Antara Rudiantara

Antara Rudiantara

Lihat dulu ”kelas” kementeriannya. Lihat pula ”kelas” BUMN-nya. 

Dari Menteri Kominfo ke Direktur Utama PLN harusnya tidak termasuk yang bisa disindir sebagai turun pangkat. 

Bahkan naik ”kelas”.

PLN memang di bawah menteri. Secara struktur. Demikian juga Pertamina. Tapi dirut dua BUMN tersebut bisa dibilang tidak kalah kelas dengan menteri.

Banyak kementerian yang anggaran jauh di bawah PLN atau Pertamina.

Kalau ke Tiongkok saya sering diperkenalkan sebagai menteri kelistrikan.

”Saya bukan menteri,” sergah saya. ”Saya ini hanya Dirut PLN”.

”Di sini kelas Dirut PLN disebut menteri,” tukasnya.

Terserah saja.

Yang penting saya harus mulai waspada. Mereka boleh pinter, kita tidak boleh bodoh.

Dirut PLN --dan Pertamina-- tidak jarang diundang ikut sidang kabinet --meski duduknya di barisan belakang. Dan tidak boleh bicara kalau tidak diminta.

Saat bicara pun harus pandai-pandai mengatur lidah: banyak atasan yang bisa terjepit di forum itu. 

Ejekan bahwa dari Menteri Kominfo ke Dirut PLN itu turun kelas pasti datang dari orang yang sangat sadar-kelas.

Rudiantara tidak harus merasa turun kelas. Harus merasa naik kelas. 

Memang ia kan Menteri Komunikasi dan Informatika. Tapi kan mantan. Tentu ia harus mau ditugaskan menjadi Dirut PLN.

Saya justru salut kepada orang yang punya ide menempatkan mantan menteri itu ke Dirut PLN. Kok terpikir ya.

Memang sulit mencari dirut baru PLN saat ini. Banyak yang hebat-hebat di dalam PLN. Tapi mungkin saja belum dikenal oleh para pengambil putusan. 

Dikenal itu penting. Untuk diketahui akan bisa dipercaya atau tidak. Terutama kemampuan dan integritas mereka.

Memilih dirut perusahaan sekelas PLN memang juga harus mempertimbangkan iklim kerja di dalam.

Misalnya apakah ada kubu-kubuan di dalamnya. Yang pro dirut lama dan yang kontra. Yang di tengah pun dianggap kejepit: dianggap kubu yang lain lagi.

Para ahli di dalam PLN dikhawatirkan sudah berada dalam salah satu kubu --biar pun sebenarnya tidak.

Itu bagian dari nasib.

Setidaknya Rudiantara tidak terlibat perkubuan itu.

Memang ia pernah menjabat Wakil Direktur Utama PLN. Tapi itu sudah 10 tahun lalu. Sebelum ada kubu-kubuan.

Memang ia bukan orang teknik. Bukan elektro. Tapi sudah pernah menjadi wadirut lima tahun. Ia sudah sangat paham masalah PLN --yang teknis sekali pun. Ia sudah ”orang dalam” PLN.

Di PLN Rudiantara banyak menangani energi primer. Yakni yang menangani pengadaan solar, batu bara, gas, dan sejenisnya. Di zaman ialah PLTGU Muara Tawar berubah total. Dari 100 persen Solar ke 100 persen gas.

Itu berarti sebuah penghematan sekitar Rp 3 triliun sendiri setahun.

Ia memang tidak termasuk yang saya ajak di BOD. Padahal, saya menilai ia mampu. Beberapa staf juga mengusulkannya. Tapi saya telanjur menghapus jabatan wadirut. Sedang untuk menjadikannya direktur saya merasa tidak sopan: menurunkan jabatannya.

Saya benar-benar salut pada pengambil keputusan ini. Kok terpikir nama Rudiantara. Kok bisa merayunya agar mau untuk turun pangkat.

Pemilihan Rudiantara bisa menghindarkan PLN dari persoalan tarik-menarik.

Sesekali alumni Universitas Padjadjaran Bandung menjabat Dirut PLN. Memang bukan dari fakultas tekniknya, tapi dari jurusan statistik. Tidak terlalu jauh. Pasti lebih baik dari sekadar lulusan pesantren seperti saya.

Apalagi Rudiantara pernah menjadi Wadirut Semen Gresik. Pernah juga jadi CEO banyak perusahaan besar.

Naluri bisnis Rudiantara sangat baik. Keahliannya di bidang keuangan juga istimewa.

Kedisiplinan salat lima waktunya jangan ditanya. 

Di PLN itu titik beratnya ”hanya” pada leadership. Ahli-ahlinya luar biasa banyak. Yang lebih berat adalah masalah politiknya. Saya bisa bercerita banyak soal ini.

Terlalu banyak proyek di PLN. Terlalu besar-besar nilai proyeknya. Anggaran di PLN jauh lebih besar dari kementerian Kominfo. Dari segi anggaran Rudiantara jelas naik pangkat.

Saya yang justru pernah turun pangkat. Saat dipindahkan dari jabatan Dirut PLN menjadi Menteri BUMN.

Turun pangkat?

Benar.

Dirut PLN gajinya Rp 170 juta/bulan.

Menteri BUMN gajinya Rp 19 juta/bulan.

Untung penurunan itu tidak terasa --saya tidak pernah melihat keduanya.

Dari segi ini, siapa bilang Pak Rudiantara turun pangkat.(dahlan iskan)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Komentar: 142

  • Tirai
    Tirai
  • gudalkuning
    gudalkuning
  • Fandy bbs
    Fandy bbs
  • Latif faiz
    Latif faiz
  • Hade
    Hade
  • Kuncoro Y.
    Kuncoro Y.
  • sri dewi
    sri dewi
  • tikno
    tikno
  • maspri.id
    maspri.id
  • Edri Novianto
    Edri Novianto
  • Rofiq
    Rofiq
    • Denok
      Denok
  • Denok
    Denok
    • Denik
      Denik
    • Bukan Ibs
      Bukan Ibs
  • Abas
    Abas
  • Himam
    Himam
  • Yudika
    Yudika
    • Yudika
      Yudika
  • Jim
    Jim
  • theblogname
    theblogname
  • Mas ito
    Mas ito
  • pakwind
    pakwind
  • Hoho
    Hoho
  • msbi
    msbi
    • Mas ito
      Mas ito
    • Denik
      Denik
  • Nalz
    Nalz
  • Whatever
    Whatever
    • Hariyanto
      Hariyanto
    • Denik
      Denik
    • Jati Tirto
      Jati Tirto
  • wahjoe kei
    wahjoe kei
  • Muh Abu Taufiq
    Muh Abu Taufiq
  • Luqi
    Luqi
  • Hidayat
    Hidayat
  • Orang udik tamatan SD
    Orang udik tamatan SD
    • Oncor
      Oncor
    • Jon
      Jon
  • Denik
    Denik
    • Ocean Flyer
      Ocean Flyer
  • sumartan
    sumartan
  • Bos PLN baru
    Bos PLN baru
    • Setrum Listrik
      Setrum Listrik
    • Bukan Ibs
      Bukan Ibs
  • Ndp_Endepeh
    Ndp_Endepeh
  • Hariyanto
    Hariyanto
  • Umberto
    Umberto
  • gunyogi
    gunyogi
  • Bam'shary
    Bam'shary
  • nur rochemat
    nur rochemat
  • petjoet
    petjoet
    • Pembaca
      Pembaca
    • Pembaca Setia
      Pembaca Setia
  • P Bro
    P Bro
    • Bukan Ibs
      Bukan Ibs
  • Hakim
    Hakim
  • Amat
    Amat
  • Yth indo
    Yth indo
    • Kukini yooiiii
      Kukini yooiiii
    • ngurah
      ngurah
  • Cah Semarang
    Cah Semarang
  • Ibnu Kembar
    Ibnu Kembar
  • msbi
    msbi
  • Cak sono
    Cak sono
  • Sapapua
    Sapapua
  • januar ago
    januar ago
  • mulyadi
    mulyadi
    • Bukan Ibs
      Bukan Ibs
  • Ricky
    Ricky
    • Sugiri
      Sugiri
  • Jess
    Jess
    • Hariyanto
      Hariyanto
    • nyinyir aje lo tong
      nyinyir aje lo tong
    • Jim
      Jim
  • Ahmad Zuhri
    Ahmad Zuhri
  • Denok
    Denok
    • Sudiono
      Sudiono
    • Sarjoni Marpaung
      Sarjoni Marpaung
    • Benok
      Benok
    • Iriana
      Iriana
    • Djoke
      Djoke
    • arif
      arif
    • pecahan beling
      pecahan beling
  • Joyo
    Joyo
  • Putra
    Putra
  • Jake
    Jake
    • kapeka
      kapeka
    • joko
      joko
  • Ghoni
    Ghoni
  • Fajar
    Fajar
  • Cak rinem
    Cak rinem
  • Bukan Ibs
    Bukan Ibs
    • Si Pintar
      Si Pintar
    • petjoet
      petjoet
    • Sok tau loe
      Sok tau loe
  • Tan
    Tan
  • Yusuf Ridho
    Yusuf Ridho
    • Tomtom
      Tomtom
    • Nur Muhis
      Nur Muhis
    • Rofiq
      Rofiq
  • Ahmad Karni
    Ahmad Karni
  • Heri suryo
    Heri suryo
  • Syam's
    Syam's
  • Arief
    Arief
  • Otole
    Otole
  • Abulagina
    Abulagina
  • Rian
    Rian
  • K'drun
    K'drun
  • Abulagina
    Abulagina
  • Denik
    Denik
    • denok
      denok
    • Bengok
      Bengok