BACA JUGA:Gelar Vendor Day 2025, Kilang Pertamina Tekankan Pada Kemitraan yang Bersih dan Taat Hukum
Yang kedua, Conversion yaitu bahan baku nabati 100 persen diproses menjadi bahan bakar.
Di strategi ini, KPI telah mampu memproduksi bio diesel 100% dengan jenis Hydrotreated Vegetable Oil (HVO). Produk KPI ini dikenal dengan Pertamina Renewable Diesel (RD).
KPI juga berencana mengembangkan Green Refinery yang dapat mengolah bahan baku 2nd Generation berupa limbah nabati salah satunya adalah minyak jelantah.
Untuk tahap awal, proses produksinya akan dilakukan di Kilang Cilacap, dan rencananya akan dikembangkan di kilang-kilang lainnya.
KPI saat ini memilih strategi produksi SAF dengan metode Co-Processing karena memiliki berbagai keuntungan.
"Metode ini merupakan cara tercepat untuk memproduksi SAF. Apalagi proses pembuatannya melalui fasilitas eksisting telah terbukti. Penggunaan fasilitas produksi eksisting tentu akan memerlukan investasi yang lebih kecil. Selain itu, ini menjadi kesempatan untuk mengevaluasi fasilitas eksisting sambil mempersiapkan fasilitas pengolahan yang lebih besar," jelas Taufik.
Pengembangan ekosistem produk biofuel khususnya SAF, kata Taufik memerlukan sinergi berbagai pemangku kepentingan.
BACA JUGA:Jawab Tantangan Industri, Pertamina Lubricants Memperkenalkan ILM 2.0
"Para pemangku kepentingan harus mengambil perannya masing-masing baik dari sisi peraturan maupun produknya. KPI memiliki tugas menghasilkan produknya dan akan berusaha melaksanakannya sesuai peta jalan yang sudah disusun," sambungnya.
Beragam strategi yang dijalankan KPI tidak hanya mempercepat transisi energi, tetapi juga memberikan dampak positif bagi ekonomi nasional.
Taufik mengungkapkan langkah tersebut memiliki multiplier effect, seperti penciptaan lapangan kerja, peningkatan produksi, dan bertambahnya nilai tambah di dalam negeri.
Ia menambahkan, upaya ini merupakan upaya untuk mendorong transformasi ekonomi berbasis sektor strategis, termasuk energi dan mineral. Selain mendukung pertumbuhan ekonomi, strategi ini juga bertujuan mewujudkan ketahanan energi nasional yang berkelanjutan.
“Ketahanan dan keberlanjutan energi adalah pondasi bagi kemandirian ekonomi, kedaulatan politik, dan kesejahteraan rakyat Indonesia,” pungkas Taufik.
Joint Convention Semarang 2025 (JCS 2025) berlangsung pada 1–3 Juli 2025 di Padma Hotel, Semarang, Jawa Tengah.
Acara ini merupakan hasil kolaborasi lima asosiasi profesional di bidang energi dan sumber daya mineral, yakni Ikatan Ahli Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi Indonesia (IAFMI), Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI), Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI), Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) dan Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI).