JAKARTA, DISWAY.ID – Rapat Kerja Nasional I Himpunan Pengembangan Ekosistem Alat Kesehatan (Alkes) Indonesia (HIPELKI) yang diselenggarakan pada hari Rabu, 11 September 2024.
Dalam rakernas ini, HIPELKI mengidentifikasi masalah kritis dalam ekosistem alkes yang disebut sebagai lingkaran setan tata niaga alkes.
BACA JUGA:Aliansi Masyarakat Berdemo di KPK, Tagih Kepastian Hukum Dugaan Korupsi e-KTP dan Alkes
BACA JUGA:Perkenalkan Potensi Alkes Indonesia ke Dunia Global, Kemenperin Targetkan Pasar Afrika
Rapat Kerja Nasional yang diselenggarakan di Politeknik Kesehatan Jakarta III, Jatiwarna- Bekasi ini mengangkat topik “Akselerasi Pembangunan Ekosistem Alat Kesehatan yang Berkelanjutan Dalam Mencapai Indonesia Emas 2045”.
“Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) I ini kami fokuskan untuk membahas lingkaran setan tata niaga alkes karena HIPELKI – selaku satu-satunya asosiasi alat kesehatan yang menaungi seluruh unsur ekosistem alkes di Indonesia - merasa berkewajiban untuk mendukung target Presiden Prabowo Subianto dalam mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8% setiap tahun selama 5 (lima) tahun mendatang.” ujar Ketua Umum HIPELKI, dr. Randy H. Teguh, Rabu 11 Desember 2024.
Randy menambahkan, praktik culas tata niaga alkes itu harus diberantas. Jika hal itu diatasi, maka kontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi tersebut tidak hanya akan terjadi secara langsung tetapi juga secara tidak langsung dengan mendukung ketahanan kesehatan di Indonesia.
“Kita tidak boleh lupa bahwa pada saat Pandemi Covid-19, Indonesia mengalami kekurangan alat kesehatan yang parah karena ketergantungan kepada alat kesehatan impor dan kondisi ini membuat pemulihan ekonomi menjadi lebih lambat.”
BACA JUGA:Kisah Sri dan Slamet Dapat Hadiah Umrah saat Belanja Obat dan Alkes
Randy mengingatkan bahwa pengabaian terhadap pembangunan industri alkes, hanya karena nilainya dianggap jauh lebih kecil daripada industri lain seperti pertambangan dan energi, akan berakibat fatal karena industri alkes merupakan industri stratejik yang akan menopang ketahanan kesehatan Indonesia.
“Kemajuan industri alkes nasional akan sangat tergantung kepada dua faktor, yaitu terbukanya pasar yang memadai dan pembentukan ekosistem alkes yang kuat. HIPELKI ada untuk mendukung pemerintah dalam membangun kedua faktor tersebut.“
“Bila kita belajar dari negara lain yang telah lebih dahulu mandiri dalam hal industri alkes, maka terlihat jelas bahwa keberhasilan mereka tidak dicapai hanya dengan memperbanyak pembangunan pabrik saja, melainkan dengan membangun ekosistem alkes secara komprehensif.“
Randy menjelaskan lebih lanjut bahwa ekosistem alkes bukanlah rantai pasok tradisional yang hanya terdiri dari produsen, distributor dan konsumen, melainkan suatu jejaring kompleks yang melibatkan banyak unsur, seperti peneliti, produsen bahan baku dan komponen, laboratorium uji, lembaga pendanaan dan lain-lain.
BACA JUGA:Bareskrim Usut Korupsi Pengadaan Alkes RSUD yang Rugikan Negara Rp13,2 Miliar
“Pembangunan ekosistem alat kesehatan juga harus memperhatikan kehadiran dan penguasaan teknologi, termasuk teknologi yang melibatkan penggunaan alat kesehatan berbentuk piranti lunak dan kecerdasan artifisial, karena tanpa kehadiran dan penguasaan teknologi yang cepat dan memadai, maka pelayanan kesehatan paripurna yang mencakup semua golongan pasien di seluruh wilayah Indonesia akan sulit dicapai.“