JAKARTA, DISWAY.ID – Natanyahu pecat Menteri Pertahanan Israel karena minta warga Yahudi ultra-Ortodoks masuk wamil terkait perang melawan Palestina dan Lebanon.
Hal tersebut dijelaskan oleh Yoav Gallant yang merupakan saat ini merupakan mantan Menteri Pertahanan Israel.
Gallant menegaskan bahwa dirinya sebelum dipecat Benjamin Natabyahu yang merupakan Perdana Menteri Israel mengusulkan agar orang-orang Yahudi ultra-Ortodoks dimasukkan dalam wajib militer untuk melaksanakan tugas wajib mereka.
BACA JUGA:Kuasa Hukum Guru Honorer Supriyani Pertanyakan Sejak Awal Kanit Intel Cawe-Cawe: Harusnya Reskrim
BACA JUGA:Liverpool Salip Chelsea dengan Tawaran Rp 1,7 Triliun untuk Bintang Real Madrid
Usulan Gallant ini mengisyaratkan bahwa pihak Israel tengah kekurangan orang dalam menghadapai pertikaiananya di Timur Tengah.
Selain itu Gallant juga mendukung gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan di Gaza, yang tidak disukai Netanyahu.
Gallant juga mengatakan bahwa ia juga mendukung Penyelidikan atas Kegagalan Militer dan Badan Intelijen pada tanggal 7 Oktober.
'Kegelapan moral telah menimpa Israel', kata Gallant
BACA JUGA:Sadis! KKB Intan Jaya Bunuh Warga Sipil di Kali Wabu Intan Jaya Saat Bekerja
BACA JUGA:Polisi Pukul Sopir Taksi Online Hanya Karena Masalah Pindah Rute, Kuasa Hukum Ungkap Kronologinya
"Prioritas saya selalu tetap konstan dan jelas yaitu Negara Israel, IDF, dan badan keamanan," kata Gallant.
Kegelapan moral telah menimpa Israel karena upaya Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk membebaskan kaum haredim dari tugas IDF.
“Keengganan untuk melanjutkan kesepakatan penyanderaan, dan pembentukan Komisi Penyelidikan Nasional,” tegas Gallant.
Gallant, yang berbicara dari Kirya di Tel Aviv, mengatakan bahwa di masa kegelapan, seseorang menavigasi sesuai kompas, yang menunjukkan bahwa Netanyahu tidak melakukannya.