Beda Aturan Batas Aman Residu Pestisida di Indonesia dengan Thailand, Masih Aman?

Selasa 05-11-2024,01:00 WIB
Reporter : Annisa Amalia Zahro
Editor : Reza Permana

JAKARTA, DISWAY.ID - Plh Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Yusra Egayanti menjelaskan bahwa aturan mengenai batas aman residu pestisida pada sayur dan buah-buahan berbeda antara satu negara dengan negara lain.

Ega menjelaskan, residu sendiri merupakan senyawa yang terpisah dan masih boleh ada dalam jumlah yang aman.

Batas maksimal residu (BMR) secara internasional diatur dalam Codex Alimentarius BMR. Sementara masing-masing negara dapat menentukan BMR sendiri.

BACA JUGA:Amankan Setengah Kilo Sabu, Polsek Metro Taman Sari Jakbar Bongkar Jaringan Narkoba Lintas Provinsi

BACA JUGA:Cari Kamar Sewa yang Terjangkau, Ratusan Masyarakat di Rusun Pasar Rumput

"Pendekatan yang dilakukan oleh regulator, baik di Indonesia maupun di internasional (Codex Alimentarius BMR), adalah menghitung terlebih dahulu takaran konsumsi, yang kemudian dibandingkan dengan angka yang ditutup dengan acceptable value," terang Ega.

Adapun pertimbangan ini juga memperhatikan jumlah yang mungkin aman diterima oleh kelompok rentan, seperti lansia, bayi, dan anak-anak.

"Maka kemudian regulator dan negara dalam menetapkan BMR, sudah mempertimbangkan worst scenario terhadap kelompok rentan tersebut. Jadi BMR tersebut tidak hanya berlaku untuk kelompok dewasa, tapi sudah merepresentasikan aman untuk dikonsumsi oleh semua segmen umur," lanjutnya.

BACA JUGA:10 Daftar Lagu Nasional untuk Peringati Hari Pahlawan 10 November 2024, Bisa Jadi Referensi Acara Sekolah!

BACA JUGA:Momen Gunawan Sadbor Tetap Joget Meski Sudah Pakai Baju Tahanan Imbas Promosi Judi Online

Namun begitu, ia menegaskan bahwa hal ini berlaku sepanjang dikonsumsi tentunya dalam jumlah yang wajar.

"Maka kemudian kita juga menghimbau bahwa konsumsi langsung dengan prinsip B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman). Sepanjang dikonsumsi dengan prinsip itu, maka tingkat ekposur dari residu itu tidak akan mencapai pada angka acceptable value," tuturnya.

Lebih lanjut, perbedaan BMR di masing-masing negara ini, menurutnya, hal yang lazim karena dipengaruhi oleh tingkat konsumsi masyarakat terhadap buah tersebut.

BACA JUGA:Heboh Dosen Sejarah FIB UGM Sri Margana Disebut Plagiat dari Buku Peter Carey, Ini Klarifikasi Pimpinan Kampus

BACA JUGA:Dukung Ridwan Kamil dalam Pilkada Jakarta, Din Syamsuddin: Sudah Kenal Lama

Kategori :