JAKARTA, DISWAY.ID - Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan dampak dari emisi karbon ke lingkungan, serta prioritas Pemerintah kepada agenda ekonomi hijau dan transisi energi, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa angka penjualan mobil listrik telah meningkat drastis.
Dalam hal ini, dirinya menjelaskan bahwa angka penjualan mobil listrik telah meningkat pesat hingga 18,27 persen per periode Oktober 2025.
BACA JUGA:Buruan Daftar! Dinkes DKI Gelar Operasi Katarak Gratis, Kuota Terbatas!
Jumlah tersebut diketahui jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka penjualan kendaraan mobil konvensional.
“Jadi, terjadi shifting dari mobil bensin ke mobil listrik,” jelas Menko Airlangga dalam agenda Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) 2025 Kadin Indonesia, yang digelar di Royal Glass House, Park Hyatt, Jakarta Pusat, pada Senin, 1 Desember 2025.
Menanggapi popularitas mobil listrik ini sendiri, Menko Airlangga menilai bahwa perubahan ini juga turut berdampak kepada penjualan mobil konvensional.
Menurutnya, kini sektor mobil konvensional juga harus melakukan penyesuaian harga atau price adjustment imbas popularitas mobil listrik yang membludak.
BACA JUGA:Breaking News: Timur Kapadze Pupus Latih Timnas Indonesia, Pilih Gabung Klub Uzbekistan
“Dan kalau kita lihat kemarin di pameran di Bumi Serpong Damai (BSD) harga mobil (bensin) tertekan ke bawah. Kita melihat adanya price adjustment dari berbagai jenis kendaraan yang diproduksi dalam negeri,” jelas Menko Airlangga.
Kendati begitu, dirinya juga menambahkan bahwa pertumbuhan kendaraan listrik ini sendiri diharapkan dapat mendorong perkembangan bisnis dan investasi kendaraan listrik di Indonesia.
BACA JUGA:BPS: Kementan Impor Beras 364.300 Ton Khusus Industri di 2025
“Saya berharap industri otomotif kita bisa menangkap peluang ini untuk masuk ke dalam rantai pasok teknologi baru,” ucapnya.
Sementara itu, Pemerintah sendiri kini juga tengah mempersiapkan pembangunan super green corridor, pemanfaatan carbon capture and storage (CCS), serta peningkatan investasi energi baru dan terbarukan.
Dengan Indonesia yang memiliki gudang karbon terbesar di Asia dengan potensi penyimpanan karbon hingga 600 gigaton, Menko Airlangga menilai bahwa faktor tersebut telah menjadi nilai strategis dalam kerja sama global.
Selain itu, sejumlah investasi besar dari Jepang, BP, dan ExxonMobil menegaskan komitmen dunia internasional terhadap transformasi energi Indonesia.