Ia juga menilai, program modernisasi armada TNI AL dan kerja sama strategis dalam pembangunan Unmanned Surface Vehicle (USV) maupun kapal selam generasi baru menegaskan bahwa visi pertahanan maritim kini semakin visioner dan terukur.
“Langkah diversifikasi alutsista ini menunjukkan kesadaran strategis bahwa kekuatan pertahanan menjadi basis diplomasi yang dihormati,” tandasnya.
Selain aspek militer, Heri menyoroti pentingnya diplomasi ekonomi yang lebih seimbang agar Indonesia tidak terjebak dalam ketergantungan pada satu sumber investasi, terutama dari Tiongkok.
BACA JUGA:Pemerintah Siapkan Peta Jalan AI Nasional, Target Kontribusi Ekonomi Capai Rp5.800 Triliun!
“Kemandirian diplomasi ekonomi sama pentingnya dengan kemandirian pertahanan. Diversifikasi mitra strategis harus terus diperluas agar kita tidak mudah ditekan dalam negosiasi internasional,” tegasnya.
Heri menyebut bahwa arah diplomasi Prabowo sesungguhnya merupakan aktualisasi dari konsep Wawasan Nusantara, di mana pandangan geopolitik menempatkan Indonesia sebagai bangsa maritim yang utuh, berdaulat, dan berperan aktif dalam menjaga stabilitas kawasan.
“Diplomasi dan pertahanan bukan dua kutub yang terpisah. Di bawah Presiden Prabowo, keduanya mulai berjalan beriringan untuk memastikan kepentingan nasional terlindungi dari Sabang sampai Merauke, dari dasar laut hingga orbit antariksa,” pungkas Heri.