JAKARTA, DISWAY.ID - Sebuah studi baru oleh Dewan Penelitian Medis India dan Institut Virologi Nasional menyebut bahwa pemberian dosis ketiga vaksin Covid-19 dapat meningkatkan kekebalan tubuh manusia.
Rekomendasi tersebut terutama untuk orang yang telah divaksinasi tetapi tidak terinfeksi virus Covid-19 dalam dua tahun terakhir.
Para peneliti yang terkait dengan penelitian ini membandingkan tiga kelompok orang. Pertama 'vaksin naif', yaitu mereka yang telah menggunakan vaksin tetapi belum terinfeksi Covid.
Kemudian kedua ada individu yang telah pulih dari Covid-19 dan telah menggunakan dua dosis vaksin. terakhir ada individu dengan infeksi terobosan SARS-CoV-2, yaitu mereka yang tertular virus setelah mengambil kedua suntikan.
BACA JUGA:Info Arus Mudik Terkini: Antrean Kendaraan Mengular di Exit Tol Jakarta-Merak hingga 1,5 Km
“Studi kami menunjukkan respons IgG (Immunoglobulin, sejenis antibodi) dan Nab (antibodi penetral) yang lebih rendah pada vaksin naif daripada kelompok lain. Ini menekankan berkurangnya respons kekebalan pada vaksin naif setelah dosis kedua dan menjamin pemberian dosis pencegahan untuk meningkatkan kekebalan,” kata para peneliti yang terkait dengan penelitian, dikutip dari laman The Indian Express.
Studi yang diterbitkan baru-baru ini di Journal of Infection telah melihat ke dalam IgG dan menetralkan respon antibodi pada individu yang divaksinasi dengan dua dosis vaksin Covishield terhadap varian virus B.1, Delta, Beta dan Omicron.
Antibodi penetral bertanggung jawab untuk mempertahankan sel dari patogen.
Mereka diproduksi oleh tubuh sebagai bagian dari respons imunnya dan produksinya dapat dipicu oleh infeksi atau vaksinasi terhadap infeksi.
BACA JUGA:Datangi Bareskrim Polri, Kuasa Hukum: Billy Syahputra Akan Menjelaskan Semua
BACA JUGA:Pemudik Diimbau Tidak Berhenti di Bahu Jalan Tol
Imunoglobulin, juga dikenal sebagai antibodi, pada dasarnya adalah molekul glikoprotein yang diproduksi oleh sel darah putih.
Antibodi bertindak sebagai bagian penting dari respons imun dengan secara khusus mengenali dan mengikat bakteri atau virus dan membantu menghancurkannya.
"Terlepas dari kenyataan bahwa vaksin efektif melawan infeksi SARS-CoV-2 yang parah, banyak terobosan dan kasus infeksi ulang yang diamati selama pandemi," ucap peneliti.