JAKARTA, DISWAY.ID -- Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Taruna Ikrar mengingatkan terkait cara membuang sampah obat antibiotik yang benar.
Pasalnya, hal ini juga dapat berdampak pada peningkatan resistensi antibiotik di masyarakat.
Di mana, sampah obat antibiotik yang terbuang di lingkungan dapat mencemari tanah dan berdampak pada resistensi bakteri di lingkungan tersebut.
BACA JUGA:KJP Plus dan KJMU Segera Cair, Disdik Pastikan Tepat Sasaran
"Kalau dibuang sampahnya di sembarang tempat, mikroba-mikroba di sekeliling kita itu akan berdampak kepada dia sudah jadi resisten," ungkap Taruna di Kantor BPOM RI, Jakarta, 29 November 2024.
Meski pada awalnya bakteri yang terkena cemaran antibiotik tersebut mati, pada akhirnya ia dapat bermutasi sehingga lebih tahan terhadap antibiotik dan berkembang lagi.
"Dan setelah dia tumbuh, dia infeksi kita, dampaknya seperti itu," tuturnya.
Dijelaskannya, terdapat beberapa cara membuang sampah obat antibiotik, salah satunya adalah dimasukkan ke kotak plastik khusus untuk selanjutnya diserahkan ke BPOM.
BACA JUGA:Menko Zulhas Bahas Transformasi Bulog Jadi Badan Otonom
"Jangan sisa-sisa antibiotik kita dibuang di sebarang tempat. Harus disimpan terus dimasukkan ke dalam kotak plastik khusus dan dikembalikan ke antibiotiknya ataupun ke BPOM juga kita bisa," ungkap Taruna ketika ditemui di kantor BPOM RI, Jakarta, 29 November 2024.
Ia menyebut bahwa saat ini BPOM menyediakan fasilitas-fasilitas pengolahan obat, termasuk antibiotik, di seluruh kantor, baik BPOM pust, balai besar, balau kecil, hingga loka-loka POM yang ada di daerah.
Nantinya, setiap obat yang diterima di fasilitas BPOM akan diolah dengan cara khusus yang sesuai dengan regulasi, tanpa dicampur dengan obat-obatan lainnya. Ia memastikan keamanan pengolahan sampah obat antibiotik juga dilakukan oleh tenaga profesional.
Namun demikian, ia menekankan pentingnya partisipasi berbagai pihak untuk mencegah semakin meningkatnya resistensi di masyarakat.
BACA JUGA:PKS Tumbang di Depok Usai 2 Dekade Berkuasa, Peran Idris Dinilai Tak All Out
"Makanya kita sangat membutuhkan bantuan dari lembaga terkait, kementerian terkait. Makanya kta berharap dari kementerian koordinator bisa mengoordinir kesadaran ini. Termasuk Kementerian Kesehatan, kementerian/lembaga yang terkait, asosiasi profesi, dokter, asosiasi apoteker, asosiasi farmasi, dan semua asosiasi yang punya kepedulian," tuturnya.