Akal Sehat Bikin Tamat Kereta Cepat

Akal Sehat Bikin Tamat Kereta Cepat

 


Akhirnya akal sehat yang menang: Mahathir Muhamad membatalkan proyek kereta cepat Kuala Lumpur ke Singapura. Itu akan membuat Malaysia hemat 36 miliar dolar. Mahathir bilang: kita perlu hindarkan negara dari kebangkrutan.

Apakah proyek itu tidak penting?

Penting. Tapi tidak sangat penting. Penting mana: proyek itu atau mengendalikan utang? Tergantung jenis utang, tenor dan tingkat bunga. Yang lebih penting lagi dibandingkan dengan tingkat kemampuan mengembalikannya. Atau besarnya beban pada anggaran negara.

Dilihat dari posisi utang Malaysia saat ini: gak usah Mahathir; saya pun akan membatalkannya.
Apalagi dalam kondisi seperti ini. Para ekonom Amerika pun sudah mengingatkan. Kondisi saat ini sangat mengkhawatirkan. Khususnya bagi negara-negara seperti  Indonesia, Malaysia, India, Thailand. Yang beban hutangnya sangat besar.

Kekhawatiran itu menjadi wat-menggawat karena tidak ada yang bisa menyetop penguatan  dolar. Saat ini. Dan masih akan terus begitu.

Ekonom belum sepakat mengapa ekonomi Amerika begitu menguat. Presiden Trump menepuk dada: hasil kinerjanya. Terutama berkat pemotongan pajaknya. Yang drastis itu. Dari 31 persen ke 21 persen. Juga berkat kebijakan imigrasinya. Yang sangat ketat. Pengangguran menjadi turun drastis. Tinggal 4 persen. Terendah sepanjang sejarah Amerika.

Yang anti Trump bilang: tidak mungkin. Trump belum lama jadi presiden. Ekonomi itu tidak bisa dibuat baik mendadak. Tidak seperti bikin burrito. Makan waktu. Kondisi baik ini, kata mereka, hasil konsolidasi yang dilakukan Obama.

Biarlah para ahli yang membahasnya. Yang jelas dampaknya pada ekonomi negara berkembang sangat mengkhawatirkan: bisa membuat krisis lagi.

Bagi Malaysia pembatalan proyek besar itu sangat rasional. Dalam kondisi seperti ini langkah penyelamatan yang diutamakan. Ibarat lagi kehilangan angin, layang-layangnya harus ditarik dulu. Bukan malah benangnya terus ditambah.

Hutang Malaysia mencapai 1 triliun ringgit. Kalau dirupiahkan sekitar 3.200 triliun. Itu mencapai 65 persen GDP. Hanya sedikit di bawah hutang Indonesia yang hampir 4.000 triliun (30 persen dari GDP).
Singapura tentu marah. Bisa-bisa mengenakan denda 500 juta dolar. Seperti tertulis dalam kontrak. Tapi putusan Mahathir sudah final. Proyek 350 km ini memakan biaya 110 miliar ringgit.

Tiongkok, sebagai yang punya proyek, tentu juga marah. Tapi Mahathir punya penasihat hebat: Robert Kuok. Raja gula dunia. Pemilik hotel-hotel Shangrila. Yang sangat dekat dengan Beijing. Umurnya tidak jauh dari Mahathir.

Singapura harusnya paham. Beban Malaysia terlalu berat. Ibarat harus main sepakbola kakinya dibebani besi.

Singapura tidak punya beban itu. Ekonominya juga lagi baik.  Tiongkok juga tidak punya beban. Saya yakin Singapura akan mengerti. Tiongkok akan mengerti.

Tentu Singapura tidak akan berpikir bahwa ini balas dendam. Akibat kejengkelan Mahathir masa lalu. Yang punya keinginan membangun jembatan antar dua negara. Sebagai pengganti causeway bridge yang harus dibongkar. Yang ditolak Singapura.

Negara seperti Turki pun saat ini lagi pusing. Mata uangnya, lira, merosot 20 persen.  Setahun terakhir. Padahal bulan depan Pemilu.

Malaysia sudah membuktikan pernah menjadi negara yang lolos krisis. Di masa jatuhnya Pak Harto. Kini Malaysia lagi menarik benang untuk menghadapi angin yang kian hilang.

Bagi Malaysia sebenarnya masih punya beberapa kelebihan. Dibanding tetangganya: negerinya Via Vallen. Produksi minyaknya hampir sama dengan Indonesia. Di sekitar 700 ribu barrel perhari. Itu cukup untuk pengadaan BBM dalam negerinya. Yang jumlah mobil nya hanya 18 juta.

Sedang di negerinya Via Vallen jumlah mobilnya 70 juta. Berarti perlu menambah terus impor BBM. Di saat harga minyak mentah yang sudah mencapai 80 dolar/barel impor BBM itu akan menyiksa.

Mumpung bulan puasa, mari kita tambahkan doa. Agar pikiran sehat juga dipakai bersama-sama.(dis)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Komentar: 75

  • agus agus
    agus agus
  • Andry arfiantho
    Andry arfiantho
  • Santa
    Santa
  • nugi
    nugi
  • Rizky pratama
    Rizky pratama
  • Dian Pratomo
    Dian Pratomo
  • Sulton Yohana
    Sulton Yohana
  • Parkun
    Parkun
  • jon
    jon
  • Fahmi
    Fahmi
  • Dhani
    Dhani
  • SigitS
    SigitS
    • Hermanyu Erman
      Hermanyu Erman
  • Tjeng Fu Ming
    Tjeng Fu Ming
  • Lik_nana
    Lik_nana
  • Arman
    Arman
  • Tjeng fu ming
    Tjeng fu ming
  • nur rochemat@gmail.com
  • Hans
    Hans
  • Jati tirto
    Jati tirto
  • matgliwo
    matgliwo
  • Dana Wawanda
    Dana Wawanda
  • Wayan Jihan
    Wayan Jihan
  • Ali Salim
    Ali Salim
    • Kuro
      Kuro
    • Abcd1994
      Abcd1994
    • Parkun
      Parkun
  • Saifudin
    Saifudin
  • zulkifli
    zulkifli
  • rahmi
    rahmi
    • Umberto Echo
      Umberto Echo
  • DjOE
    DjOE
  • FAUZUNAM
    FAUZUNAM
    • djo9ke
      djo9ke
  • saeful
    saeful
  • Ahi
    Ahi
  • Ishaaq Maulana
    Ishaaq Maulana
  • Dewi
    Dewi
  • Imam sabikin
    Imam sabikin
  • Zaki
    Zaki
  • Ahmad Zuhri
    Ahmad Zuhri
  • Dian
    Dian
  • Rion
    Rion
  • Edi Susanto
    Edi Susanto
  • Benady
    Benady
  • Arif
    Arif
  • Adi Kristyanto
    Adi Kristyanto
    • Maspat
      Maspat
    • phenom_x8
      phenom_x8
  • Reb.
    Reb.
  • Didik Suhardianto
    Didik Suhardianto
  • Ahmad Fakhtimihaqi
    Ahmad Fakhtimihaqi
  • malang jaya
    malang jaya
  • Fahmi zf
    Fahmi zf
    • Salahuddin
      Salahuddin
    • Salahuddin
      Salahuddin
  • yudex
    yudex
    • Andi
      Andi
    • Clarkgede
      Clarkgede
  • Lutvie
    Lutvie
    • Ulasasih
      Ulasasih
    • Deschamps
      Deschamps
  • Vavai
    Vavai