Dia tidak pernah masuk SD atau SMP. Tidak juga SMA. Umur 17 tahun baru merasakan bangku sekolah. Tapi langsung bangku kuliah. Sempat terputus-putus. Tidak kuat bayar uang kuliah. Dan uang pondokan.
Orang tuanya tidak mau membiayai. Dikira umurnya sudah 18 tahun. Dosennya menawari bantuan uang. Sang dosen sungguh menyayangkan kalau dia putus kuliah. Dia tidak mau menerima bantuan. Dia pilih putus kuliah. Bekerja sebagai pelayan toko. Untuk cari biaya kuliah. Merangkap pembantu rumah tangga. Lalu kuliah lagi. Putus lagi. Kuliah lagi. Akhirnya dia lulus S1. Dengan nilai terbaik di universitasnya. Dua tahun kemudian meraih gelar doktor. Di universitas terbaik dunia.
Nama gadis ini Tara. Lengkapnya: Tara Westover.
Ayahnya sangat 'Amerika' dan 'sangat fanatik'.
Tara tidak boleh sekolah. Sekolah itu hanya alat cuci otak pemerintah.
Kalau Tara sakit tidak boleh ke dokter. Dokter itu setan. Hanya Tuhan yang bisa menyembuhkan orang sakit. Lantaran sakit itu bagian dari rencana Tuhan.
Pak Westover punya anak tujuh. Tara adalah anak bungsu. Setiap hari makan malam harus bersama. Sehabis makan malam Pak Westover melakukan pengajian. Semua anaknya harus ikut. Pak Westover membuka Al Kitab. Membacakan ayat-ayat yang ada di dalamnya. Sampai dua jam.
Itu belum cukup. Setelah itu Pak Westover masih mendoktrin anak-anaknya. Tentang surga. Tentang dosa. Tentang neraka.
Bercelana pendek adalah dosa: memperlihatkan kaki dan paha. Pakai make up juga dosa.
Anak-anak itu harus sekolah dari kehidupan. Harus mandiri. Tidak boleh menerima bantuan dari siapa pun. Termasuk dari pemerintah. Menerima bantuan itu seperti menjual kemerdekaan.
Sekeluarga harus kerja keras. Anak laki-laki harus bekerja pada ayahnya. Di ladang yang luas. Begitu bekerja ayahnya memberikan gaji. Sebaliknya orang tua juga tidak mau lagi memikirkan biaya hidup anaknya.
Sang ibu menjadi dukun bayi. Di kota kecil itu semua sama: melahirkan dibantu midwife. Dukun bayi. Tidak ada yang melahirkan di rumah sakit. Lahir dan mati adalah urusan Tuhan.
Kita ini seperti membicarakan keadaan zaman dulu di negara terbelakang. Padahal yang saya tulis ini kejadian sudah tahun 2000-an. Sudah masa kini. Yang di Indonesia pun kita sudah mengenal wifi.
Dan itu terjadi di negara modern Amerika. Di pedalaman Amerika. Di pegunungan negara bagian Idaho.
Sang ibu juga mengolah hasil pertanian. Membuat minyak dari biji-bijian. Dijual sebagai obat herbal.
Obat dari dokter, menurut prinsip mereka, adalah racun. Yang akan mengendap di tubuh secara permanen. Dan karena itu dosa.
Ada doktrin lain lagi: waspadalah kalau ada pegawai pemerintah datang ke kampung ini. Ayahnya selalu menakut-nakuti semua anaknya. Kalau ada petugas pemerintah yang datang, anak-anak harus sembunyi di rumah. Di ruang bawah tanah. Semua lampu dimatikan. Tidak boleh ada suara. Tidak boleh bercakap-cakap. Batuk pun tidak boleh.
Kalau ketahuan kamu akan ditembak. Mati. Mereka akan memaksa kalian untuk sekolah.
Pak Westover selalu menceritakan contoh nyata. Kejadian di kampung itu. Seorang anak ketahuan tidak sekolah. Ketika didatangi anak itu lari. Lalu ditembak. Kakaknya, yang ingin menolong, juga ditembak. Mati. Ibunya lari ke arah anaknya yang berlumur darah. Juga ditembak. Semua mati.
Anak-anak Pak Westover sangat ngeri mendengar semua itu: dosa, neraka, ditembak.
Tugas anak-anak perempuan adalah di dapur. Membantu pekerjaan ibu. Kalau sudah umur 15 atau 16 atau 17 dikawinkan. Menjadi ibu. Yang sudah tahu tugas seorang ibu.
Tiap hari ayahnya selalu marah. Selalu ada yang salah. Selalu ada pekerjaan yang tidak cepat selesai. Malas sedikit pasti dimarahi. Tidak rajin kerja dimarahi.
Mereka harus bisa menabung bahan makanan yang cukup. Juga bahan bakar. Bukan saja untuk menghadapi musim salju yang panjang. Juga untuk menghadapi hari yang sangat dahsyat: hari kiamat.
Hari kiamat itu sudah dekat. Yakni tanggal 1 Januari tahun 2000. Yang saat itu populer dengan sebutan Y2K.
Kian dekat dengan Y2K sang ayah kian menggencarkan ancamannya. Tidak hanya kepada anak-anaknya. Tapi juga kepada tetangganya. Kepada siapa saja yang ia temui. Kiamat sudah dekat.
Sang ibu tidak sekeras sang ayah. Tara melihat celah-celah kosong. Yakni di pagi hari sampai siang. Saat ayah dan saudara laki-lakinya bekerja di ladang. Di gunung.
Saat umur 11 tahun Tara memberanikan diri naik sepeda. Sejauh 1 mil. Dia ingin mendapat uang sendiri. Seperti kakak-kakak lakinya. Dengan bekerja di toko grosir kota itu.
Suatu saat pemilik toko akan pergi jauh. Dilihatnya Tara bisa dipercaya. Dan akan mampu menjaga toko itu.
Tara pun diajari cara mengadministrasikan penjualan. Diajari pula membuka komputer. Mengirim email. Dan browsing.
Tara juga dipinjami HP. Agar pemilik toko bisa mengontrol Tara setiap saat.
Umurnya menjadi 12 tahun. Mulai mengenal komputer. Juga mulai punya tabungan.
Saat Tara berumur 15 tahun kakak sulungnya sudah berumah tangga. Tinggal di kota lain. Hidupnya sudah bercampur dengan masyarakat modern.
Sang kakak menyarankan Tara untuk sekolah. Keluar dari tradisi keluarga.
Tentu Tara mau. Ia sering membayangkan bagaimana rasanya sekolah. Bagaimana pula merasakan punya teman.
Tapi apa mungkin?
Sang kakak menyarankan Tara belajar matematika. Dari buku. Lalu membuka website universitas. Untuk mempelajari tata-cara ikut ujian masuk.
Di sela-sela jualan Tara browsing di komputer. Dia temukan formulir ujian masuk. Tapi ia tidak paham di dua mata pelajaran: matematika dan bahasa Inggris.
Tara terus berupaya bisa menjawab. Tanya ibunya. Yang ternyata dulu pernah sekolah. Sebelum kawin dengan Westover. Dia kawin umur 15 tahun. Punya anak umur 16 tahun.
Tapi sang ibu sudah lupa. Keduanya terus mengutak-atik pertanyaan matematika itu. Tapi jawabnya selalu salah.
Tara tidak bisa bertanya pada kakak-kakaknya: tidak ada yang sekolah. Bahkan kakak-kakak lakinya itu seperti ayahnya. Selalu ikut mengontrol kehidupan Tara.
Suatu saat ketahuan. Tara mencoba menggunakan lipstik. Di hajar habis. Hampir saja Tara mati. Kakaknya menganggap Tara berbuat dosa besar. Sampai wajahnya ditenggelamkan ke air di dalam toilet. Tidak bisa bernafas.
Kuatnya tekad Tara membuat dia berani merayu ayahnya. Dengan resiko akan diusut dan dimarahi. Tara merasa ayahnya pasti tahu hitungan matematika. Dia lihat ayahnya selalu mengutak-atik peralatan. Sampai menghitung detil. Misalnya saat sang ayah membuat senjata. Dan memproduksi peluru. Di ruang bawah tanah. Untuk melawan kalau ada petugas pajak datang. Dia tidak mau membayar pajak. Tidak ada peranan pemerintah pada hidupnya. Sedang tanah di situ ia peroleh dari Tuhan.
Tara berhasil. Sang ayah tahu jawabnya. Tapi tidak tahu caranya bagaimana bisa sampai pada jawaban itu. Sang ayah pun naik pitam. Marah besar. Pada istrinya. Mengapa tidak bisa mengajari Tara hal seperti itu.
Setelah merasa bisa Tara memasukkan kertas ujian itu lewat email. Dapat nilai 27. Gagal masuk sekolah. Nilai terendah yang diterima adalah 28.
Tara terus belajar sendiri. Tahun berikutnya ia masukkan kertas ujian. Dapat nilai 80. Tara diterima.
Yang sulit adalah: bagaimana cara memberitahu ayahnya. Bagaimana bisa mendapat izin sekolah. Asumsi awalnya: pasti tidak diizinkan. Dan memang tidak diizinkan. Bahkan mendapat marah.
Tara juga curi-curi ikut latihan tari. Di sebelah gereja. Tempatnya selalu ikut sekolah Minggu.
Tapi Tara tidak berani pakai baju tari. Dosa. Juga memang tidak punya. Padahal dia punya bakat.
Dari latihan tari itulah Tara ikut paduan suara gereja. Di situlah ayahnya tahu: Tara membuat dadanya bangga. Anaknya tampil di grup nyanyi gereja.
Lalu Tara mendapat tawaran menjadi penyanyi di paduan suara tingkat kota. Dia menjadi penyanyi solonya. Dia pun terpilih saat akan ada acara besar. Tapi harus latihan lebih intensif. Berarti harus sering meninggalkan rumah. Kadang malam hari. Tidak mungkin. Tidak akan diizinkan.
Setelah berbagai rayuan akhirnya ayahnya mengizinkan. Harus didampingi sang ibu. Ibunya juga kesenangan.
Waktu tiba hari pementasan sang ayah ternyata ingin menyaksikan. Diam-diam. Tahu-tahu sang ayah antre di loket karcis. Duduk di deretan kursi paling depan pula.
Saat Tara tampil di panggung matanya sering curi-curi wajah ayahnya. Tapi suara Tara memang hebat. Selesai pertunjukan Tara sudah siap akan diapakan saja oleh ayahnya. Ternyata ayahnya memujinya. Merangkulnya. Dan memberikan beberapa saran.
Tahun berikutnya, saat Tara umur 17 tahun, dia berani kan minta izin ayahnya: sekolah. Reaksi pertama sang ayah sangat marah. Dianggap akan melawan Tuhan. Akan menjadi kafir. Akan menjadi sosialis.
Tapi akhirnya sang ayah mengizinkan. Hanya saja sang ayah tidak akan memberi uang sepeser pun. Ayahnya mengira umur Tara sudah 18 tahun. Sudah di luar tanggungjawabnya. Tapi Tara tidak risau. Dia punya tabungan dari kerja diam-diamnya.
Waktu wisuda ayahnya tidak mau datang. Padahal anaknya juara. Sang ayah melihat anaknya sudah tersesat terlalu jauh.
Waktu Tara mendapat beasiswa ke Inggris ayahnya semakin no hope. Leluhurnya dulu meninggalkan Eropa untuk menghindari dosa. Kok malah anaknya akan sekolah di pusat dosa.
Padahal beasiswa itu dari universitas terbaik di dunia: Cambridge University. London.
Tara sendiri juga tidak bisa berangkat. Tidak punya paspor. Untuk bikin paspor harus ada akta kelahiran. Akhirnya bibinyalah (adik ibu) yang bersumpah di pengadilan. Bahwa Tara lahir pada tanggal itu. Satu tanggal yang Tara sendiri yang menentukan.
Saat tiba di Cambridge, Tara menjadi anak kampung satu-satunya di kampus dunia itu. Termasuk Tara tidak punya baju untuk dansa. Atau untuk jamuan makan. Tapi dia tidak peduli. Jiwa mandirinya sangat kuat.
Saat diminta membuat karya tulis pertama, guru besar di sana terpana: belum pernah ada calon mahasiswa S2 yang punya karya tulis sebagus Tara.
Beasiswa itu berlanjut ke tingkat doktor. Itu setelah tim guru besar Cambridge menyatakan karya tulis Tara untuk lulus master sudah menyamai disertasi doktor. Pun doktor itu boleh diambil di Cambridge atau Harvard, Boston.
Tara memutuskan tetap di Cambridge. Hanya saja dia juga mengambil di Harvard selama enam bulan.
Suatu saat ayahnya datang ke Boston. Bersama ibunya. Tidak mau di hotel. Ingin tidur sekamar di asrama Tara. Sang ayah tidur di ranjang. Sang ibu di kursi. Tara sendiri di lantai. Tanpa kasur.
Tidur bersama itu ternyata sengaja dilakukan sang ayah. Sebagai cara paling intensif. Untuk menginsyafkan Tara. Agar bisa kembali ke jalan iman.
Setelah seminggu di Boston sang ayah kehabisan harapan. Tara sudah terlalu jauh tersesat. Sang ayah pulang dengan penuh kekecewaan.
Tara akhirnya meraih gelar doktor. Di umurnya yang 27 tahun. Dengan disertasi tentang filsafat sejarah. Terkait dengan Gereja Mormon dalam sejarah. Disertasi pertama di bidangnya. Judulnya: The Family, Morality, and Social Science in Anglo American Cooperative Thought, 1813-1890. Tahun 2014 itu dia bergelar doktor.
Kisah hidupnya itu dia tulis di buku pertamanya. Semua. Dalam sebuah buku tebal. Buku baru. Berjudul 'Educated'. Yang baru selesai saya baca.
Tidak ada yang disembunyikan Tara. Sangat detil. Penuh warna. Termasuk warna kehidupan sehari-hari keluarga Westover. Sejak masa kecilnya. Dengan konflik-konfliknya. Dengan darahnya. Dengan air matanya.
Sudah lebih tiga tahun Tara tidak bertemu ayahnya. Tidak mau pulang ke Idaho. Terakhir dia pulang untuk melepas rindu pada kampungnya. Pada pegunungan Buck Peak. Pada tempat-tempat kecilnya: gereja, latihan tari, kudanya dan tempat tampil di paduan suara. Dan musim saljunya. Dia tidak mampir ke rumahnya. Hanya lewat di depannya.
Dia sendiri mengaku mengalami gejala kejiwaan: jiwa terbelah. Jiwa yang ganda. Di dalamnya ada pribadi Tara dewasa. Tapi juga terus hidup Tara yang lain. Tara masa remaja. Masa pemberontakan. Sampai kepalanya dibenamkan ke air di dalam toilet.
Gejala kejiwaan itu pula yang dialami ayahnya. Dalam derajat yang sangat tinggi. Juga kakaknya.
Ini penting untuk kita. Bagaimana parenting. Bagaimana dewasa dalam keluarga. Dan bagaimana menangani kalangan ekstrim dengan ilmu pengetahuan. Bukan dengan kekerasan.
Saya tidak bisa membayangkan reaksi sang ayah. Kalau membaca buku ini. Di hari tuanya. Di pegunungan Idaho.
Yang aliran gereja Mormonnya sangat konservatif. Lebih konservatif dari pusat Mormon di Salt Lake City. Yang memiliki universitas terkemuka: Brigham Young University (BYU). Tempat Tara pertama merasakan sekolah dulu.
Sayang saya tidak ada jadwal lewat Idaho. Saya sudah menjelajah kawasan itu dua tahun lalu.
Tapi saya tetap ingin ke sana lagi. Sekali lagi. Siapa tahu bisa ketemu Pak Westover. Kapan-kapan.(Dahlan Iskan)
Tanpa sekolah tingkat SD, SMP & SMA bisa langsung KULIAH..Hebatt..
sumartan
Semoga Abah bisa ketemu Pak Westover dan kita tunggu ceritanya di DI's Way tentu sangat menarik, apalagi cerita ini di angkat ke layar lebar??
Hoho
Educated: A Memoir buku ini tersedia di link ini https://www.periplus.com/p/9780525510673/educated-a-memoir?path=1&select_cat=&filter_name=Tara%20Westover
Nova Koernain
Terkejut baca story yg ini,ternyata msh ada seorang ayah yg memberikan doktrin gila pd anak2nya tidakkah sang ayah beradaptasi dgn dunia luar?agamanya sendiri"di jual"secara gila.
Gigihnyanya perjuangan si Tara,memberikan inspirasi.
Sehat trus abah..
golagong
Dalam sains perlu pembuktian, dalam agama hanya keyakinan tanpa reserve.
Dalam sains terdapat pencerahan, dalam agxxx delusi.
Hariyanto
Itukan pendapat orang yahudi yg ateis.semoga mereka dapat hidayah.aamiin.
Nurkolis
*Tanggal lahir Tara teringat tanggal lahir Abah. Yang terlupakan. Meskipun dalam hal ini masih ada bibinya Tara yang mengingat. Akhirnya Abah menentukan tanggal lahir sendiri. 17 Agustus.
*Juga teringat Tiongkok, apa mungkin menggunakan teorinya Tara ini. Memberantas ekstrimis dengan llmu pengetahuan.
*Yang jadi pertanyaan: apa sistem sekolah di Amerika/di Eropa memungkinkan bisa masuk universitas tanpa ijazah SD, SMP, SMA?
sri dewi
Terharu,takjub, sedih, campur jadi satu, masih ada hal" yg sangat-sangat primitif dan bodoh di era 2000an ini, mengorbankan hak azasi anak dan masa depannya....kasiannya dirimu Tara W....
dendi romi
good story pak disway...
Yusuf Ridho
“Tidak bisa bernafas.”
bernafas --> bernapas
Dengan resiko akan
diusut dan dimarahi.
resiko --> risiko
Sampai menghitung detil.
detil --> detail
Dan bagaimana menangani
kalangan ekstrim dengan ilmu pengetahuan.
ekstrim --> ekstrem
Orang fanatik, radikal,
ekstremis, bisa berasal dari agama apa pun. Apa lagi tidak beragama.
Membaca artikel ini,
saya serasa membaca tafsir Al Fatihah ayat terakhir (…waladhoooooliin).
Nuwon.
Yusuf Ridho
“Tidak bisa bernafas.”
bernafas à bernapas
Dengan resiko akan
diusut dan dimarahi.
resiko à risiko
Sampai menghitung detil.
detil à detail
Dan bagaimana menangani
kalangan ekstrim dengan ilmu pengetahuan.
ekstrim à ekstrem
Orang fanatik, radikal,
ekstremis, bisa berasal dari agama apa pun.
Membaca artikel ini,
saya serasa membaca tafsir Al Fatihah ayat terakhir (…waladhoooooliin).
Nuwon.
Ateis
baru nonton pelem hotel mumbai, agama emang cm mengajarkan kebodohan
Hariyanto
Itukan pendapat orang ateis yg bodoh (jahil dlm bahasa islam).semoga dapat hidayah.seperti master Dedy.
Why
Mantav
loroati
Omong² hampir tiap tahun. Sepanjang tahun Abah keliling ke pelosok dunia.
Per tahun habis berapa duit?
Hahaha
rico
sistem liberal bebas dan tidak memaksa menjadikan komunitas seperti ini bisa tetep bertahan meski dinegara maju seperti amerika, andai kan bersistem ekonomi dan berpolitik sosialis misal kayak di korea utara tentunya semua harus menurut sama pemerintah.
lbs
Tara yg luar biasa. hebat. yg kita sj dlm lingkungan normal tdk mampu seperti itu. bahkan hanya 1/10 dr yg d lakukan tara sj sy tdk bisa.
terimakasih Anah atas resensi bukunya yg luar biasa. dan semoga Abah kelak bisa bertemu dg pak Westover
Selamet
Cerita yang inspiratif ..
Ini Wawancara Bill Gates dan Tara Westover.
https://www.gatesnotes.com/Books/Educated
sutawijaya
https://www.youtube.com/watch?v=is635n6RNR0
Bam'shary
Barakallah pak...
Wandi
Tara adalah cerdas, karena itu ia dibimbing ke keadaan yg memungkinkan ia ke sekolah formal, tapi karna banyak tahu akibatnya tak bahagia, buktinya tak mampir ke rumah dan ketemu ayahnya. Mungkin lebih baik tak sekolah, asal bahagia ..? Aliran gereja tsb. Kok tak dilarang ya? Sangat anti pemerintah, bagaimana seandainya itu salah satu aliran islam? Apakah gak teroris? Atau aliran sesat?
gusbud
Perjuangan ini mirip, sorang yang lahir di dekat Kanal, sekolahnya hanya sampe Madrasah Aliyah, kemana mana pake sandal, jadi ketua IWP PSM (OSIS), yang akhirnya jadi juragan koran dan banyak perusahaan, Dirut BUMN, dan bisa menduduki "seduatu".
achmad fauzy
Ijin share om
Anindya rasya
Ada keberanian...ada kemauan pasti ada jalan keluar...sangat menguras emosi...smoga tara ingat kedua orang tuanya yg men''doktrinnya''
anis
siapa tau bisa ketemu pak westover..smg perjumpaan terjadi ya pak.Dgn humble nya Pak DI siapa tau mampu melembutkan kerasnya pak westover.
luQi
Kerja, kerja, kerja. Untuk perubahan lebih baik ^_^
..karya tulis tara untuk lulus master menyamai disertasi doktor...Sistem yg hebat+menghargai. Ntah brp persen gol yg merasa intelektual Indo tetap suka akan sistem yg monoton, tidak mgkn sistem ini diterapkan, tdk mgkn sistem itu kita pakai. Tidak mgkn dan tidak mgkn. Manusia yg menulis takdirnya menjadi tidak mgkn, hehehe.Tara umur 30an kah skrg abah disway?#praktekLapangankePasarTradisionalbersamaTheHeirs
Fanatik tobat
. Misalnya saat sang ayah membuat senjata. Dan memproduksi peluru. Di ruang bawah tanah. Untuk melawan kalau ada petugas pajak datang. Dia tidak mau membayar pajak. Tidak ada peranan pemerintah pada hidupnya. Sedang tanah di situ ia peroleh dari Tuhan.
Ini sih mirip banget early Christian di jaman romawi. Menolak menghormati raja Dan membayar pajak..makanya dipersekusi romawi
Joko subianto
Tulisan menarik dan inspiratif, seperti membaca novel best seller, di tunggu keputusuan MK tanggal 28 juni 2019..
petjoet
sangat 'Amerika' dan 'sangat fanatik'.
ada gak ya kalo disini yang sangat 'Indonesia' dan 'sangat fanatik' .?
.. ehmmm ..
Budiman
Mr. Westover sangat kolot dan anti pemerintah, tapi tidak ditangkap dgn tuduhan MAKAR atau dijerat ITE!
Sisi baiknya adalah dgn didikan super Konservatif tsb anak-anaknya tidak jadi Tukang NGUTANG dan Tukang NGIBUL, yang merupakan dosa besar..
hamid
gak usah jauh2 bah, pak westover nya udah disini.
Iwan Saff
Pak, kalau berkesempatan ketemu Mas Westover titip salam ya. Dia cari mantu ga?
Pembaca
Siap-Siap tahan tembak hahahahahhahaha
maspri.id
selalu ada hal baru informasi baru, juga harus buka maps lagi..ditunggu kelanjutan riau-1 nya
ngurah
kirain mau mengulas sidang mk terakir tadi malam, dengan saksi pemohon yg wow. ternyata berakhir dengan tenang sangat luarbiasa, yg praktis jadi panggungnya orang gajah mada
Irnadi
Mungkin karena kudet info, ternyata di sana, masuk Universitas ga harus menyelesaikan jenjang dasar dulu, bisa langsung asal lulus tes...
Bener begitu ga yaa.....☺
C3bi tobat
makanya, lebih baik jadi ateis, tibang ditipu2 melulu oleh dongeng yahudi
Hariyanto
Saya sepakat.yahudi itu penipu.makanya banyak orang jadi ateis.semoga dapat hidayah.khususnya bagi yg blm beragama.aamiin.
Cak rinem
Saya yakin hidup Tara jauh lebih sulit dari deskripsi tulisan ini. Dari nol tanpa pendidika. Sampai S2 ke luar negeri tanpa biaya. Perjuangan yang over gila. Jos
Tunk
Bagus!
Didin
Saya bacanya nano-nano. Antara terenyuh & tertawa. Terenyuh karena kisah keluarga Tara. Tertawa ketika baca kalimat "Leluhurnya dulu meninggalkan Eropa untuk menghindari dosa. Kok malah anaknya akan sekolah di pusat dosa." Haha..
Akhmad
Sarapan disway setiap pagi, menjadi menu wajib, kalau belum baca, seperti ada yg kurang....
F.Ernie
Thanks pak Dahlan Iskan.Tulisan2nya menarik unt dibaca dan sangat inspiratif. Mengali cerita2yg berbeda. Kereeennnn.
Riansyah Harun
Insya Allah..
Saya menunggu berita berikutnya, tentang Idaho dan pak Westover yg abah temui.
Kenapa saya bgt antusias menunggu tulisan abah dari Idaho tsbt, krn saya ingin abah mengulas detil kehidupan mereka, termasuk bisa tinggal beberapa hari di rumah pak Westover.
akal sehat
Saya tidak yakin Abah diijinkan menginap disana, apalagi di dalam Rumah Pak Westover, sebab betapa konservatif-nya mereka, apalagi Abah dari kalangan Muslim, dianggap lebih sesat dari orang Kristen Amerika yang bagi mereka sudah sesat.
Chen fu
Jika seandainya saya bisa bahasa inggris,saya pun ingin membaca buku itu.dari penjelasan abah sepertinya ceritanya menarik
Khairul Azmi
luar biasa.....sangat menginspirasi....
Adhi
Anak (orang) Kampung memang tren, abah.
deniang
Bagaimana menangani kalangan ekstrim dengan ilmu pengetahuan. Bukan dengan kekerasan. Luar biasa.. Sungguh sangat mengispirasi..
Anita Amier
Ketje Badai, Abah... Orang2 dg karakter dan keyakinan yg kuat
Denik
Seandainya Pa Westover itu beragama islam pasti sudah dituduh: Radikal, Intoleran, Gariskeras, dan pendukung khilafah.
He.. He.. He..
dahlanist
dikit2 kok selalu di slewengkan ke agama.... move on.. move on... hoeeee... bukan lagi zaman rasialis ini... bisa gak otak nya tdk bahas rasialis... ?? heran saya...
Ndp
Luar biasa. Keluarga yang sangat taat menjalankan agama. Sampai mendarah daging.
Ichsan
Abah, bagus juga kalau menulis tentang suku Amish
Jati Tirto
Pak Westover sebenarnya tidak sendirian. Th 80an, di Amerika Latin juga muncul gerakan anti sekolah. Krn sekolah membuat anak2 tidak mandiri, nggak bisa cari makan, jadi pengangguran (Ivan Illich : Bebas Dari Sekolah).
Tidak mengakui pemerintahan juga terjadi di perbatasan Jateng - Jatim paska perang Diponegoro (Suro Sentiko Samin). Mereka tidak memusuhi Pemerintah, tapi juga tidak mengakuinya.
Orang2 semacam ini luar biasa kemandiriannya.
Ragil
Mantul
Bosque
Kalo oemikiran Ivan Illich bukan didasari konservatisme tp mmg krn sistem sekolah saat ini yg dianggap kurang tepat. Banyak tokoh2 yg sepemikiran dg beliau, di Indo ada Prof. Daniel M Rasyid, seorang dosen & pakar pendidikan.
Hariyanto
Jadi ingat Cak Nun.
Ahmad Karni
Aneh memang, hidup kayak Tarzan
Hariyanto
Kalau bertemu pak Westover sy berharap pak Dis tdk sampai memancing dgn pertanyaan2 yg menyebabkan dia harus mengeluarkan senjata api itu.sy khawatir ada tahayul tentang orang asing disana.
luqman
mantul abah
Dss
Parenting penting dlm membentuk pola pikir Khususnya interaksi antara orang tua dan anak. Bagaimana Orang tua menyikapi, menghargai, menyampaikan dan bs menerima perbedaan pendapat dgn Open minded dlm proses interaksi dengan pemilihan kata - kata yg tepat tanpa memperlihatkan emosi.
Memperlakukan dan melihat anak seperti partner discuss yg bs dilakukan setiap saat. bukan dgn narrow minded. Klo dirasa ada yg kurang benar / salah kritisi dgn bahasa yg baik, enak, sopan tanpa menjustifikasi personal. bkn memperlakukan dgn narrow minded seperti atasan dan bawahan.Trims atas bacanya pak Dis.
Sad but true
Dengan sekian fanatiknya, Pak Gameover bisa di cap radikalis tuh. Biasalah jualannya Raja Mamariki.
Arif rahman
Ternyata ada yg begitu.
Prana
Mormon itu menyakini ada nabi akhir zaman setelah nabi isa. Dan org2 mormon amerika kanada juga ada yg keliling "dakwah" di indonesia.
Syawqi
Mengapa anak tidak SD, SMP, SMA, dapat menulis setara S2? Sementara yang sekolah normal (bahkan S1) tidak bisa menulis setara S1.
Ragil
Ini baru pertanyaan...
Bisa jadi itu adalah bakat tara, atau karena dia sekolah kehidupan yang sebenarnya secara masih kecil sudah diberikan tanggung jawab seperti orang dewasa,,
Atau itu maksud Tuhan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa masih ada orang di negara modern yang beraliran paham keras dan petunjuk itu dititipkan lewat tara.
Mujiburohman A. Abas
Di Amerika Serikat, kebebasan adalah segalanya. Sampai kebodohan pun, bebas untuk dilestarikan, dan dibudidayakan. Kayak Mormon ini. Selanjutnya mudahan Amish ditulis.
Aco
Westlife. Radikal di negeri demokrasi
Ahmad Zuhri
Ternyata itu kisah nyata, di Amrik pula..tak kirain saya aja yg 'ndeso' hehehe...
David Segoh
Betul, Bah. Saya merasakan bagaimana nuansa Mormon cukup kuat di sini. Di Pullman. Washington. Tetangga Idaho. Persis sebelah Moscow. Idaho. Bukan Rusia. Semoga niatnya diubah. Berkunjung ke Idaho. Sekaligus melipir dikit ke Pullman. Sebelahnya. Daerah yg unik. Disebut the Palouse Region. Sejauh mata memandang, hanya bukit2 bergulung-gulung. Rolling hills.
Yahudi
Yg kharismatik di negara ini doktrinnya ga jauh2 Amat kog ama Mormon di sono
Vavai
Selalu ada pembelajaran dari Abah. Ilmu pengetahuan, tambahan wawasan dan inspirasi perjalanan. Keren abah. Semoga selalu sehat dan diberkahi dalam kehidupan.
Agus Agus
jangan ke idaho abah, nanti ditembak sama pak westover, bisa game over...
Jonny Phang
wkwk baru Saya mau Komen seperti diatas :)
Ramdani Ram
早上好,余世甘先生。
Then Tsun Cin
早上好,余世甘先生。
amy
jd ingat buku "the 29th wife"nya david ebershoff. hari gini masih ada ya pak doktrin yang begitu
Komentar: 92
Silahkan login untuk berkomentar
Masuk dengan Google