Pertama di Dunia, Doktor FKUI Temukan Cara Deteksi Pengobatan Kanker Nasofaring yang Lebih Presisi dengan Identifikasi Genomik

Rabu 16-10-2024,15:44 WIB
Reporter : Annisa Amalia Zahro
Editor : M. Ichsan

Selain itu, penelitian ini bukan menggunakan short read yang telah difragmentasi, tetapi whole genome sehingga karakteristik gen tersebut bisa diketahui secara lebih menyeluruh.

"Jadi dari profil mutasinya, profil epigenetiknya, itu kita bisa menentukan origin-nya adalah sel apa. Jadi kita eksplorasi semua mutasi tersebut."

Dengan menggunakan teknologi Nanopore, ia menemukan sejumlah mutasi pada gen yang berperan sebagai penekan tumor serta adanya hipermetilasi pada jalur sinyal yang berpotensi mempercepat proses karsinogenesis atau proses terjadinya kanker.

"Kita temukan gen-gen yang kalau bermutasi atau gangguan, contohnya DNA yang terlibat dalam proses repair, maka mudah sekali dia jadi kanker."

BACA JUGA:Kenali Penyebab dan Gejala Kanker Usus Besar, Bisa Akibat Minuman Manis!

BACA JUGA:Simak Kunci Jawaban Sulingjar Paket A Guru SD-MI 2024, Bisa Jadi Referensi Belajar Guru!

Hal ini juga berpengaruh pada proses penyembuhan yang kurang respons terhadap terapi, seperti kemoterapi dan radioterapi.

"Ditemukan korelasi antara prognosis klinis yang buruk dengan kelainan pada gen DNA repair yang menekankan peran penting stabilitas genom dalam perkembangan kanker nasofaring."

Temuan inilah yang menjadi pijakan untuk mengembangan terapi yang lebih personal, sehingga memberikan hasil presisi pada masing-masing pasien.

Hal ini karena analisis mendalam terhadap pola metilasi turut memberikan wawasan baru mengenai peran epigenetik dalam proses karsinogenesis yang menjadi dasar pengembangan biomarker untuk mendeteksi dan memantau perkembangan kanker.

BACA JUGA:Plaza Indonesia Dukung Bulan Kesadaran Kanker Payudara Lewat Kuliner, SADARI, dan SADANIS

BACA JUGA:Kapan Waktu yang Tepat untuk SADARI? Deteksi Dini Kanker Payudara

"Kita bisa membuat stratifikasi, itu tidak lagi berdasarkan gambaran morfologi, tapi berdasarkan genomik," tambah Tati.

Statfikasi atau pengelompokan prognosis penyakit ini membantu dokter memberikan terapi yang paling sesuai berdasarkan pola genetik sel kanker itu sendiri.

"(Penelitian) ini merupakan cikal bakal berkembangnya personalized medicine, jadi setiap pasien itu bisa berbeda-beda terapinya. (Sekuensing genomik) bukan hanya untuk menentukan terapi, tapi juga menentukan orang itu tidak boleh dapat terapi ini," tandas Tati.

Dengan diketahuinya jenis terapi yang tepat pada masing-masing pasien, diharapkan angka harapan hidup penderita kanker dapat meningkat melalui keberhasilan pengobatannya.

Kategori :