Perputaran Uang Diprediksi Menurun pada Lebaran 2025, Pengamat Kebijakan Publik Beberkan Penyebabnya

Selasa 25-03-2025,01:00 WIB
Reporter : Bianca Khairunnisa
Editor : Reza Permana

JAKARTA, DISWAY.ID - Dilansir dari prediksi terbaru Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), perputaran uang selama Ramadan dan Lebaran 2025 diperkirakan hanya akan mencapai sekitar Rp 137,98 triliun.

Diketahui, angka ini mengalami penurunan signifikan dari tahun sebelumnya, yang tercatat sebesar Rp 157,3 triliun.

Menurut Pengamat Kebijakan Publik serta Dosen FEB UPN Veteran Jakarta, Freesca Syafitri, salah satu faktor utama di balik turunnya perputaran uang ini adalah penurunan jumlah pemudik secara drastis.

Adapun jumlah pemudik pada tahun 2024 berjumlah sekitar 193,6 juta, telah turun menjadi 146,48 juta orang di 2025, atau menurun sekitar 24 persen.

BACA JUGA:H-7 Lebaran, Tiket Kereta Api Ludes! 42.000 Pemudik Tinggalkan Jakarta

BACA JUGA:Indonesia Bakal Mati-matian Lawan Bahrain Besok, Patrick Kluivert: Mental Kami Bagus

“Penurunan mobilitas ini bukan hanya soal logistik, tetapi mencerminkan situasi daya beli masyarakat yang semakin terbatas,” ujar Freesca ketika dihubungi oleh Disway.id pada Senin 24 Maret 2025.

Kendati Pemerintah sendiri sudah menggelontorkan sejumlah kebijakan untuk menjaga momentum konsumsi, Freesca menambahkan bahwa kebijakan tersebut diprediksi memiliki dampak yang terbatas jika masyarakat pada dasarnya tidak memiliki cukup dana untuk membelanjakan uangnya.

“Permasalahan yang dihadapi masyarakat bersifat struktural. Tanpa adanya penguatan fundamental ekonomi rumah tangga, termasuk penyerapan tenaga kerja yang berkelanjutan dan stabilitas harga bahan pokok, maka stimulus jangka pendek tidak akan mampu menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang efektif,” jelasnya.

BACA JUGA:Praktisi Hukum Siprianus Edi Hardum Ungkit Tanah Rakyat ‘Tersandera’ Pemkab Belitung

BACA JUGA:BRI Bagikan Dividen Rp51,73 triliun di RUPST 2025, Bersiap Lakukan Buyback Rp3 triliun

Lebih jauh, Freesca menambahkan, daerah-daerah tujuan mudik yang selama ini menjadi pusat lonjakan konsumsi selama Lebaran justru belum menjadi fokus utama dalam kebijakan fiskal dan distribusi insentif.

“Padahal, sektor informal di daerah seperti pasar tradisional, penginapan lokal, angkutan pedesaan, dan pelaku usaha kuliner musiman menjadi aktor nyata dari perputaran uang musiman. Sayangnya, mereka belum terhubung secara optimal ke dalam ekosistem ekonomi digital maupun sistem pembiayaan formal,” pungkas Freesca.

Menurut Freesca, penguatan kapasitas ekonomi lokal di daerah tujuan mudik seharusnya menjadi bagian integral dari strategi ekonomi Ramadan ke depan.

BACA JUGA:Simulasi Cicilan KUR BNI 2025 Plafon Rp300 Juta, Lengkap Tabel Angsuran hingga Syarat Pengajuannya

Kategori :