti Amerika, Rusia, dan sekutunya. Potensi Perang Dunia III makin nyata, dan sepuluh negara, termasuk AS, Rusia, dan Korea Utara, berada di garis depan. Kalau salah langkah, negara lain bisa terseret. Mari berharap para pemimpin kita bijak dan tidak ikut-ikutan "main perang-perangan." ### Di Pilpres yad, pilihlah hanya "negarawan".. Semoga proses kaderisasii negarawan dalam Pilpres ke depan makin baik, makin efektif..

BACA EPAPER HARIAN DISWAY

SERUNYA KOMPETISI BASKET PELAJAR DBL

Kategori :