Masuk Fase Pre-Menopause, Risiko Gangguan Kognitif Mengintai Perempuan

Senin 15-12-2025,09:01 WIB
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Editor : Marieska Harya Virdhani

Depresi.

Kecemasan

Kegelisahan.

Perilaku yang tidak sesuai dengan situasi.

Rasa curiga berlebihan (paranoia).

Melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada (halusinasi).

BACA JUGA:Pusat Kesehatan Lansia jadi Support System Caregiver Demensia

Kapan Harus ke Dokter

Segera temui tenaga kesehatan jika Anda atau orang terdekat mengalami gangguan daya ingat atau gejala demensia lainnya.

Penting untuk mengetahui penyebabnya, karena beberapa kondisi medis yang menimbulkan gejala demensia dapat diobati.

Dokter spesialis obstetri dan ginekologi Bethsaida Hospital, dr. Andriana Kumala Dewi, Sp.OG, Subsp. FER, menjelaskan bahwa estrogen memiliki peran penting dalam menjaga fungsi otak, memori, dan konsentrasi.

BACA JUGA:Demensia Mulai Bergeser ke Usia Muda, Ternyata Hal Ini Pemicunya

“Pada fase pre menopause dan menopause, banyak perempuan mengeluhkan mudah lupa, sulit fokus, hingga brain fog. Jika tidak ditangani sejak dini, kondisi ini dapat berkembang menjadi gangguan kognitif,” ujarnya dalam acara Health Talk Seraphim Medical Center, Sabtu 13 Desember 2025.

Menurut dr. Andriana, tata laksana medis yang tepat sangat diperlukan untuk membantu menjaga keseimbangan hormon, disertai pola hidup sehat dan deteksi dini gangguan kognitif.

BACA JUGA:Lansia Depresi Picu Demensia 2,3 Kali, Ini Saran Psikiater UI

dr. Febby Astari, IFMCP menekankan pentingnya pendekatan wellness pada perempuan pre menopause, meliputi pengaturan nutrisi, kualitas tidur, serta manajemen stres sebagai bagian dari upaya menjaga kesehatan otak.

Head of Wellness Clinic Seraphim Medical Center, Mia Fitri, menambahkan bahwa olahraga terstruktur berperan besar dalam meningkatkan aliran darah ke otak dan mendukung neuroplastisitas, terutama pada perempuan yang memasuki fase perubahan hormonal.

Kategori :