GARUT, DISWAY.ID - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyebut bahwa 4 korban sipil dalam insiden peledakan amunisi afkir di Cibalong, Kabupaten Garut, bukan pemulung.
Peristiwa nahas yang menewaskan 13 orang, memakan korban 9 warga sipil.
BACA JUGA:Dedi Mulyadi Bantu Korban Ledakan Amunisi di Garut: Kasih Santunan Rp50 Juta dan Bantuan Pendidikan
BACA JUGA:Gak Setuju Soal Program Barak Militer, Warga Bekasi Laporkan Dedi Mulyadi ke Komnas HAM
Dedi menyebut bahwa 9 warga sipil kerap diperbantukan oleh TNI dalam setiap kegiatan pemusnahan amunisi afkir atau kadaluarsa.
Dedi, berdasarkan laporan yang didapat, mendapat fakta jika warga sipil itu bukan pemulung sehingga ia menilai insiden ini diduga kuat sebagai kecelakaan dalam konteks kerja.
"Ternyata, para korban adalah pekerja, bekerja ke TNI AD, membantu dalam pemusnahan amunisi. Jadi, kalau begini, masuknya ini sebagai kecelakaan kerja," ujar Dedi saat berbincang dengan keluarga korban di RSUD Pameungpeuk, Garut, Selasa 14 Mei 2025.
Adapun Dedi sempat menanyakan langsung kepada keluarga korban.
Salah satunya Agus, kakak kandung almarhum Rustiwan, yang merupakan korban sipil. Dia membenarkan adiknya telah bekerja membantu pemusnahan amunisi bersama TNI AD selama satu dekade terakhir.
"Iya Pak, bekerja sudah 10 tahun lalu, jadi bukan memulung besi, bukan," tegas Agus kepada Dedi.
Dedi turut berduka atas peristiwa yang dialami Rudtawan, ia menyatakan akan memberikan santunan sebesar Rp 50 juta kepada setiap keluarga korban yang meninggal dunia.
"Saya akan memberikan uang santunan Rp 50 juta per keluarga korban. Hari ini langsung diberikan ke tiap rumah keluarga korban," kata Dedi, disambut isak tangis dari keluarga yang ditinggalkan.
BACA JUGA:Kadispenad: 13 Korban Ledakan Amunisi di Garut Dibawa ke RSUD Pameungpeuk
Tak hanya itu, Dedi juga berjanji akan mengangkat anak-anak korban yang masih bersekolah sebagai anak angkat dan membiayai pendidikan mereka hingga ke jenjang perguruan tinggi.