"Kita berupaya bagaimana ujungnya kan pasien harus survive lebih lama. Supaya dia bisa survive lebih lama, kita harus mengerti bedanya apa, kenapa (prognosis) satu bagus, satu tidak. Ini adalah salah satu dasar yang memberikan kita pemahaman apa yang membuatnya berbeda," tutur Handoko.
BACA JUGA:Alat Deteksi Kanker PET Scan di Indonesia Masih Minim, Tertinggal dari Singapura dan Malaysia
BACA JUGA:Berikut yang Perlu Diperhatikan Sebelum Pasien Kanker Jalani Kemoterapi
"Tapi masih tidak cukup. Mereka yang berbeda itu dan tidak merespons dengan terapi yang saat ini ada, perlu kita kembangkan terapi baru," pungkasnya.
Penelitian ini juga melibatkan kerja sama erat dengan para ahli bioinformatika dari FKUI dan Hong Kong University untuk memastikan kualitas data yang optimal.
Teknologi sekuensing yang digunakan, Promethion Nanopore, memungkinkan data yang dihasilkan dari penelitian ini presisi tinggi terkait variasi genetik, termasuk small nucleaotide variation (SNV), cipy number variation (CNV), short tandem repeat (STR), dan structural variation (SV).