JAKARTA, DISWAY.ID-- Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Jakarta Sofiyani Candrawati Anwar menegaskan pentingnya data kasus keracunan obat dan makanan.
"Data kasus keracunan yang akurat sangat penting untuk menentukan langkah yang cepat, valid, dan mutakhir dalam pencegahan keracunan," terang Sofi pada Monitoring dan Evaluasi Pelaporan Kasus Keracunan Obat dan Makanan di Jakarta, Kamis, 21 November 2024.
BACA JUGA:Daftar 16 Skincare Injeksi Langgar Izin BPOM, Ada Brand Milik dr Richard Lee
BACA JUGA:Sociolla Gandeng BPOM, Edukasi Costumer Pentingnya Produk Bersertifikat
Kasus keracunan obat dan makanan merupakan salah satu permasalahan di Indonesia.
Pasalnya, upaya pencegahan keracunan sangat erat kaitannya dengan kejadian yang terjadi di masyarakat.
Sehingga peningkatan pengawasan obat dan makanan merupakan salah satu strategi penting yang dilakukan pihaknya.
BACA JUGA:BPOM Awasi 100 Brand Skincare di Sociolla Beauty Wonderland 2024, Amankah?
BACA JUGA:BPOM Ancam Permalukan Produk Skincare yang Overclaim
Salah satunya dengan mengumpulkan data kasus keracunan yang dilaporkan oleh rumah sakit melalui aplikasi SPIMKer KLB-KP.
Pihaknya juga telah mengoordinasikan kepada 40 rumah sakit di DKI Jakarta untuk mereka melakukan pelaporan di aplikasi tersebut.
"Data kasus keracunan yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis dan dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi pemangku kepentingan dalam menyusun kebijakan pencegahan kejadian kasus keracunan obat dan makanan," tuturnya.
Untuk meningkatkan upaya pelaporan ini, BBPOM di Jakarta menyelenggarakan monitoring dan evaluasi kepada puluhan rumah sakit yang merupakan mitra BBPOM di Jakarta, termasuk RSAB Harapan Kita, RS Husada, RSUP Persahabatan, RS Pusat Pertamina, RS PGI Cikini, RS Pondok Indah.
BACA JUGA:Apa Itu Latiao? Camilan Pedas yang Dilarang BPOM karena Berbahaya