Temuan Guru Besar UPN Yogyakarta, Batu Bara Muara Wahau Jadi Kunci Hilirisasi Energi Indonesia!

Kamis 11-09-2025,12:43 WIB
Reporter : Khomsurijal W
Editor : Khomsurijal W

YOGYAKARTA, DISWAY.ID– Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Yogyakarta mengukuhkan Prof. Dr. Ir. RM. Basuki Rahmad, M.T. sebagai Guru Besar Bidang Batu Bara pada Fakultas Teknologi Mineral dan Energi (FTME) pada Kamis, 11 September 2025.

Sebagai Guru Besar ke-16 di UPN Yogyakarta, Prof. Basuki, yang juga menjabat Dekan FTME, menghadirkan terobosan besar melalui penelitiannya tentang potensi hilirisasi batu bara di cekungan Muara Wahau, Kalimantan Timur.

Temuan ini tidak hanya mendukung swasembada energi, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia dalam industri teknologi tinggi melalui eksplorasi unsur tanah jarang (REE) dan kokas.

BACA JUGA:Sinergi Rehabilitasi Terumbu Karang Pulihkan Ekosistem Perairan Pulau Pieh

Dalam upacara pengukuhan di kampus UPN Yogyakarta, Rektor Prof. Dr. Ir. Mohamad Irhas Effendi, M.Si. menyampaikan selamat dan apresiasi atas capaian Prof. Basuki.

Dilansir dari laman upnyk.ac.id, Ia menegaskan bahwa penelitian Prof. Basuki selaras dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, khususnya poin kedua (swasembada energi) dan kelima (hilirisasi).

“Penelitian dan gagasan Prof. Basuki Rahmad memberikan kontribusi langsung pada kemandirian energi, ketahanan industri, serta keberlanjutan pembangunan nasional,” ujar Rektor.

Rektor juga menyoroti peran strategis UPN Yogyakarta sebagai kampus yang mendukung ketahanan energi nasional. “Hilirisasi batu bara bukan sekadar diversifikasi energi, tetapi kunci untuk menghentikan ekspor bahan mentah. Kita harus ciptakan produk bernilai tambah tinggi, buka lapangan kerja, dan angkat martabat bangsa,” tambahnya.

Pengukuhan ini menandai komitmen UPN untuk menjadi pusat inovasi energi dan mineral di Indonesia.

Terobosan Prof. Basuki: Batu Bara Muara Wahau Jadi Aset Strategis

Dalam orasi ilmiah berjudul “Inertinite Tinggi Batubara Peringkat Rendah Menuju Hilirisasi Batubara Indonesia Berdasarkan Karakteristik Mikroskopis dan Geokimia Organik (Studi Kasus: Batubara Muara Wahau, Kalimantan Timur) Serta Batubara Sebagai Batuan Induk Minyak Bumi”, Prof. Basuki memaparkan temuan revolusioner tentang potensi batu bara di cekungan Muara Wahau.

BACA JUGA:Wamendiktisaintek Stella Ungkap Dana Abadi Dukung Keberlanjutan Sekolah Garuda

Berikut poin-poin utama penelitiannya:

1. Potensi Kokas untuk Industri Baja

Prof. Basuki mengungkap bahwa batu bara Muara Wahau, yang awalnya dianggap hanya cocok sebagai bahan bakar pembangkit listrik (thermal coal), memiliki kandungan inertinite tinggi (20,1%, jauh di atas rata-rata nasional 5%).

Inertinite, komponen organik kaya karbon yang tidak mudah bereaksi, membuat batu bara ini ideal sebagai bahan pencampur (blending) untuk memproduksi kokas, bahan bakar esensial dalam peleburan besi dan baja.

“Batu bara Muara Wahau bisa jadi aset penting untuk hilirisasi industri, bukan sekadar bahan bakar,” tegasnya.

2. Unsur Tanah Jarang (REE) untuk Teknologi Tinggi

Kategori :