JAKARTA, DISWAY.ID-- PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) melalui anak perusahaannya Telkomsat, kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung percepatan transformasi digital di sektor maritim Indonesia.
Melalui kerja sama strategis dengan PT Bhinneka Nusantara Mandiri (BNM), TelkomGroup menghadirkan solusi teknologi terintegrasi yang memanfaatkan kapasitas Satelit Merah Putih 2, sebuah langkah maju yang diharapkan dapat memperkuat kedaulatan Indonesia dalam mengelola kawasan maritimnya.
BACA JUGA:Knowledge Power Up, Inisiatif Telkom Dalam Akselerasikan Budaya Belajar dan Inovasi Karyawan
BACA JUGA:Tingkatkan Daya Saing Produk, 352 UMKM Ikut Program Nutrition Fact Rumah BUMN Telkom
Pada kesempatan terpisah, Direktur Wholesale & International Service Telkom Bogi Witjaksono menyampaikan.
“Dengan kemampuan serta pengalaman Telkomsat dalam melayani end-to-end solution ditambah coverage layanan Satelit Merah Putih 2, Indonesia kini memiliki peluang besar untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kedaulatan maritim,” ujarnya.
“Solusi ini tidak hanya menjawab kebutuhan pasar, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia di era ekonomi digital global,” tambahnya.
BACA JUGA:NeutraDC Sosialisasikan Pemanfaatan AI bagi UKM Binaan Telkom Mandalika
BACA JUGA:Rayakan Hari Bhakti Postel, Telkom Komitmen Perkuat Layanan Telekomunikasi Indonesia
Satelit Merah Putih 2 yang diluncurkan pada Februari 2024 lalu di Cape Canaveral, Amerika Serikat, merupakan satelit HTS (High Throughput Satellite) pertama milik TelkomGroup.
Dengan kapasitas satelit yang mencapai lebih dari 32 Gbps, satelit ini mencakup seluruh wilayah Indonesia, termasuk area maritim yang selama ini sebagian besar masih bergantung pada layanan satelit asing.
Langkah ini sekaligus menjadi tonggak penting dalam upaya Indonesia untuk mandiri dalam pengelolaan solusi maritim di wilayah kedaulatannya.
Satelit Merah Putih adalah Solusi Digital untuk Transformasi Maritim
Transformasi digital di sektor maritim Indonesia selama ini menghadapi kendala besar, terutama dalam hal keterbatasan kapasitas satelit dan konektivitas yang tidak stabil.
Banyak kapal di Indonesia, mulai dari kapal nelayan hingga kapal komersial, belum dapat menikmati layanan konektivitas yang andal dan realtime.