BACA JUGA:Cara Kredit Laptop untuk Mahasiswa, Ini Solusi Praktis Mendapatkan Laptop Impian
Disebutkan, bahwa material yang ditemukan warga bukanlah emas, melainkan pirit, mineral berbasis sulfur yang sering disebut “emas palsu” karena kemiripannya dengan emas secara kasat mata.
Pirit memiliki nilai industri, seperti untuk produksi asam sulfat, tetapi bukan logam mulia.
Dari perspektif geologi, kemungkinan Sungai Eufrat mengering hingga menyingkapkan “gunung emas” secara harfiah sangat kecil. Wilayah Mesopotamia memang kaya sumber daya, tetapi lebih dikenal karena minyak bumi daripada emas.
3. Penafsiran Hadis: Literal atau Simbolis?
Para ulama memiliki pandangan beragam tentang makna “gunung emas” dalam hadis:
- Tafsiran Literal: Sebagian ulama, seperti yang dikutip dalam kitab Al-Burhan fi ‘Alamat al-Mahdi Akhir az-Zaman, memahami “gunung emas” sebagai emas fisik yang akan muncul saat Sungai Eufrat surut, diiringi konflik besar. Fenomena di Raqqa tampak mendukung tafsiran ini, meskipun belum ada konfirmasi ilmiah tentang emas.
- Tafsiran Simbolis: Ulama seperti Ibn Katsir dan Fazlur Rahman berpendapat bahwa “gunung emas” bisa merujuk pada sumber daya strategis, seperti minyak bumi (“emas hitam”), yang memicu konflik di Timur Tengah. Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan bahwa larangan mengambil emas dalam hadis bertujuan mencegah kekacauan dan pertumpahan darah akibat keserakahan.
- Peringatan Hati-Hati: Ulama Asaad al-Hamdani menekankan perlunya pendekatan ilmiah dan tidak terburu-buru mengaitkan fenomena ini dengan tanda kiamat. Ia meminta masyarakat memahami hadis dengan konteks yang lebih mendalam bersama ulama kompeten.
Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim menjelaskan bahwa mengeringnya Sungai Eufrat berarti terbukanya dasar sungai akibat surutnya air, yang bisa disebabkan oleh perubahan aliran sungai.
“Gunung emas” mungkin tertimbun tanah dan terlihat saat air surut, tetapi makna sebenarnya lebih kepada peringatan moral tentang keserakahan.
4. Bukan Satu-Satunya Tanda
Hadis tentang Sungai Eufrat bukanlah satu-satunya tanda akhir zaman. Dalam tradisi Islam, tanda-tanda kiamat dibagi menjadi tanda kecil (sughra) dan besar (kubra).
Mengeringnya Sungai Eufrat termasuk tanda kecil, bersama dengan fenomena lain seperti maraknya fitnah, hilangnya amanah, dan munculnya Dajjal.
Akhir zaman (masa menjelang kiamat) berbeda dengan kiamat itu sendiri, yang merupakan kehancuran total dunia.
Fokus hadis ini adalah mencegah konflik akibat keserakahan, bukan hanya pada mengeringnya sungai.
Terkait tanda akhir zaman, dengan diutusnya Rasulullah SAW di buka bumi ini sebenarnya sudah merupakan tanda akhir zaman telah diperlihatkan kepada umat manusia. Ditegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan nabi akhir zaman.
BACA JUGA:3 Cara Mudah Dapat Saldo Gratis Rp225.000 di Dompet Digital, Auto Cuan Malam Ini!
5. Konteks Sosial dan Konflik
Aktivitas penambangan swadaya di Raqqa berlangsung tanpa izin resmi atau pengawasan, meningkatkan risiko kecelakaan akibat tanah yang tidak stabil dan potensi konflik antarpenambang.
Fenomena ini juga memicu ledakan ekonomi mikro lokal, dengan harga alat gali seperti sekop melonjak dan munculnya calo peralatan. Namun, tanpa regulasi, aktivitas ini berisiko merusak lingkungan Sungai Eufrat, yang telah menjadi nadi peradaban Mesopotamia selama ribuan tahun.
Kesimpulan
- Fakta Geologi: Material berkilau di Sungai Eufrat yang mengering di Raqqa, Suriah, kemungkinan besar adalah pirit, bukan emas. Belum ada analisis ilmiah yang mengkonfirmasi keberadaan emas dalam jumlah signifikan.
- Perspektif Hadis: Hadis tentang “gunung emas” di Sungai Eufrat sahih dan diakui, tetapi tafsirannya bervariasi antara literal (emas fisik) dan simbolis (sumber daya seperti minyak). Ulama menyarankan untuk tidak terburu-buru mengaitkan fenomena ini dengan tanda kiamat tanpa analisis mendalam.
- Peringatan Moral: Hadis ini lebih menekankan bahaya keserakahan dan konflik daripada hanya mengeringnya sungai. Rasulullah SAW melarang mengambil “emas” tersebut untuk mencegah pertumpahan darah.
- Konteks Modern: Mengeringnya Sungai Eufrat disebabkan oleh faktor lingkungan dan manusia, seperti perubahan iklim dan bendungan. Fenomena di Raqqa mencerminkan krisis air dan antusiasme warga, tetapi belum tentu tanda kiamat.