Karena itu, menurutnya, kehadiran Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih menjadi pengungkit baru bagi kebangkitan ekonomi desa.
“Kami ingin membangun ekosistem di mana koperasi-koperasi besar ikut berjalan bersama KDKMP, memperkuat manajemen, tata kelola, pelaporan, hingga operasionalnya,” kata Deva.
LPDB Koperasi juga tengah membuka wacana strategis mengenai peluang koperasi Indonesia masuk dalam ekosistem perusahaan efek.
“Saya baru bertemu Bursa Efek Indonesia. Saya punya ide bagaimana caranya koperasi bisa masuk ke bursa efek. Banyak koperasi kita yang sudah sangat besar, dan ini perlu kajian bersama OJK, notaris, dan pemangku kepentingan lain,” ungkapnya.
BACA JUGA:Tempat Menonton Timnas Indonesia U-22 vs Myanmar U-22 di SEA Games 2025
Selain itu, Deva juga menyinggung sejarah keberadaan Bank Umum Koperasi (Bukopin) yang hilang pasca krisis 1998, dan kini dimiliki oleh pihak asing. Menurutnya, Indonesia perlu mendorong kembali lahirnya Bank Koperasi milik bangsa.
“Ini momentum kita bersama untuk kembali memiliki Bank Koperasi. Saya tidak ingin menyebut koperasi naik kelas, karena koperasi sejatinya sudah ditempatkan di konstitusi kita melalui Pasal 33. Kita hanya perlu kembali ke jalannya, kembali ke khitah koperasi Indonesia,” tegasnya.
Menutup sambutannya, Deva menyampaikan bahwa setelah 25 tahun berkarier di sektor swasta, ia melihat bahwa koperasi Indonesia memiliki potensi besar untuk kembali berjaya.
“Saya melihat ini adalah kekuatan besar pemerintah yang harus kita dorong bersama. Koperasi Indonesia bisa kembali berjaya, dan kerja sama dengan notaris adalah kunci untuk menjaga fondasi legality yang kuat,”kata Deva.