Status PTNBH Pengaruhi Rangking 

Status PTNBH Pengaruhi Rangking 

Jawa Timur (Jatim) punya segudang perguruan tinggi (PT). Jatim bisa dikategorikan sebagai barometer PT di Indonesia. Sejumlah kampus menembus ranking dunia.

KEPALA Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) VII Prof Suprapto mengatakan ada tiga nama kampus yang biasanya menjadi unggulan. Yakni Universitas Airlangga (Unair), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), dan Universitas Brawijaya. Ketiga kampus tersebut merupakan perguruan tinggi negeri (PTN). Statusnya adalah PTN berbadan hukum (BH).

Kata Suprapto, kebanyakan kampus PTNBH memang jadi favorit. Juga bisa meraih ranking dunia. Sebut saja Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Indonesi (UI). Keduanya seolah ’’bersaing’’ untuk menjadi yang nomor wahid di negeri ini.

Lalu mengapa PTNBH memengaruhi ranking? Kata Suprapto, ada banyak indikator yang menilai ranking universitas. Namun biasanya indikator jumlah jurnal ilmiah internasional menjadi prioritas penilaian. Universitas berstatus PTNBH bisa mendapatkan keuntungan yakni bantuan berupa penelitian. ”Makanya, mereka berlomba dalam menghasilkan jurnal Scopus,” katanya.

Meski begitu, bukan berarti universitas yang berstatus badan layanan umum (BLU) tidak bisa mengejar PTNBH. Namun kampus berstatus BLU memang lebih sulit mendapatkan bantuan penelitian. 

Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2017, setidaknya ada 326 perguruan tinggi di Jatim. Baik negeri maupun swasta. Itu terdiri atas 88 Universitas, 13 institut, 139 sekolah tinggi, 74 akademi, dan 11 politeknik.

Kata Suprapto, Indonesia punya sekitar 3.600 kampus. Dari jumlah itu, setidaknya ada tiga PTN yang langganan nangkring di peringkat 10 besar nasional. Kalau dihitung pada 100 besar kampus, maka beberapa perguruan tinggi swasta juga ikut masuk. Karena itu, Jatim layak dikatakan sebagai salah satu barometer PTN dan PTS berskala nasional. 

Kampus di Jatim pun banyak yang menembus peringkat dunia berdasar beberapa lembaga pemeringkatan. Misalnya Quacquarelli Symond (QS) dan Times Highger Education (THE). Pada survei QS World University Rankings (WUR) 2021, Unair masuk ranking 465 kampus dunia. Posisi itu jauh lebih baik ketimbang 2015 ketika kampus itu masih di peringkat 701+. 

ITS juga berhasil naik peringkat tahun ini. Berdasar QS WUR, ITS berada di urutan 751-800 . Sedangkan berdasar QS WUR by Subject kategori engineering and technology, ITS berada di ranking 401-450. Tahun lalu, pada bidang tersebut, ITS masih bertengger di posisi 451-500.

Sedangkan pada bidang computer science and information system, ITS menduduki 401-450.

Dalam survei THE WUR 2022, ada 4 universitas di Jatim yang masuk 20 besar skala nasional. Unair peringkat keempat, Universitas Brawijaya ada di peringkat keenam, ITS peringkat -ke13, serta Universitas Negeri Surabaya (Unesa) di peringkat ke-19. Namun, keempatnya masih berada di posisi 1201+ dunia. Survei itu mengukur 1.622 kampus serta 99 negara. 

Suprapto, mengatakan dikti akan terus mendukung kampus-kampus di Jatim. Salah satunya dengan memberikan pembiayaan dalam penelitian. Menurutnya kampus swasta juga harus bisa bersaing dengan kampus negeri. ”Selama ini ranking kampus masih dipegang PTN,” ungkapnya.

Rektor Unair Prof M. Nasih mengatakan, peringkat hanya outcome dari kampus. Menurutnya masih banyak yang harus dibenahi dari Unair. Ia tidak mau berpuas diri dengan peringkat yang telah dicapai. Tapi tetap bersyukur atas capaian yang didapatkan. 

Salah satu yang harus dibenahi adalah persaingan lulusan. Menurutnya Unair masih belum pada posisi terbaik. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan. ”Seperti relevansi jurusan dengan pekerjaan alumni. Serta kemampuan lulusan untuk belajar sepanjang hayat. Menurut saya ini masih kurang,” ungkap rektor dua periode itu. 

Nasih menekankan tidak hanya pada jumlah banyaknya publikasi. Namun bergeser pada manfaat publikasi yang dihasilkan Unair. Ia yakin bila indikator itu diperbaiki, maka ranking akan mengikuti. 

Apakah Unair bisa jadi barometer pendidikan di Indonesia? Kata Nasih, barometer itu berlaku untuk bidang tertentu. Yakni pada bidang sosial dan kedokteran. Menurutnya kedua bidang itu bisa menjadi tolok ukur Unair dalam barometer pendidikan. ”Kalau teknik, kami masih kalah sama yang lain. Semua kampus pasti ada keunggulannya,” ujarnya.

Ketua Divisi Pemeringkatan Luar Negeri Unesa Nadi Suprapto mengatakan, Unesa masih baru mulai mengikuti survei ranking. Kampus itu juga baru tahun lalu mendaftarkan diri pada QS WUR. Sehingga kemungkinan baru tahun depan hasilnya keluar. 

Namun untuk survei THE WUR, Nadi bersyukur masih memperoleh peringkat ke-19. Meskipun peringkat itu jauh dari Unair dan ITS yang satu kota dengan Unesa. Ia mengatakan selama ini Unesa memiliki ciri menghasilkan atlet baik berskala nasional maupun Jatim. Sayangnya, pada berbagai survei, atlet kurang menjadi penilaian.

”Karena kami sudah mulai mengikuti QS, maka kami akan memperbanyak publikasi. Kami yakin suatu saat ranking Unesa bakal naik. Serta bisa mendunia,” ujar Nadi. (Andre Bakhtiar)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Komentar: 0