• Uji coba dan validasi pada 849 pelajar, serta
• Pemberian koreksi kacamata bagi anak-anak dengan gangguan refraksi.
BACA JUGA:Catat! Ini 4 Makanan yang Bisa Bantu Jaga Kesehatan Mata Anak
Khusus untuk integrasi Cermata dengan skrining kesehatan jiwa anak melalui kuesioner PedEyeQ, yang menilai fungsi visual, keterbatasan akibat kondisi mata, fungsi sosial, dan kekhawatiran anak.
Temuan Kunci: Hubungan Kesehatan Mata dan Kesehatan Jiwa
Hasil skrining awal Cermata menunjukkan:
• 40% anak memiliki gangguan penglihatan,
• 70% anak menunjukkan indikasi gangguan emosional,
• 50% anak mengalami masalah perilaku, dan
• 27% anak memiliki indikasi hiperaktivitas
BACA JUGA:5 Makanan Ini Bisa Jaga Kesehatan Mata Lho, Cocok Buat yang Kerja Seharian Depan Laptop
Dalam kesemaptan ini, Menteri Kesehatan RI 2014-2019 Prof. Nila F Moeloek yang juga merupakan penasehat utama dari program Cermata ini mengungkapkan program ini sangat baik untuk kesehatan publik di tanah air.
Melalui digitalisasi, skrining dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, termasuk di sekolah dan lingkungan rumah.
"Cermata juga didesain inklusif untuk anak-anak dengan disabilitas menggunakan alat bantu huruf E cetak. Platform ini telah melalui proses alih bahasa oleh penerjemah tersumpah dan memenuhi standar validitas ilmiah,” ungkap Nila yang juga merupakan Ketua Dewan Pembina Indonesia Health Development Center (IHDC) ini.
“Cermata bukan hanya alat skrining, tetapi gerakan kolaboratif yang melibatkan guru, orang tua, dan tenaga kesehatan sebagai pendamping utama. Hasil skrining menjadi pintu masuk untuk jejaring rujukan dari sekolah ke puskesmas pembina dan fasilitas kesehatan lanjutan.
BACA JUGA:Selain Wortel, Ini 6 Jenis Makanan yang Baik untuk Kesehatan Mata