"Penjurusan tiga kelompok itu rasanya agak jadul (obsolete), akan memilah kecerdasan anak secara absolut. Padahal tiap diri anak itu dapat punya potensi multiintelegensia, punya minat bakat yang bersifat lintas disiplin," kata Iman Zanatul Haeri, Kabid Advokasi P2G.
Di samping itu, Mu'ti juga menyebut bahwa rencana ini berkaitan dengan dilaksanakannya tes kemampuan akademik (TKA) pada November 2025 mendatang.
Iman justru menganggap hal ini dapat merugikan siswa kelas 11 SMA yang mengambil rumpun campuran IPA dan IPS yang tidak sesuai dengan pilihannya.
BACA JUGA:TNI Mengajar di Sekolah Terpencil Jadi Perdebatan, Mendikdasmen: Mereka Relawan
BACA JUGA:Mendikdasmen Wanti-Wanti soal Study Tour Siswa Sekolah, Ini yang Harus Diperhatikan
"Sebab anak Kelas XI, misal ambil pilihan matpel dengan formula Kurikulum Merdeka hingga saat ini: Biologi, Kimia, Bahasa Inggris, Sosiologi. Dia ingin ambil jurusan Kedokteran. Ya, pada saat TKA matpel pilihan yang diteskan pastinya Biologi dan Kimia," paparnya.
Sedangkan nilai TKA ini menjadi acuan kampus untuk menyeleksi calon mahasiswa di jalur prestasi atau SNBP.
"Sebenarnya, dengan adanya TKA penjurusan sudah tak relevan lagi secara otomatis."
Guru yang mengajar di Jakarta tersebut juga menyebut bahwa TKA memberikan lebih banyak dampak negatif lantaran memicu demotivasi bahkan deligitimasi profesi guru dan proses pembelajaran.
"Anak hanya akan mementingkan matpel yang diujikan dalam TKA dan rapor tidak lagi berguna lagi," tuturnya.
BACA JUGA:Bantuan Smart TV ke Sekolah segera Disalurkan, Mendikdasmen Abdul Mu'ti: Tunggu Inpres
TKA juga akan menegasikan portofolio hasil prestasi non akademik dan akademik anak selama belajar dan mengakibatkan siswa hanya mengejar kemampuan kognitif.
"Pembelajaran di sekolah akan kembali difokuskan pada target capaian nilai TKA untuk 5 mata pelajaran utama, sama persis dengan kondisi UN dulu," tandasnya.
Sebaliknya, mata pelajaran seni budaya, olahraga, agama, Pancasila rasanya menjadi tak penting bagi anak, sebab orientasinya 5 matpel TKA itu, pungkas Iman.
Demikian itu, pihaknya menyampaikan rekomendasi kepada Kemendikdasmen untuk lebih dahulu mengevaluasi secara komprehensif implementasi Kurikulum Merdeka yang baru seumur jagung itu.