"Kondisi ini bisa menyeret kita ke situasi seperti Arab Saudi, tim nasional diisi pemain cadangan karena klub lebih memilih pemain asing," tegas Akmal.
Ia mendesak PSSI dan LIB untuk meninjau ulang kebijakan tersebut sebelum terlambat.
BACA JUGA:PSM Makassar vs Persija Jakarta, Mauricio Souza Soroti Mandeknya Kreativitas Serangan
BACA JUGA:Ousmane Dembele Terancam Absen di Ballon d’Or 2025 karena Jadwal PSG vs Marseille
Di level taktik,Gerald Vanenburg cenderung menekankan permainan berbasis penguasaan bola, namun sering kali tidak progresif.
Banyak penguasaan yang berakhir di belakang, bukan menciptakan peluang.
Ditambah lagi, pelatih tidak memulai proyeknya dengan membenahi fisik pemain, sesuatu yang menjadi kunci sukses STY.
"Tanpa fisik yang prima, taktik sehebat apa pun akan gagal di level Asia," ujar Akmal.
Tantangan bukan hanya teknis.
Faktor eksternal seperti keputusan wasit dan jumlah suporter juga berpengaruh.
Arab Saudi, misalnya, membatasi jumlah suporter Indonesia hanya 10% dari kapasitas stadion saat laga kualifikasi Piala Dunia.
Ini menjadi tanda bahwa tekanan dan perang psikologis sudah dimulai bahkan sebelum peluit dibunyikan.
Akmal juga mendorong PSSI agar lebih aktif melayangkan protes kepada AFC terkait netralitas wasit.
Meski kritik banyak diarahkan kepada Patrick Kluivert dan Gerald Vanenburg, Akmal tetap menyampaikan harapan.