Utang Revaluasi

Utang Revaluasi

DRAMA kecil soal kekayaan ini sempat jadi polemik di level atas. Saya bersyukur, petani porang tidak ikut menanggapi. Mereka tetap fokus: bagaimana mengolah tanah.

"Orang terkaya Indonesia itu Pak Isa," ujar Menkeu Sri Mulyani. Pekan lalu. Di acara perkenalan 1.500 pegawai baru kementerian keuangan. Sempat ada yang kaget: jadi, yang terkaya, bukan lagi Budi Hartono –pemilik bank BCA dan rokok Djarum?

Kekayaan Budi Hartono sebesar Rp 297 triliun. Atau sekitar USD 22 miliar. Terbesar berasal dari kekayaannya di Bank BCA.

Sedang kekayaan Isa mencapai Rp 10.500 triliun.

Nama lengkap Isa adalah Isa Rachmatarwata. Ia orang  Jatim. Lahir di Jombang. Umurnya 54 tahun.

Isa adalah alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan ilmu pasti dan alam. Lalu ke Kanada. Ke University of Waterloo. Di situlah Isa meraih gelar master dalam ilmu matematika.

Maka urusan menghitung angka sampai Rp 10.000 triliun tidak masalah baginya. Pun kalau harus menghitung utang negara yang kini sampai Rp 6.000 triliun.

Tentu, Bu Sri, dalam hal kekayaan Isa itu, guyon. Tapi berhasil. Bu Sri bisa menyadarkan orang bahwa kita itu sekarang kaya. Negara kita sudah punya kekayaan Rp 10.500 triliun.

Kekayaan itulah yang dikelola dirjen kekayaan negara, di bawah kementerian keuangan. Yang menjabat dirjennya adalah orang Jombang tadi.

Kelihatannya Bu Sri perlu sersan –serius tapi santai– agar orang tenang: jangan risau dengan utang negara yang terus meningkat itu. Kita ini sudah kaya.

Amerika saja yang kekayaannya ''hanya'' USD 4  triliun, berani utang sampai USD 27 triliun. Toh baik-baik saja. Masih juga berani terus berutang.

Sedang kita, dengan kekayaan Rp 10.500 triliun, utang kita baru Rp 6.000 triliun.

Pak Harto dulu juga begitu. Ketika presiden kedua Indonesia itu dikritik diam-diam: Indonesia terlalu banyak punya utang luar negeri. Pak Harto bilang kita tidak perlu khawatir. Kita punya banyak BUMN. Anak cucu tidak perlu bingung. Kalau kepepet-pepetnya BUMN itu bisa kita jual. Untuk membayar utang itu.

Bukan itu yang dikhawatirkan ahli seperti Anthony Budiawan. Ekonom dari grup Kwik Kian Gie itu mempersoalkan untuk apa kekayaan negara dibesar-besarkan –maksudnya dibuat besar lewat revaluasi aset negara.

Aset negara itu, tahun 2015 lalu, ketika Pak Jokowi mulai menjadi presiden, baru Rp 5.500 triliun. Tahun lalu, tiba-tiba menjadi Rp 10.500 triliun.

Setelah ditelusuri, kenaikan kekayaan itu ternyata dari revaluasi aset. Khususnya tanah. Jumlah tanahnya tetap, tapi harga tanah itu disesuaikan menjadi harga baru.

Bagi BUMN revaluasi aset itu terjadi tahun 2015 sampai 2020. Juga pernah terjadi di zaman Dr Rizal Ramli menjadi menko Perekonomian. Tujuannya jelas: untuk meningkatkan leverage. Agar BUMN bisa mencari pinjaman lebih banyak lagi. Agunannya cukup besar.

Itulah yang dalam teori ekonominya Bu Sri Mulyani dianggap sebagai orang cerdas: untuk menjadi kaya tidak perlu orangnya yang bekerja. Biarlah aset yang bekerja.

Seperti Amerika.

Anthony, ekonom yang mendapat alumnus Amsterdam itu, mempertanyakan: utang negara kan tidak terkait dengan aset. Untuk apa direvaluasi?

Di sini kelihatannya memang ada beda pendapat. Dr Misbakhun misalnya. Anggota komisi keuangan di DPR ini mengatakan, aset negara harus terus direvaluasi. Agar cukup untuk menjadi underlying utang negara.

Utang negara perlu diberi underlying aset negara?

"Ya, khususnya utang Sukuk dan dari lembaga syariah," ujar Misbakhun.

Menurut Anthony utang negara harusnya tidak perlu underlying. Negara pasti mampu bayar utang. Ada jalan gelap: cetak uang.

Masalahnya, kata Anthony, negara tidak akan pernah mampu bayar utang. Kalau kebijakan pemerintah terus seperti ini. Biar pun ada revaluasi aset. Suatu saat utang kita akan lebih besar dari aset.

Amerika, katanya, tidak peduli dengan revaluasi aset. Pun ketika utang Amerika sudah berlipat-lipat dari nilai asetnya. Revaluasi seperti itu tidak boleh. Selama pemerintahan SBY juga dilarang lakukan revaluasi aset.

"Untuk negara, leverage utang tidak terkait dengan aset," ujar Anthony. "Tetapi harus lebih memperhatikan rasio terhadap PDB," tambahnya. Yakni rasio utang vs PDB, penerimaan pajak vs PDB, beban bunga vs PDB, dan seterusnya.

Dan lagi, kata Anthony, utang negara itu belum termasuk utang BUMN. Untuk apa jumlah kekayaan negara mengikutkan hasil revaluasi aset BUMN.

Biarlah para ahli yang menyelesaikan soal ini. Kita-kita lebih baik terus bekerja, apa pun yang bisa kerjakan. Biarlah petani porang tetap mewujudkan cita-cita menyejahterakan petani lewat porang.

Biarlah Pak Isa tetap menjadi orang terkaya di Indonesia. Sesekali perlu juga orang Jombang mengalahkan orang Kudus. (Dahlan Iskan)

---

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Komentar: 161

  • Joke
    Joke
  • Motivator Kuncoro Y.
    Motivator Kuncoro Y.
  • Grifone
    Grifone
    • phenom_x8
      phenom_x8
  • Nitip sendal
    Nitip sendal
  • Alexs
    Alexs
    • Husno
      Husno
    • asal komen
      asal komen
  • Ha...ha
    Ha...ha
  • Djoke
    Djoke
  • Fahmi
    Fahmi
    • Deni
      Deni
  • Kepo
    Kepo
  • Suhaimi
    Suhaimi
  • fudy
    fudy
    • asal komen
      asal komen
  • Keladi Joker
    Keladi Joker
    • Keladi joker
      Keladi joker
    • WaliBroto
      WaliBroto
  • fds
    fds
  • wiwi
    wiwi
    • asal komen
      asal komen
    • Panda
      Panda
  • Sunan
    Sunan
    • Yunarto
      Yunarto
    • Kwak...kwak
      Kwak...kwak
  • Nurkolis
    Nurkolis
  • Buzz
    Buzz
    • Anak setan
      Anak setan
  • Walid Bamualim
    Walid Bamualim
  • Kenapa begini
    Kenapa begini
  • Nyimak
    Nyimak
  • Pembelajar
    Pembelajar
    • Tukiyem
      Tukiyem
  • Hariyanto
    Hariyanto
    • Hariyono
      Hariyono
    • Harikini
      Harikini
    • asal komen
      asal komen
  • tatang
    tatang
    • Asep
      Asep
    • henry
      henry
  • Museum ANY Pacitan
    Museum ANY Pacitan
    • Bansos Dikorupsi Banteng
      Bansos Dikorupsi Banteng
    • tink
      tink
  • Bam'shary
    Bam'shary
  • Kalender 2021
    Kalender 2021
  • Jin Cuk Sampoerna
    Jin Cuk Sampoerna
    • Dji Sam Soe
      Dji Sam Soe
  • Sri Mulyanto
    Sri Mulyanto
  • Sabda Alam
    Sabda Alam
  • qweqe
    qweqe
  • oi
    oi
  • Zaki
    Zaki
  • Analisabeneran
    Analisabeneran
    • WindAry
      WindAry
    • pertamina
      pertamina
    • Bowo
      Bowo
    • Xavier
      Xavier
    • Sri Mulyanto
      Sri Mulyanto
    • Sakura
      Sakura
    • Pertiwi
      Pertiwi
    • Uschina
      Uschina
  • Warga anonim
    Warga anonim
  • DI Idolaku
    DI Idolaku
    • Liam
      Liam
  • Abdul Syukur
    Abdul Syukur
  • Indonesia Love
    Indonesia Love
    • Lord Bazoka
      Lord Bazoka
  • Kepo
    Kepo
  • Coco
    Coco
  • Umar
    Umar
  • Arudi
    Arudi
  • Tugimin
    Tugimin
  • AnalisAsalAsalan
    AnalisAsalAsalan
  • Bintang di Bumi
    Bintang di Bumi
  • Aryo mBediun
    Aryo mBediun
    • Aryo mBediun
      Aryo mBediun
  • Heri Joe
    Heri Joe
  • Tan
    Tan
  • Aziz
    Aziz
    • Pakde Kowi
      Pakde Kowi
  • Gosokdgtangan
    Gosokdgtangan
    • Mas Ito
      Mas Ito
  • Sigit
    Sigit
  • Wong utangan
    Wong utangan
    • Teguhwi
      Teguhwi
    • Lia
      Lia
  • Massudin
    Massudin
  • Putra
    Putra
  • Liam
    Liam
  • Yus
    Yus
  • Liam
    Liam
    • Liam
      Liam
    • Calon Orang Kaya
      Calon Orang Kaya
  • unlekyip
    unlekyip
  • suratpengantar.com/blog
    suratpengantar.com/blog
  • Liam
    Liam
    • Abdullah
      Abdullah
  • Tamales igap
    Tamales igap
  • Gus lurah
    Gus lurah
  • Warno
    Warno
    • Pâijô
      Pâijô
    • Otole
      Otole
    • Disway lover
      Disway lover
    • Mesothelioma
      Mesothelioma