Kashmir Mikir

Kashmir Mikir

Pikiran saya melayang jauh. Setiap menjelang Idul Adha seperti ini. Ke negeri yang kini lagi bergeser: India. 
 
Di sana kerukunan beragama selalu tergores. Di sekitar Idul Adha. Begitu krusialnya.
 
Yang satu kelompok merasa bahagia. Bila bisa menyembelih sapi.
 
Yang satu kelompok lagi merasa tersinggung. Bila ada sapi disembelih. 
 
Saya tidak pernah menemukan gagasan bagus. Atau pemikiran baru. Khususnya bagaimana cara menyelesaikan masalah itu. 
 
Orang Islam sangat minoritas di India. Sejak Pakistan menjadi negara terpisah dari India. 
 
Meski minoritas, ajaran agama harus dipraktikkan. Termasuk menyembelih sapi. Untuk ibadah kurban. Atau kambing. Atau onta. 
 
Penganut Hindu, di India, mayoritas mutlak. Pun secara politik. Lagi berkuasa. Menguasai parlemen. Dan pemerintahan. 
 
Mereka selalu mempertanyakan: mengapa Tuhan mereka disembelih. Sapi adalah kendaraan Tuhan umat Hindu. Yang sudah dianggap menyatu dengan Tuhan. Sampai ada hari raya sapi. Tiap bulan April. Tanggal 13.
 
Ok. Kalau penyembelihan itu dilakukan di negara lain. Yang umat Hindunya minoritas. Tapi ini terjadi di India. 
 
Maka begitu banyak konflik di sana. Yang latar belakangnya soal penyembelihan sapi ini.
 
Rasanya inilah problem antar agama yang paling pelik. Tidak ada yang lebih pelik dari itu. Islam dan babi, misalnya. Bisa diatasi. 
 
Misalnya yang makan babi tinggal di negara yang mayoritas Islam. Ia tetap bisa makan babi. Tanpa menyakitkan yang mengharamkannya. Makan babinya bisa diam-diam. Di dalam rumah masing-masing.
 
Misalkan yang mengharamkan babi hidup di negara pemakan babi. Masih bisa cari makanan halal. Tanpa menyakitkan yang makan babi. 
 
Pun soal suara azan yang dikeraskan. Bisa diatasi. Di negara yang mayoritas muslim, minoritasnya bisa menerima. Sebagian mungkin terpaksa menerima. Sebagian lagi ikhlas menerimanya. Ada juga yang pilih pindah rumah. Agar agak jauh dari masjid. Tapi tidak sampai bertengkar. Kecuali yang tidak terlalu waras. 
 
Gus Dur paling pinter mengajak minoritas agar bisa menerima azan. Lewat kehebatan humornya. 
 
Banyak yang datang ke Gus Dur. Baik dari kalangan Kristen maupun Konghuchu. Mengeluhkan suara azan yang dikeraskan itu. 
 
Gus Dur pun menjawab dengan guyon khasnya. Yang membuat tamunya tidak jadi komplain. 
 
Kata Gus Dur: Kalian itu harus bersyukur. Hubungan kalian dengan Tuhan kalian begitu dekat. Yang Kristen memanggil Tuhannya Bapa. Seperti ke bapaknya sendiri. Tuhannya orang Konghucu juga begitu dekat. Cukup dipanggil lewat asap dupa. Tanpa suara...
 
Itu memang hanya humor. Tapi bisa membuat kalangan minoritas menerima azan yang dikeraskan.
 
Saya tidak sempat bertanya pada Gus Dur: senjata apa yang akan beliau pakai. Kalau beliau harus merukunkan Islam dan Hindu di India. Terutama soal penyembelihan sapi itu.
 
Sekarang ini suasana di sana kian sensitif. Sejak partai BJP menang pemilu.
 
Partai BJP sangat religius. Dulu selalu kalah. Sebelum membawa ideologi agama. Namun sejak mengibarkan bendera sebagai pembela Hindu suaranya naik.
 
Lima tahun lalu mengalahkan Partai Kongres. Yang sekuler. Tiga bulan lalu menang lagi. Lebih mutlak lagi.
 
Kini minoritas Islam merasa tidak aman. Ada yang pindah. Ke daerah yang banyak penduduk Islamnya. Menjadi satu kantong Islam. Di daerah yang lingkungan mayoritasnya Hindu.
 
Sejauh ini India masih bukan negara Hindu. Resminya: negara sekuler. Tapi arus bawah kian deras: menghendaki segera menjadi negara Hindu. 
 
Itu sudah dituangkan dalam tema kampanye yang lalu. Yang bisa mendulang kian banyak suara. 
 
Memang penggantian itu harus lewat perubahan konstitusi. Tapi itu tidak sulit. Setelah parlemen mutlak dikuasai BJP.
 
Tanda ke arah sana pun kian jelas. 
 
Senin kemarin pemerintah mengeluarkan dekret: mencabut keistimewaan Provinsi Kashmir. Yang mayoritas Islam. 
 
Dekret itu pun segera berlaku. Tinggal menunggu pengesahan parlemen. 
 
Yang itu juga tidak sulit.
 
Kecuali para aktivis prodemokrasi bergerak. Didukung para ahli hukum. Tapi BJP juga menggunakan jalur hukum dan demokrasi.
 
Jalan pikiran pemerintah singkat: kalau otonomi Kashmir dicabut, segera berakhirlah konflik di sana. Yang begitu berkepanjangan. Yang tercampur dengan keinginan Kashmir merdeka.
 
Saya pernah merasakan ketegangan itu. Saat ke Kashmir dulu.
 
Bisa juga Kashmir kian tidak aman. Tidak akan stabil. Perlawanan di Kashmir akan meluas. Hari-hari juga tidak menentu. Seluruh medsos diblokir oleh pemerintah India. 
 
Apa yang akan berubah? Kalau otonomi Kashmir resmi berakhir?
 
Intinya: semua orang India menjadi boleh membeli tanah di Kashmir. Siapa saja. Dari mana saja.
 
Selama ini, orang luar tidak boleh membeli tanah di Kashmir. 
 
Menurut UU otonomi, hanya orang provinsi itu yang boleh beli tanah di Kashmir. Yang Hindu pun boleh. Asal asli Kashmir.
 
Yang disebut asli Kashmir adalah yang lahir dari bapak-ibu Kashmir.
 
Bagaimana kalau wanita Kashmir kawin dengan pria luar daerah? Hilanglah hak ke-kashmir-annya. Anak-anak mereka pun tidak berhak membeli tanah di Kashmir. Juga tidak boleh dapat warisan tanah di Kashmir.
 
Itu mirip dengan yang terjadi di negara bagian Kelantan Malaysia. Yang di sana berlaku hukum Islam. Partai Islam Pas-lah yang menguasai Kelantan. Aturannya juga seperti Kashmir itu. 
 
Hari-hari ini lagi panas di India. Terutama di Kashmir. Oleh dua gagasan itu. 
 
Pertama, gagasan mengubah konstitusi --menjadikan India  negara agama. Seperti di tetangganya --Pakistan.
 
Kedua, soal dicabutnya otonomi Kashmir itu. 
 
Pun Pakistan ikut panas. Langkah baru India itu dinilai ada udang di balik batunya: ingin mengubah komposisi penduduk Kashmir. Agar tidak lagi mayoritas Islam.
 
Saya sangat prihatin. Usaha pendekatan antara India dan Pakistan seperti terganjal lagi.
 
Gus Dur baiknya hidup kembali.(Dahlan Iskan)
 
 
 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Komentar: 130

  • Suzy Octavia
    Suzy Octavia
    • Suzy Octavia
      Suzy Octavia
  • C
    C
  • Andi
    Andi
  • Yogi
    Yogi
  • Soewarno
    Soewarno
  • Sall
    Sall
    • Rosa
      Rosa
  • AntiIslamPobia
    AntiIslamPobia
  • Ahmad Karni
    Ahmad Karni
  • raden mas kucing
    raden mas kucing
  • msbi
    msbi
  • Yusuf Ridho
    Yusuf Ridho
    • Eliaki G
      Eliaki G
  • Abu
    Abu
  • Nur Rakhman
    Nur Rakhman
  • Wandi
    Wandi
  • Buyung
    Buyung
  • Pipit
    Pipit
  • Alfin
    Alfin
  • Whatever
    Whatever
  • Witono
    Witono
  • Rudianto
    Rudianto
  • Wong Cilik
    Wong Cilik
  • ngurah
    ngurah
  • Mas Ito
    Mas Ito
  • Fery
    Fery
  • Ayuwa
    Ayuwa
  • Lek git
    Lek git
  • Ybhsmg
    Ybhsmg
  • sri dewi
    sri dewi
  • Mey
    Mey
  • S
    S
    • Agus Sujarwo
      Agus Sujarwo
    • Agus Sujarwo
      Agus Sujarwo
  • Denik
    Denik
  • nur rochemat
    nur rochemat
  • Syafiq
    Syafiq
  • Hariyanto
    Hariyanto
    • sri dewi
      sri dewi
  • Djatmiko
    Djatmiko
  • Gus dur
    Gus dur
    • RifQi
      RifQi
    • sri dewi
      sri dewi
    • Sponduu
      Sponduu
  • Junaidi Maksum
    Junaidi Maksum
  • maspri.id
    maspri.id
  • Ryanda
    Ryanda
  • Ahmad Zuhri
    Ahmad Zuhri
  • munib
    munib
  • Yahya
    Yahya
  • Nurkolis
    Nurkolis
    • Brantas
      Brantas
  • Teja
    Teja
    • sri dewi
      sri dewi
    • msbi
      msbi
    • ngurah
      ngurah
  • Widagdo
    Widagdo
    • Suwarno
      Suwarno
    • Denik
      Denik
    • lbs
      lbs
    • Bsy
      Bsy
    • toni
      toni
  • Munawir
    Munawir
    • Iwan
      Iwan
  • Najih
    Najih
    • a7i
      a7i
    • ngurah
      ngurah
  • BB
    BB
  • Mastaufan
    Mastaufan
    • golagong
      golagong
  • Critical-reader
    Critical-reader
  • roro
    roro
    • Soemarno
      Soemarno
    • Pembaca Setia
      Pembaca Setia
    • Denik
      Denik
    • Bsy
      Bsy
    • sri dewi
      sri dewi
  • Purba
    Purba
  • Denik
    Denik
  • Bam'shary
    Bam'shary
  • Sapi
    Sapi
  • Indra bin Sapto
    Indra bin Sapto
    • Ramadhan
      Ramadhan
    • Nyong Balagu
      Nyong Balagu
  • Kaef
    Kaef
  • lbs
    lbs
  • ad3k
    ad3k
  • tri
    tri
  • Ahmed
    Ahmed
    • Hanan
      Hanan
  • Ahmad Zuhri
    Ahmad Zuhri
    • Parto
      Parto
  • No name required
    No name required
  • budi
    budi
    • Prakarsa
      Prakarsa
    • Denik
      Denik
  • XXXX
    XXXX
    • Parto
      Parto
    • Purba
      Purba
    • sri dewi
      sri dewi
    • Pertalite
      Pertalite