JAKARTA, DISWAY.ID-- Dalam kurun waktu beberapa minggu ini, keputusan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk menggunakan campuran bahan etanol dalam Bahan Bakar Minyak (BBM) tengah menjadi perbincangan hangat.
Pasalnya, penggunaan etanol dalam BBM sendiri dikhawatirkan akan menurunkan mutu BBM nantinya.
BACA JUGA:Link Live Streaming Pernikahan Amanda Manopo dan Kenny Austin, Disiarkan Pukul 18.15 WIB
Menanggapi kekhawatiran ini sendiri, PT Pertamina (Persero) menjelaskan bahwa penggunaan Bioetanol dalam negeri sendiri dilakukan untuk menurunkan emisi karbon sektor transportasi, serta menggerakkan ekonomi untuk para petani.
Selain itu menurut Wakil Direktur Utama Pertamina, Oki Muraza, penggunaan Bioetanol dalam negeri dapat mensubstitusi bensin impor sehingga mampu mengurangi defisit neraca perdagangan impor bensin yang saat ini setara USD 12,4 miliar (Rp200 triliun).
“Pertamina tidak hanya berfokus pada ketahanan energi nasional, tetapi juga berperan aktif menurunkan emisi dan menciptakan ekosistem energi yang lebih hijau,” jelas Oki kepada media secara daring, pada Jumat 10 Oktober 2025.
BACA JUGA:Pilu Gadis Digagahi Ayah Tiri di Tangsel, Sudah Lapor Polisi Tapi Mandek
BACA JUGA:Heboh Soal Pertalite Campur Etanol, Pertamina: Tidak Sesuai Fakta!
Lebih lanjut, Oki juga menambahkan bahwa Pertamina sendiri sebelumnya juga sudah merilis produk berbasis bioetanol, yakni Pertamax Green 95, yang telah diluncurkan secara nasional hadir dengan RON 95 dan kandungan sulfur di bawah 50 ppm (Euro IV).
“Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina,” tegasnya.
BP-AKR dan Vivo Berikan Penolakan
Kendati begitu, sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) pun tetap memberikan penolakannya terhadap penggunaan kandungan etanol dalam BBM tersebut. Salah satunya adalah SPBU British Petroleum (BP) serta Vivo.
BACA JUGA:Gerak-gerik Ammar Zoni saat Selundupkan Narkoba ke Rutan Salemba
BACA JUGA:Panji Bangsa Instruksikan Seluruh Anggota Data Pesantren yang Butuh Perbaikan