Dedi menjelaskan, dana Rp3,8 triliun per 30 September itu memang tersimpan dalam giro kas daerah, bukan deposito seperti yang diduga.
“Kalau giro itu kas daerah, bukan deposito. Pemerintah tidak mungkin menyimpan uang di lemari besi, jadi ya di kas daerah dalam bentuk giro,” jelas Dedi.
Dedi menegaskan, tidak ada satu rupiah pun dana Pemprov Jabar yang disimpan dalam bentuk deposito untuk meraup bunga
Dana kas yang tersisa, kata dia, terus berputar untuk membiayai gaji pegawai, kontrak proyek infrastruktur, hingga kebutuhan rutin daerah.
BACA JUGA:Warga Jabar Donasi Rp1.000 per Hari, KDM Buat Surat Edarannya
“Hari ini uang di kas daerah sekitar Rp2,4 triliun, dan setiap hari keluar untuk belanja. Jadi tidak ada uang yang diam di deposito,” ujarnya.
Meski demikian, Purbaya tetap menekankan bahwa pemerintah daerah harus mempercepat realisasi anggaran agar tidak menumpuk di bank.
Ia juga menegaskan, dana yang tidak segera dibelanjakan akan menurunkan efektivitas fiskal dan berpotensi mengganggu target pertumbuhan ekonomi nasional.
Menanggapi itu, Dedi memastikan serapan anggaran Pemprov Jawa Barat akan digenjot habis hingga akhir tahun.
BACA JUGA:KDM Mau Bentuk Satgas MBG, SPPG Bermasalah Bakal Diberhentikan
"Saya bertekad di Desember nanti belanja habis, untuk pembangunan, bukan jalan-jalan,” tegasnya.
Dedi bahkan berencana menagih kembali dana transfer ke daerah (TKD) yang sempat dipotong pusat.
“Kalau nanti belanja kita paling tinggi di Indonesia, saya akan minta ke Menkeu: TKD Jabar kembalikan dong, 2,458 triliun itu hak kami,” ujarnya.