Angka Holding

Angka Holding

INI angka-angka. Semuanya penting. Datangnya dari Menteri BUMN Erick Thohir sendiri. Langsung masuk ke WA di HP saya.

Angka-angka ini dikirim untuk menjelaskan manfaat nyata pembentukan holding Pertamina. Yakni sehari setelah Erick membaca Disway yang membahas Pertamina tempo hari.

Sejak itu saya memang berniat akan memuat penjelasan Menteri BUMN tersebut. Waktunya baru tersedia hari ini.

Menurut menteri, dengan terbentuknya holding Pertamina akan terbentuk "organisasi yang fokus, agile, lean, efisien, dan streamlining decision making untuk menjadikan operational excellence".

Erick menyertakan angka-angka konkret capaiannya. Sampai per kelompok subholding. Bacalah sendiri:

1. Kinerja Subholding Upstream (sektor hulu):

a. Laba semester 1 sebesar USD 1 miliar atau 238 persen dari budget 2021.

b. Efisiensi biaya operasional, 92 persen dari budget.

c. Di Kalimantan Timur dan Jawa Barat, potensi cadangan minyak dan gas bumi meningkat hingga 204,7 juta barel.

 

2. Kinerja Subholding Refinery and Petrochemical:

Laba semester 1 sebesar USD 322 juta dengan profit margin 3,24 x lebih besar dari budget.

 

3. Kinerja Subholding Gas:

Laba semester 1 sebesar USD 185 juta atau 357 persen dari budget.

 

4. Kinerja Subholding Commercial & Trading:

a. Realisasi Pertashop sebanyak 2.547 unit.

b. Pengembangan digitalisasi Apps ”My Pertamina” dengan registered user sebanyak 13,7 juta pengguna.

 

5. Kinerja Subholding Power & New Renewable Energy:

a. Laba semester 1 sebesar USD 56 juta atau 150 persen dari budget.

b. Efisiensi biaya operasional 87 persen dari budget.

 

6. Kinerja Subholding Shipping:

a. Laba semester 1 sebesar apa pun USD 73 juta.

b. Efisiensi biaya operasional, 82 persen dari budget

c. Vessel utilization sebesar 99,8 persen atau meningkat 11 persen dari budget.

 

Saya tentu senang mendapat angka-angka itu. Berarti pembentukan holding Pertamina punya sasaran capaian yang lebih baik.

Direksi dan komisaris Pertamina tentu juga menyimpan angka-angka itu. Tinggal kelak menyajikannya kembali di akhir tahun buku.

Semangat merealisasikan holding di BUMN memang tinggi. Begitu pembentukan holding Pertamina selesai langsung ke Pelindo. Selesai juga. Sejak 1 Oktober lalu. Tidak ada lagi PT Pelindo 1,2,3, dan 4. Semua dilebur menjadi satu PT Pelabuhan Indonesia.

Subholding-nya ada 4: PT Pelindo Terminal Petikemas, PT Pelindo Multi Terminal, PT Pelindo Solusi Logistik, dan PT Pelindo Pelayanan Pelabuhan.

Kantor pusat Multi Terminal di Medan, Terminal Petikemas di Surabaya, Pelayanan Pelabuhan di Makassar.

Tidak mudah menyatukan Pelindo 1,2,3, dan 4 itu. Toh akhirnya bisa juga.

Berarti tidak lama lagi akan sampai ke pembentukan holding Angkasa Pura –yang mengelola bandara se-Indonesia itu.

Menteri BUMN benar-benar telah mampu memanfaatkan iklim kekompakan politik di bawah Presiden Jokowi.

Tapi angka-angka kinerja tidak akan bisa bohong. Benar-tidaknya pembentukan holding lebih baik akan terlihat kelak dari angka-angka yang dicapai.

Khusus untuk Pelindo ditambah dengan waktu tunggu kapal di pelabuhan: lebih cepat atau sama saja.

Tentu pembentukan holding Pertamina juga harusnya bisa menyelesaikan persaingan tidak sehat antara PGN dan Pertamina Gas. Apalagi sejak sebelum dibentuk holding keduanya sudah merger.

Salah satu korban persaingan keduanya dulu adalah: pipa gas trans Jawa.

Sampai hari ini belum ada pipa gas yang melewati Jawa Tengah. Padahal kawasan industri sudah banyak dibuka di Jateng. Termasuk kawasan industri Batang yang dipromosikan besar-besaran itu.

Pipa seperti itu mungkin tidak langsung mengatrol laba Pertamina. Tapi yang seperti itu  sangat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, terutama Jateng.

Jangan-jangan masa depan Pertamina justru di sektor pipanisasi gas seperti itu. Di seluruh Indonesia. Yang --berbeda dengan bensin-- tidak akan tergantikan oleh listrik.(Dahlan Iskan)

---

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Artikel Berjudul Pilih Pelita

iChal Zen
Tapi rasanya nama pelita tu kurang keren. Mirip-mirip lampu semprong jaman dulu. Kalau pun ganti nama, jangan pakai nama burung lagi. Sodara kecil garuda juga kan lebih dulu nyungsep. Juga jangan pake nama kota jaman Belanda. Saya usul pake aja ini: Disway Airways.

Aryo Mbediun
Komentar kemarin, ngeres penuh semangat. Komentar hari ini, ngenes lihat hutang kok 12 T. Hambok modyar wae

putra
Menyelesaikan masalah dengan masalah

Uk G.Abot
durian pentil kemarin lebih disuka kaum adam krn mempunyai khas keranumannya, pelita yg jg berasal dr bhs jawa lebih disuka kaum hawa.

Sadewa
Menurut Saya, ini menurut saya lho ya....nama PELITA sepertinya kurang menjual, apalagi untuk anak milenial seperti saya. Contoh: saya tidak mau traktir makan, maka temen-temen saya akan bilang "Dasar PELITA lu!!!". PELITA itu bahasa "gaul" untuk PELIT. Saya khawatir nanti ketika service nya kurang bagus, atau makanan kurang banyak/enak, para penumpang akan misuh-misuh "Pantes, dasar PELITA !!!"...

Mas Joyo
Gading melepas Gisel walaupun sudah punya Gempi karena liability untuk meneruskan rumah tangga sudah terlalu besar. Secinta-cintanya kita ke Garuda, harus ada waktu untuk menyadari bahwa cinta saja tidak cukup. Beban sudah terlalu besar, jikapun diteruskan kompetitor yang lebih bagus managementnya pasti larinya lebih cepat. So, welcome Pelita Air.. 

Syamsuriadi
Rumit Abah, yang jelas anomali. Bahkan di neraca keuangan Pertamina piutang sebesar 12T itu sudah tercatat sebagai harta, sekelompok dengan dana tunai,  dana di bank dan asset lainnya. Jika dilakukan analisis likuiditas, misalnya quick rasio (perbandingan antara harta lancar dan hutang lancar),  boleh jadi liquiditas Pertamina juga, kelihatan cukup baik (di atas 1:1). Tapi itulah, hampir2 dikatakan fiktif. 

gito abipraya
Bah, saya orang jawa. usia saya sekarang 48 tahun saya bekerja secara profesional (status sebagai karyawan) sejak saya masih kuliah. bidang kerja yang saya pernah alamipun bermacam2. karyawan pabrik, jasa konstruksi sampai jadi pengusaha kecil2an. saya juga pernah dilatih tentang prilaku disiplin oleh militer walau cuma 6 bulan. Bahkan personil pelatihnya ada yang dari kopasus. saya pernah dipimpin lama. baik oleh orang dalam negeri maupun orang asing. semasa remaja saya juga pernah jadi santri walau hanya bisa ikut ngaji paruh waktu yaitu pada sore hari sepulang sekolah. dari sekian lama saya menggeluti dunia kerja, saya pernah bekerja sama dengan orang asing. baik itu aseng maupun orang eropa. saya juga pernah menjadi bagian dari karyawan BUMN. Dari sekian lama pengalaman hidup saya, entah kenapa saya merasa bahwa negeri ini butuh orang seperti pak ahok. tentu pak ahok juga punya kelemahan. tapi karakter beliau yang keras, disiplin, terbuka, jujur dan berani pada semua pihak (baik pada rakyat miskin maupun pejabat tinggi negara), saya merasa itu sangat baik pada Indonesia. Saat ahok memaki2 seorang wanita miskin karena menghabiskan uang bantuan KJP saya sangat mendukung. berarti ahok adalah pemimpin yang bukan hanya cari simpati utk kepentingan perolehan suara. tapi ahok adalah pemimpin yang punya tipe mendidik. saat ahok menantang BPK pada kasus pengadaan lahan rumah sakit sumberwaras saya juga sangat mendukung karena saya juga sering bekerja berkaitan dengan BPK dan Inspektorat. Saya juga sangat suka karakter pemimpin seperti bu risma. saya merasa, bangsa ini tdk pernah mau belajar kalau tdk sambil dimaki2. Negara ini butuh orang yang keras dan konsisten seperti beliau berdua. kaitanya dengan garuda dan pertamina, saya sangat mendukung kalau garuda dibubarkan. Dan saya juga sangat mendukung kalu men BUMN menjadikan pelita sebagai "garuda baru". Alasanya kenapa? karena di pertamina ada ahok. kita sdh pernah mengalami, tepatnya pak DI pernah mengalami, saat pak DI masih menjadi sesuatu, tertipu (saya sangat yakin demikian) oleh garuda dan jiwa sraya. saya sangat yakin itu. Meskipun saya suka karakter "keras" pak ahok dan bu risma, tapi saya mengakui bahwa negeri ini juga masih butuh karakter seperti pak jokowi. karakter yang low profile. karakter seperti pak ahok dan bu risma hanya cocok sebagi pemimpin dalam sub kekuasaan. jadi kalau ditanya, kalau misal pak ahok dan bu risma jadi capres saya tdk akan memilihnya. semoga negeri ini terus memperbaiki diri. Dan karakter seperti pak ahok dan bu risma masih sangat dibutuhkan.

Juve Zhang
Mandala pernah dicoba dihidupkan oleh Saratoga grup, baru rugi 1  Trilyun saja , Saratoga langsung menyerah, cut loss, lah Garuda rugi 70 Trilyunan , masih coba?????

Udin Salemo
Andaikan saya CT, jika Garuda dipailitkan saya akan misuh. "Janc*k tenan, investasiku meleset. Disuntik 250 juta dolar malah malah amblas. Asuuu..." Tapi pisuhan saya cuma dalam hati. Coba, uang triliunan itu kalau dibuat Mixed Use, -seperti banyak dimiliki CT Corp- bisa bangun beberapa kompleks.

 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Komentar: 272