
JAKARTA, DISWAY.ID - Tak banyak yang menyadari bahwa penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dianggap “biasa” bisa berujung fatal, bahkan menyebabkan perdarahan otak.
Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD, FRSPH, FINASIM, mengungkapkan bahwa ia telah menangani berbagai kasus DBD dengan tingkat keparahan yang beragam.
“Sebagai internist, saya punya pengalaman menangani kasus pasien DBD mulai dari yang ringan dan cukup dengan rawat jalan, sampai yang berat dan harus dirawat intensif. Bahkan ada yang sampai dirawat di ICU karena trombositnya hanya tinggal 5.000,” ujar dr. Dirga.
BACA JUGA:Hari Ini ‘Ultah' ke-57 DBD Kasus Pertama Ditemukan di Indonesia, Ayo Segera Vaksin!
Menurutnya, ketika kadar trombosit pasien DBD jatuh di bawah 10 ribu, risiko perdarahan serius meningkat drastis—termasuk perdarahan otak yang bisa berakibat fatal.
“Saya punya pasien yang sampai 5.000. Ini bukan di pelosok, ini di Jakarta. Artinya, kesadaran terhadap bahaya DBD harus ditingkatkan, bahkan di kota besar sekalipun,” tambahnya.
Sayangnya, masih banyak masyarakat yang menganggap remeh penyakit ini.
“Banyak yang bilang, ‘Ah, DBD doang. Trombosit turun nanti juga naik.’ Padahal DBD bisa cepat memburuk, apalagi kalau ada penyakit penyerta seperti diabetes, hipertensi, atau penyakit ginjal,” tegasnya.
BACA JUGA:Citra Kirana Kabarkan Rezky Aditya Positif DBD saat Jalani Ibadah Umroh
Indonesia dikenal sebagai negara dengan tingkat kematian akibat DBD tertinggi di dunia.
Setiap tahun, kasus selalu ada, dengan puncaknya biasanya terjadi pada Desember hingga Februari, saat musim hujan memicu lonjakan populasi nyamuk.
Menghadapi kenyataan ini, dr. Dirga mengingatkan bahwa pencegahan adalah kunci.
“Sampai saat ini belum ada obat khusus untuk DBD. Satu-satunya cara terbaik adalah mencegahnya sejak awal. Mulai dari 3M Plus sampai metode inovatif seperti vaksin dengue,” katanya.
Vaksin dengue yang kini tersedia di Indonesia dapat diberikan kepada anak-anak dan dewasa, terlepas dari riwayat infeksi sebelumnya.