Tanggul Pantai Mutiara Kian Mengkhawatirkan, Permukaan Air Laut Nyaris Sejajar Puncak Dinding Beton

Kamis 20-11-2025,06:02 WIB
Reporter : Hasyim Ashari
Editor : Khomsurijal W

JAKARTA, DISWAY.ID – Tembok pesisir Pantai Mutiara, Penjaringan, Jakarta Utara, kembali menjadi sorotan publik setelah kondisi di lapangan menunjukkan situasi yang kian mengkhawatirkan. Sorotan ini muncul tidak hanya dari warga, tetapi juga dari sejumlah mantan pejabat yang pernah bertugas di Jakarta.

Berdasarkan pantauan Disway.id di lokasi, permukaan air laut saat pasang kini berada sangat dekat. Bahkan nyaris sejajar dengan puncak tanggul pertahanan utama kawasan perumahan elite tersebut.

Fenomena ini terjadi akibat kombinasi pasang air laut tinggi serta penurunan muka tanah (land subsidence) di Jakarta Utara yang termasuk paling masif di Indonesia, yakni mencapai 10–30 sentimeter per tahun.

BACA JUGA:Industri Otomotif Bakal Menggeliat, Bosch Bangun Pabrik Modular di Cikarang

Secara visual, kawasan permukiman Pantai Mutiara kini berada lebih rendah dibanding permukaan air laut yang ditahan oleh tanggul.

Jarak antara puncak tanggul dan permukaan air laut saat rob dilaporkan hanya tersisa sekitar 30 hingga 100 sentimeter.

Padahal, tinggi tanggul dari permukaan tanah daratan hanya sekitar satu meter. Dengan kondisi tersebut, margin pengaman (safety margin) semakin menyempit.

Tanggul yang berfungsi sebagai benteng fisik umumnya menggunakan struktur beton. Namun, laporan warga menyebut ketebalan dinding tanggul di beberapa titik hanya 10–15 sentimeter, sehingga rentan terhadap kikisan ombak, rembesan, serta kerusakan struktural lainnya.

Untuk menilai ketahanan tanggul, Disway.id mewawancarai Prof. Dr. Ir. Andojo Wurjanto, pakar teknik sipil dan sumber daya air.

BACA JUGA:Pemprov DKI Tingkatkan Mitigasi Banjir di Seluruh Wilayah Jakarta Antisipasi Cuaca Ekstrem

Menurut Prof. Andojo, masalah Pantai Mutiara merupakan kombinasi rumit antara kenaikan muka air laut global dan penurunan tanah lokal.

“Tanggul beton itu didesain untuk kondisi masanya. Dengan laju subsidence Jakarta yang ekstrem, fungsinya sebagai perlindungan menjadi terbatas,” tegas Prof. Andojo, Rabu (19/11/2025).

Ia menjelaskan bahwa struktur beton di lingkungan laut memiliki umur layanan yang pendek akibat korosi. Dengan penurunan tanah yang terus berlanjut, tanggul harus ditinggikan dan diperkuat secara berkala.

“Jika tidak dilakukan upgrading secara rutin, risiko kerusakan bahkan kegagalan struktural akan meningkat. Dalam kondisi sekarang, tanpa intervensi besar, kekuatan tanggul mungkin hanya bertahan beberapa tahun,” ujarnya.

BACA JUGA:Status Awas! Semeru Erupsi, Warga Sekitar Lereng Dievakuasi

Kategori :