JAKARTA, DISWAY.ID-- Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Wamendukbangga) atau Wakil Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka, menegaskan pentingnya peran keluarga dalam melindungi anak dari dampak negatif ruang digital.
Isyana mengatakan, sejatinya negara telah hadir melalui Peraturan Pemerintah tentang Tata Kelola Penyelenggara Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak (PP Tunas) untuk memberikan proteksi terhadap anak-anak di dunia maya.
BACA JUGA:Industri Kulit dan Alas Kaki Indonesia Melesat, ILF Expo 2025 Siap Jadi Panggung Inovasi Global
Namun, kata dia, implementasinya akan lebih efektif jika dimulai dari lingkungan keluarga. Terlebih belakangan ini polemik gim Roblox sedang hangat diperbincangkan, lantaran di dalamnya diduga terdapat unsur kekerasan.
"Karena bagaimanapun implementasi sebuah peraturan, jika keluarga tidak melakukannya dengan baik, jika orang tua tidak memiliki pengetahuan yang baik, terkait dengan apapun itu gamenya, apapun itu aplikasinya, ini menjadi sangat penting," ujarnya kepada awak media di Toeti Heraty Museum, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu, 9 Agustus 2025.
Maka dari itu, lanjut Isyana, orang tua harus terus mau belajar dan meng-upgrade diri. Termasuk dengan aplikasi-aplikasi maupun gim yang ada di gadget anak.
BACA JUGA:Isi Data, Dapat Poin! Wahana Honda Hadirkan Program Loyalitas Digital di Aplikasi WANDA
BACA JUGA:Gim Roblox Disorot Pemerintah, Wamendukbangga Serukan Peran Aktif Orang Tua
"Karena apa? Kadang-kadang anak-anak itu lebih belajar dengan jauh lebih cepat dibanding orang tuanya. Nah orang tua harus bisa catch up," tuturnya.
Isyana menyampaikan, sekarang anak-anak lebih sering bermain gim di gadgetnya untuk melepaskan dopamin dan meluapkan kebahagiaan. Hal itulah yang membuat anak menjadi kecanduan, terlebih semua itu sudah tersedia dengan mudah di smartphone.
"Anak-anak ngapain sih sehingga akhirnya mereka terus scrolling, mereka itu mengejar yang dinamakan dengan chip dopamine," imbuhnya.
"Gimana caranya mereka mau mencari dopamine dengan cara yang sangat mudah, melalui scrolling, dan itu akhirnya bisa menyebabkan adiksi," sambung Isyana.
BACA JUGA:Imbas Temuan PPATK, Kemensos Coret Ratusan Ribu Penerima Bansos
BACA JUGA:PPATK Rampungkan Analisis 122 Juta Rekening Dormant, 90 Persen Sudah Aktif Kembali