Ini Alasan Presiden Tidak Boleh Menerima Mundurnya Gus Miftah

Rabu 11-12-2024,11:16 WIB
Oleh: KH Imam Jazuli Lc., MA

Kita dengan bangga bisa mengatakan, mayoritas politisi di negeri ini harus belajar pada jiwa kesatria Gus Miftah. Belajar bagaimana cara menganggap jabatan kekuasaan tidak perlu diperjuangkan mati-matian. Kepribadian Gus Miftah mengingatkan kita pada Gus Dur, yang juga dengan entengnya meninggalkan jabatan kepresidenannya. Di lingkungan NU, hanya Gus Dur dan Gus Miftah yang memandang remeh jabatan kekuasaan. 

Karakter Gus Dur dan Gus Miftah adalah perkara yang urgen. Peran mereka berdua sangat besar bagi upaya persatuan dan kesatuan bangsa. Sementara masalah jabatan politik dan kekuasaan adalah nomor dua yang tidak perlu diperjuangkan mati-matian. Namun, kita sebagai publik sekaligus rakyat Indonesia tidak akan terima jika harus kehilangan karakter ideal seperti Gus Miftah, sebagai pelanjut ideologi Gus Dur terutama dalam memaknai kekuasaan. (*)

*) Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.

Kategori :