Uang Mengalir

Uang Mengalir

Mungkin ada yang berpendapat begini: tidak peduli utang atau cetak uang, yang penting uangnya dibagi untuk kita-kita.

Seperti juga prinsip ”amplop merah itu tidak penting, yang penting isinya”. 

Maka utang atau pun cetak uang, yang penting uangnya akan dialirkan ke mana?

Kalau utang, yang akan terima uang adalah kementerian keuangan. Masuk APBN. Dari sini uang hasil utang bisa dialirkan ke mana saja --sesuai dengan program pemerintah.

Kalau cetak uang, hasil cetak uang itu menjadi milik bank sentral --Bank Indonesia.

Maka, kalau keputusannya nanti cetak uang, dari mana pemerintah dapat uang? Pinjam ke BI? Kan tidak ada pintunya?

Berarti pemerintah memang benar-benar sulit --harus lebih banyak kita doakan. Mau cari utang, sulit. Tidak mudah cari utangan di situasi sekarang --semua negara mau utang. Mau cetak uang, uangnya menjadi milik Bank Indonesia. 

Sekarang sudah berbeda dengan zaman tahun 1956. Ketika itu pemerintah bisa memerintahkan cetak uang. Sekarang tidak bisa lagi. Bank Indonesia itu independen.

Bahkan Bank Indonesia sendiri tidak bisa cetak uang begitu saja. Bank Indonesia itu diadakan dengan tugas khusus yang tunggal: menjaga nilai mata uang rupiah.

Tidak ada lagi tugas lain dari BI. Tugas lamanya yang satu itu --sebagai Stasiun Balapan, lender of the last resort-- sudah dihapus. 

BI tidak boleh lagi jadi sandaran akhir bank-bank pelaksana. Tidak ada lagi sumber dana yang dulu disebut ”Bantuan Likuiditas Bank Indonesia” itu. Bank yang mengalami kesulitan uang sudah punya tempat sendiri untuk meminjam.

Itulah sebabnya tidak mudah bagi BI didesak untuk cetak uang. Setiap cetak uang pasti akan memerosotkan nilai mata uang rupiah --inflasi.

Kalau sampai itu terjadi berarti BI telah gagal melakukan tugas satu-satunya.

Tapi tanpa cetak uang BI kan juga gagal menjaga nilai mata uang? Bulan lalu? Sampai satu dolar menjadi Rp 16.000?

Orang seperti Mukhamad Misbakhun akan menggunakan lubang seperti itu untuk berargumentasi. ”Harus saya akui Misbakhun sangat pintar,” ujar Prof. Didik Rachbini dari INDEF kepada saya kemarin.

Prof Didik, Misbakhun, dan saya memang jadi pembicara dalam Webinar Sabtu lalu. Soal ekonomi pasca Covid-19. Yang diadakan oleh Pengurus Pusat KB PII --organisasi alumnus Pelajar Islam Indonesia.

Di situlah Misbakhun menjelaskan konsep pemikirannya untuk cetak uang. Yang kemudian menjadi sikap DPR. Sedang Prof Didik Rachbini menjelaskan bahayanya cetak uang.

Di forum KB PII itu, sikap Misbakhun jelas: BI harus cetak uang.

”Ia pinter. Ia tidak menyebut cetak uang. Ia menamakannya quantitative easing,” ujar Prof. Didik. ”Seperti di Amerika saja,” tambahnya.

Menurut Misbakhun, hasil cetak uang itu disalurkan ke bank-bank pelaksana. Dipinjamkan ke bank. Sebagai pinjaman khusus. Dengan bunga khusus --yang sangat murah. Bahkan harus 0 persen --karena BI tidak boleh berbisnis.

Lantas bank meminjamkan dana itu ke pengusaha. Dengan bunga sangat murah. Misalnya 2 persen.

Pengusaha lantas menggunakannya untuk menggerakkan perusahaan --menciptakan lapangan kerja. 

Ekonomi pun bergerak.

Sampai di sini akan terjadi perdebatan yang panjang: pengusaha mana yang bisa mendapat kredit khusus dengan bunga khusus itu.

Untuk UKM? Perusahaan umum? Perusahaan besar? Atau siapa saja yang selama ini punya pinjaman ke bank yang tidak bisa membayar --karena Covid-19?

Bagaimana dengan perusahaan yang sebelum ada Covid-19 pun sudah sempoyongan?

Belum lagi: berapa sebenarnya kebutuhan uang semua pengusaha besar dan kecil itu? Agar cetak uangnya cukup?

Lalu: siapa yang akan menghitung kebutuhan uang itu? Lewat mekanisme apa? Mekanisme bank?

Kalau ternyata kebutuhan itu, misalnya, mencapai 2.000 triliun rupiah, apakah BI akan cetak uang sebanyak itu?

Pasti rupiah langsung terjun bebas.

Maka Prof. Didik menawarkan jalan kompromi: cetak uangnya sedikit dulu. ”Kalau harus cetak uang, haruslah bertahap. Sedikit-sedikit dulu,” ujar Prof Didik.

Misbakhun pun setuju dengan usul itu. Ternyata Misbakhun juga bisa mendengarkan ide dari Prof. Didik itu.

Belum selesai. Persoalan pun timbul. Tidak kalah krusialnya. Siapa yang mendapat prioritas mendapatkan uang yang ”sedikit” itu?

Kalau cetak uangnya sedikit, untuk UKM pun tidak cukup. Apalagi menjangkau yang besar.

Kalau hanya sebagian kecil UKM yang bisa mendapatkannya: siapa yang sedikit itu? Siapa yang menentukan?

Rasanya cetak uang pun ternyata akan menemukan jalan buntu --di tingkat pelaksanaan. Kecuali, tidak usah mempertimbangkan fair atau tidak, adil atau tidak. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani pun rupanya sudah membayangkan kesulitan di tingkat detail seperti itu. 

Tapi lantas apa?

Sudah jelas, mencari pinjaman juga sulit. Mengeluarkan obligasi tidak lagi laku.

Kementerian Keuangan pun memutuskan untuk cari jalan lain: menjual obligasi ke Bank Indonesia. Menurut Prof. Didik nilai obligasi itu mencapai Rp 150 triliun.

Apakah boleh pemerintah menjual obligasi dan menugaskan BI agar membelinya? 

Sebenarnya itu sama saja dengan Kementerian Keuangan memerintahkan BI untuk mencetak uang. Sebanyak Rp 150 triliun itu.

Tentu BI akan menolak permintaan seperti itu. Selama ini BI berpegang pada UU yang mengatur dirinya. Yang melarang perbuatan seperti itu. 

Tapi pemerintah kini menerobos aturan itu. Dengan cara yang kita semua sudah tahu: lewat Perppu baru, yang disahkan kemarin itu.

Ups... Serba sulit.

Berarti tidak lagi hanya politisi (DPR) yang berhadapan dengan teknokrat di pemerintahan. Teknokrat yang di kementerian pun harus berhadapan dengan teknokrat yang ada di Bank Indonesia.

Belum ada jalan keluar.

Bagi kita, ternyata lebih enak kalau Tung Desem saja yang kembali beraksi: menyebar uang kontan dari udara. (Dahlan Iskan)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Komentar: 293

  • Nizar
    Nizar
  • Isaac Boen
    Isaac Boen
  • Teguh Gw
    Teguh Gw
  • Arifin
    Arifin
  • Rudy
    Rudy
  • OPONI
    OPONI
  • Meta
    Meta
  • Hari Pranowo
    Hari Pranowo
  • Arif
    Arif
  • Kiatno Soechinto
    Kiatno Soechinto
  • Fansberat
    Fansberat
  • heiruddin
    heiruddin
    • AgNo
      AgNo
  • Akhmad
    Akhmad
    • Akhmad
      Akhmad
  • Ihsan
    Ihsan
  • Dermawan
    Dermawan
  • Adi nugroho
    Adi nugroho
    • asal komen
      asal komen
  • Arya Rinjani
    Arya Rinjani
  • Budy
    Budy
    • Pasar
      Pasar
  • Lesmana
    Lesmana
    • Pasar
      Pasar
  • YNWA
    YNWA
  • sony
    sony
  • Komengtator
    Komengtator
    • Akangckp
      Akangckp
    • Pasar
      Pasar
    • asal komen
      asal komen
  • Habibie
    Habibie
  • Abdul rojik
    Abdul rojik
    • Mr. Man
      Mr. Man
  • Sofyan Hendra
    Sofyan Hendra
  • Khaidir
    Khaidir
  • Whatever
    Whatever
  • UangGaib
    UangGaib
    • Pasar
      Pasar
  • Sandi
    Sandi
  • Jarjuro
    Jarjuro
    • Sam
      Sam
    • Stress
      Stress
  • Ttm
    Ttm
  • Setansus Milenieal
    Setansus Milenieal
  • ira
    ira
  • rahmadi heru
    rahmadi heru
  • NorW
    NorW
    • Duryudana
      Duryudana
  • sukapura
    sukapura
  • Pembaca
    Pembaca
    • Whatever
      Whatever
  • Joni pahamsyah
    Joni pahamsyah
    • Whatever
      Whatever
  • Ariza Hayari
    Ariza Hayari
  • pakde-mawon
    pakde-mawon
  • sinyo tantular
    sinyo tantular
  • Drasimic
    Drasimic
  • Isa
    Isa
  • uangnya ada...
    uangnya ada...
    • wowo
      wowo
  • Jupri
    Jupri
    • Acong
      Acong
    • Stefan
      Stefan
  • Nurkolis
    Nurkolis
  • Jay
    Jay
  • Sugandi Mr. Agan
    Sugandi Mr. Agan
    • Kined
      Kined
    • Tetangga Bossman
      Tetangga Bossman
    • donwori
      donwori
    • Kined
      Kined
  • Bam'shary
    Bam'shary
  • Denik
    Denik
  • Obligasi RI didalam negeri sendiri terbaik
    Obligasi RI didalam negeri sendiri terbaik
  • Gun Yogi
    Gun Yogi
  • Antonio Samaran
    Antonio Samaran
    • anthony
      anthony
  • Aisya alchinta
    Aisya alchinta
    • sugiri
      sugiri
  • dr Terawan Agus Putranto
    dr Terawan Agus Putranto
    • Fredy
      Fredy
    • Cebong Die Hard
      Cebong Die Hard
    • HAHAHA
      HAHAHA
  • Sri Mulyani
    Sri Mulyani
  • Lukman Hanafi
    Lukman Hanafi
  • Uang 11rb trilyun
    Uang 11rb trilyun
    • Johan
      Johan
    • C-Bonk
      C-Bonk
  • Jelita 238
    Jelita 238
    • sugiri
      sugiri
    • Pak LBP
      Pak LBP
  • Syahrial
    Syahrial
  • Gianto
    Gianto
  • Ade
    Ade
    • minji
      minji
  • Adis
    Adis
    • Miftahul
      Miftahul
    • pasar
      pasar
  • Mamase234
    Mamase234
  • Denik
    Denik
    • minji
      minji
  • Mas Ito
    Mas Ito
    • charik
      charik
  • Adam Samith
    Adam Samith
  • Ayuwa
    Ayuwa
    • Echa
      Echa
    • mucongor
      mucongor
    • Pejabat bersih
      Pejabat bersih
  • Dwi bambang irawan
    Dwi bambang irawan
  • Kepo kepo
    Kepo kepo
  • Sarjanah Ekonomie
    Sarjanah Ekonomie
  • Megawati
    Megawati
    • Setansus Milenial
      Setansus Milenial
    • Lord utang
      Lord utang
  • BJ Habibie
    BJ Habibie
  • SBY
    SBY
    • santuy
      santuy
  • Ade
    Ade
    • Dewi Riati
      Dewi Riati
  • manindra
    manindra
  • Trimo
    Trimo
  • Ibnu Kembar
    Ibnu Kembar
  • Luhut Binsar Panjaitan
    Luhut Binsar Panjaitan
  • Antikadrun
    Antikadrun
    • C-Bonk
      C-Bonk
  • Zaki m
    Zaki m
    • Bener pisan
      Bener pisan
    • K-Droen
      K-Droen
  • Agoeng
    Agoeng
  • Paul Ivan
    Paul Ivan
    • Trimo
      Trimo
    • Paul Cascoign
      Paul Cascoign
    • Ayuwa
      Ayuwa
    • paul jan cuk
      paul jan cuk
    • ngadallin
      ngadallin
    • pasar
      pasar
  • bejo
    bejo
  • Mas Kunt
    Mas Kunt
    • AntiKadrun
      AntiKadrun
  • Iqbal
    Iqbal
    • Cak Mud
      Cak Mud
  • Akamsi
    Akamsi
    • Dewi Riati
      Dewi Riati
  • Kang Waras
    Kang Waras
  • Anto Hoed
    Anto Hoed
  • Ahmad karni
    Ahmad karni
    • Golden
      Golden
  • Rudianto
    Rudianto
    • Antikadrun
      Antikadrun
    • suka kadrun
      suka kadrun
  • Zaka
    Zaka
    • Pemerintah dodol
      Pemerintah dodol
    • dodol government
      dodol government
    • pasar
      pasar
  • Ahmad
    Ahmad
    • pasar
      pasar
  • mas hery
    mas hery
  • Wong cuilik
    Wong cuilik
    • Fnd bbs
      Fnd bbs
    • Abby
      Abby
    • Dolan
      Dolan
    • imam subari
      imam subari
  • Muh hilal
    Muh hilal
  • Harykool
    Harykool
  • Widodo i
    Widodo i
  • songot
    songot
  • Bagus
    Bagus
  • Cah_Ponorogo
    Cah_Ponorogo
  • Le Kip
    Le Kip
  • hamba Alloh
    hamba Alloh
  • Aristn
    Aristn
  • Joe
    Joe
  • Wira
    Wira
    • Pejabat BLT
      Pejabat BLT
    • Jelita 238
      Jelita 238
  • Mbah bojong
    Mbah bojong
  • Anton
    Anton
  • Djoke
    Djoke
    • Andika
      Andika
    • Jelita 238
      Jelita 238
  • Febry Van Osch
    Febry Van Osch
    • Budi
      Budi
  • Febry Van Osch
    Febry Van Osch
  • Febry Van Osch
    Febry Van Osch
  • Febry Van Osch
    Febry Van Osch
  • Febry Van Osch
    Febry Van Osch
  • CEBONG PUTIH
    CEBONG PUTIH
  • Gak pertamax gak patheken!
    Gak pertamax gak patheken!
  • Febry Van Osch
    Febry Van Osch
  • Febry Van Osch
    Febry Van Osch
  • Febry Van Osch
    Febry Van Osch
  • Febry Van Osch
    Febry Van Osch
  • Febry Van Osch
    Febry Van Osch
  • Febry Van Osch
    Febry Van Osch
  • Febry Van Osch
    Febry Van Osch
  • Febry Van Osch
    Febry Van Osch
  • Febry Van Osch
    Febry Van Osch
  • Febry Van Osch
    Febry Van Osch
  • I WAN
    I WAN
    • Joshh
      Joshh
  • Febry Van Osch
    Febry Van Osch
  • Panggiring
    Panggiring
  • Febry Van Osch
    Febry Van Osch
  • Oncor
    Oncor
    • Djoke
      Djoke
  • Ahmad Zuhri
    Ahmad Zuhri
  • Bejo Subejo
    Bejo Subejo
  • Febry Van Osch
    Febry Van Osch
  • Hariyanto
    Hariyanto
  • Athena
    Athena
  • Mr. Jhon
    Mr. Jhon
    • Mr.jhon
      Mr.jhon
    • Mr. Jhon
      Mr. Jhon
    • mitra statistik
      mitra statistik
  • Febry Van Osch
    Febry Van Osch
  • Paijo
    Paijo
    • Andika
      Andika
    • Par
      Par
    • Kai
      Kai
  • Febry Van Osch
    Febry Van Osch
  • Febry Van Osch
    Febry Van Osch
  • Febry Van Osch
    Febry Van Osch
  • Otole
    Otole
    • Otole
      Otole
  • njeplak
    njeplak
  • Mikhailo
    Mikhailo
  • Febry Van Osch
    Febry Van Osch
    • Arkana
      Arkana
  • arif
    arif
    • Heiruddin
      Heiruddin
    • Bong Pret
      Bong Pret