Patrick Kluivert dalam Bayang-bayang Shin Tae-yong: Mampukah Timnas Indonesia Lolos ke Piala Dunia 2026?

Selasa 23-09-2025,05:00 WIB
Reporter : Subroto Dwi Nugroho
Editor : Subroto Dwi Nugroho

Namun, pendekatan ini belum sepenuhnya efektif. 

Meski penguasaan bola mendominasi, seperti saat menghadapi Laos (89%), hasil akhir tidak berpihak. 

Gaya main ini dinilai belum cocok dengan mayoritas pemain lokal yang belum terbiasa dengan intensitas dan disiplin taktik ala Eropa.

Akmal Marhali, salah satu pengamat sepak bola nasional, secara terbuka mengkritik keputusan menunjuk Patrick Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia. 

BACA JUGA:Performa Luar Biasa Emil Audero Tahan Parma 0-0, Cremonese Selisih 2 Poin dengan Puncak Klasemen

BACA JUGA:Aaron Ang Produk ASIOP Resmi Gabung Tim Junior Sevilla, Masuk Radar Timnas Indonesia U-17

Menurutnya, ada nama lain yang lebih layak, seperti pelatih berdarah Indonesia lainnya dari Belanda. 

Namun, kritik ini bukan semata-mata untuk menjatuhkan, melainkan bentuk kepedulian terhadap arah perkembangan Timnas.

"Kritik adalah separuh solusi, separuhnya lagi adalah kerja keras di lapangan," ujar Akmal.

Ia juga menyoroti lemahnya koordinasi antara pelatih U-23 dan tim senior, khususnya dalam skala prioritas pemanggilan pemain. 

Kasus Justin Hubner yang tak digunakan dalam FIFA Match Day, namun juga tak ikut memperkuat U-23, menjadi contoh nyata ketidakefektifan perencanaan.

BACA JUGA:Israel Terancam Didepak dari Kompetisi Sepak Bola Eropa, Qatar Lobi UEFA!

BACA JUGA:Jelang Kualifikasi Piala Dunia 2026: Jay Idzes Berjuang Lawan Inter, Emil Audero dan Kevin Diks Tampil Cemerlang di Eropa

Salah satu tantangan terbesar saat ini adalah minimnya menit bermain pemain muda di klub akibat regulasi pemain asing. 

Dengan tujuh pemain asing boleh tampil di satu waktu, slot untuk pemain lokal makin sempit. 

Ini mengakibatkan pemain muda kesulitan mempertahankan performa dan meningkatkan kualitas.

Kategori :