Uang Suara

Uang Suara

Rektor Pecat 2 Oknum Pegawai UIN Makassar Terlibat Produksi Uang Palsu-Istimewa-

Terlalu sulit bagi saya untuk menarik kesimpulan: siapa dalang pencetakan uang palsu yang fenomenal di Makassar itu.

"Fenomenal" terutama karena dilakukannya di gedung perpustakaan sebuah universitas Islam terkemuka di Makassar: UIN Sultan Alauddin.

Benarkah kepala Perpustakaan UIN itu, Dr Andi Ibrahim, dalangnya? Dari mana sarjana ahli agama ini juga ahli dalam seluk-beluk teknik pencetakan uang?

Ia memang seorang ilmuwan. Lulusan UIN Makassar, Malang dan Universitas Indonesia, Jakarta. Lalu berkarier sebagai dosen agama. Karier tertingginya adalah wakil dekan fakuktas Adab dan Humaniora.

Di UIN Alauddin fakultas ini memiliki empat jurusan: bahasa dan sastra Arab, sejarah dan peradaban Islam, bahasa dan sastra Inggris, dan ilmu perpustakaan.

Mencetak uang palsu bukan salah satu dari jurusan itu. Lebih sulit dari sastra Arab.

Saya ragu AI (bukan artificial intelligent) punya keahlian di situ. Memang Andi Ibrahim punya ambisi untuk jadi kepala daerah. AI pernah berusaha mendekati partai politik di Barru, daerah asalnya. AI ingin jadi bupati Barru.

Barru adalah kabupaten yang telaknya di utara Makassar. Di pertengahan antara Makassar dan Mamuju. Di pantai Selat Makassar. Sebelum kota Pare-pare. Di Barru, AI lahir di Desa Lawallu, Kecamatan Soppeng Riaja.

Memang ada keterangan polisi: AI mencetak uang palsu antara lain untuk biaya ikut Pilkada. Rupanya AI ingin ”membeli suara” dengan uang palsu. Toh pemilih tidak sungguh-sungguh ingin memilihnya. Dan ia juga tidak sungguh-sungguh memberi uang beneran kepada mereka. Suara palsu dibeli dengan uang palsu.

Tapi tidak ada partai yang mau mengusung AI. Konon dari sinilah soal uang palsu itu mulai diketahui. Dana untuk pelicin partai ternyata palsu.

Tapi ada juga laporan masuk ke polisi: seseorang membayar cicilan sepeda motor dengan uang palsu. Jumlahnya Rp 500.000. Lima lembar kertas merah. Usut-punya-usut unjung uang palsu itu di perpustakaan UIN Alauddin.

Lokasi persis pembuatannya adalah di lantai tiga gedung perpustakaan itu. Bagi Anda yang pernah ke UIN letak perpustakaan itu sendiri dekat fakultas Adab yang AI pernah jadi wakil dekannya.

Nama perpustakaan ini: Perpustakaan Maulana Syekh Yusuf, nama ulama terkemuka Makassar yang berdakwah sampai Afrika Selatan --wafat di sana.

Di lantai tiga perpustakaan itulah mesin cetak uang palsu itu dipasang. Di berita media disebutkan: mesin itu canggih sekali. Buatan Tiongkok. Seharga Rp 600 juta.

Setelah saya lihat fotonya,  ternyata itu mesin cetak offset biasa. Bahkan bukan mesin yang mahal. Di dunia percetakan itu tergolong mesin murahan. Mereknya pun tidak terkenal sama sekali: GM. Serinya 25711NP-2S.

Itu juga bukan mesin yang lengkap. Kalau saya lihat fotonya, mesin itu hanya bisa untuk mencetak dua warna. Tidak cocok untuk mencetak yang.

Berarti, kalau untuk mencetak empat warna, harus ”naik mesin” dua kali. Cetak dulu dua warna. Lalu mesinnya dicuci. Bak tinta dua warna dibersihkan. Diisi dua warna lainnya.

Padahal mesin empat warna pun belum cocok untuk mencetak uang --apalagi dua warna.

Berarti penggunaan mesin dua warna ini sungguh amatiran. Seandainya ia terpilih jadi bupati pun rasanya juga akan jadi bupati yang amatiran.

Untuk mencetak uang, mesin yang harus digunakan tidak hanya empat warna. Harus enam warna.

Tidak banyak perusahaan yang punya mesin cetak enam warna. Harus kelas Peruri (percetakan uang negara), atau perusahaan sekelas Gudang Garam dan Djarum. Harga mesinnya di atas Rp 100 miliar.

Maka dengan mesin seharga Rp 600 juta, pastilah hasil cetakan uang di UIN itu sangat mudah diketahui palsunya.

Dengan mesin dua warna pasti pula banyak sekali ”uang rusak” dihasilkan oleh mesin itu. Yakni uang yang gambar dan warnanya tidak menyatu. Jadi sampah. Sampah uang. Entah di mana sampah uang itu sekarang. Mungkin selalu dibakar.

Dari sinilah saya akhirnya memahami mengapa yang dicetak hanyalah uang lembaran Rp 100.000. Biaya mencetaknya mahal. Kertasnya harus bagus. Juga mahal. Belum ada pabrik kertas di dalam negeri yang bisa menghasilkan kertas bermutu uang.

Maka tidak heran bila ongkos cetak uang palsu di UIN ini satu lembarnya sampai Rp 57.000. Berarti kalau mencetak lembaran Rp 50.000 ia justru rugi.

Tingginya ongkos cetak itu juga terkait dengan mutu mesin. Dalam dunia percetakan Tiongkok belum dikenal sebagai negara yang mampu membuat mesin cetak bermutu tinggi. Jerman-lah juaranya. Di bawah itu hanya ada Italia.

Lalu, kalau bukan Andi Ibrahim siapa otak pencetakan uang palsu itu?

Ada satu nama yang juga disebut dalam kasus ini: Annar Salahuddin Sampetoding, disingkat ASS. Tapi belum jelas apa peran Annar. Ia sudah dipanggil polisi tapi belum datang ke kantor polisi.

Tentu kita tidak boleh menyangka Annar-lah otaknya. Untuk apa. Ia seorang pengusaha yang cukup ternama di Makassar. Namanya masuk dalam daftar panasihat tim pemenangan calon gunernur Sulsel yang terpilih.

Annar juga dari keluarga terhormat. Ayahnya adalah seorang eksporter kopi Toraja yang terkemuka. Makam leluhurnya berada di tebing gunung paling tinggi di Toraja --menandakan sebagai orang paling dihormati. Meski seorang Muslim keluarga Annar masih menghormati adat leluhur Toraja.

Annar sendiri jarang di Makassar. Salah satu keluarganya menjadi perwira tinggi polisi di Jakarta. Maka perlu pendalaman khusus mengapa nama Annar dikaitkan dengan kasus uang palsu ini. Apalagi, kata polisi, awal pencetakan uang palsu itu terjadi justru di rumah Annar di Jalan Sunu. Dengan mesin yang kecil. Lalu ditingkatkan ke mesin yang lebih besar di UIN.

Rasanya polisi perlu membuka saja siapa yang membeli mesin baru yang murahan itu. Uang siapa. Bagaimana pula bisa, sebelum itu, mencetak uang palsu di rumah Annar.

Sudah 17 orang diperiksa polisi. Sudah 11 orang jadi tersangka. Benarkah Andi Ibrahim dan Annar tahu detil soal pencetakan uang palsu ini. Jangan-jangan ada operator yang menggunakan dua nama tersebut.

Rasanya Annar perlu datangi panggilan polisi. Uang palsu begitu sensitif pada perekonomian. Kasus ini harus dibuka blak. Secepatnya pula. Agar cepat selesai.

Melihat peralatannya, ini bukan perkara rumit. Kecuali akan dibikin rumit. (Dahlan Iskan)

Komentar Dahlan Iskan di Disway Edisi 26 Desember 2024

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

AKTIVIS PELUKIS: KADANG IRONI JUSTRU MENJADI MEDIUM SENI PALING KUAT.. KEREN. Seperti lukisan Yos, catatan harian Pak Dahlan hari ini keren, karena penuh warna dan makna. Mengupas kisah seorang aktivis yang terus melawan—baik di kanvas maupun di bumi yang makintua ini. Inspirasi yang tak hanya menyentuh, tapi juga menggugah. ASYIK. Pak Dahlan berhasil lagi bikin pembaca asyik menyimak. Kisah Yos Suprapto ini ibarat lukisan: Ada gradasi perjuangan, goresan ide, dan warna humor yang bikin betah membaca sampai titik terakhir. BODYNAMIC JURNALISTTIK. Luar biasa, Pak Dahlan juga bisa merangkum kisah Yos dengan sentuhan ala ‘biodynamic’ jurnalistik. Tanah yang mati dihidupkan. Lukisan yang dilarang justru bikin kaya. ### Kadang, ironi memang menjadi medium seni paling kuat.

Jo Neca

Yang paling saya suka.Dan membuat saya "trenyuh"Adalah lukisan dengan judul Niscaya.Gambaran nyata Kehidupan petani dan peternak.Ini bukan baru terjadi.Rasa rasanya sejak Indonesia merdeka.Fakta bahwa jarang ada petani dan peternak itu sejahtera.Yang ada pedagang beras dan pedagang hewan kaya raya.Bahkan Yang berdasi ikutan memajak petani dan peternak .

Juve Zhang

@Wilwa....kitab kungfu andalan Hong Niu Pai adalah 234 langkah sakti....anda lihat pertarungan di pilkada Jakarta itu lah salah satu dari 234 langkah sakti ....yaitu Kamuflase.....jika anda menghadapi 14 jagoan Kungfu Long Feng Pai ....anda terang terangan nantang anda pasti kalah.....dengan Kamuflase mereka menghilang....membaur dalam masyarakat....tinggal diciduk satu satu begundal nya Long Feng Pai.....maka menang lah Hong Niu Pai lawan 14 begundal Long Feng Pai ..... Kamuflase itu salah satu jurus sakti 234.....wkwkwk

Dany_putra Putra

jadi ingat pepatah arab kuno, "kalau mau terkenal, kencingi lah sumur zamzam" kalau zaman sekarang "kalau mau terkenal/kaya, tunggangi isu viral dalam setiap kegiatan mu"

Rihlatul Ulfa

Pamerannya dibatalkan, tapi lukisannya dilihat semesta. Misi selesai dengan sempurna. #Tulisan dari salah satu pengguna X.

Yudi syafrudin

Bismillah jangan samakan Indonesia dengan australia, Indonesia negara yg mayoritas penduduknya Islam jdi masih mengenal etika dan moral Kalau mau tinggal di Indonesia harus bermoral dan beretika Kalau wibawa pemerintah dirusak maka masyarakat akan kacau akan tjd guru hara pemberontakan dimana mana sehingga akan terjadi hukum rimba di saat hukum sudah tidak dihargai lagi Orang yang tidak beretika yg merusak wibawa pemimpin nya adalah perusak tatanan kerukunan bernegara sangat berbahaya dan harus dihukum supaya jera Kita ingin negara yg aman damai tentram tanpa ada pemberontakan apalagi perang saudar kita ingin Indonesia ini maju tanpa gejolak karena perang hanya akan menimbulkan kesengsaraan dimana-mana mulai sekarang saatnya para provokator di ringkus habis supaya masyarakat tenang dalam kehidupan nya tenang dalam ibadah tenang dalam bekerja tenang dalam belajar dan tenang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Juve Zhang

A GU Suheng gusar ketika tahu Kungfu 234 langkah sakti nya mampu unggul dalam Pi Say di Jakarta.... padahal Jagoannya Ban Hitam Dan 8....sudah tahan pukul....A GU Suheng Mikir gimana mencuri' kitab kungfu 234 andalan. Hong Niu Pai ... mendengar kitab selalu di simpan di dasar sumur dan dijaga Pat Wa Ing Siung....ciut nyali A Gu Suheng....Pat Wa Ing Siung selalu membentuk formasi Pat Wa yg kerap...berjaring.... sulit ditembus....konon ilmu Pat Wa asli nya dari Shao Lin Pai.... akhirnya A GU Suheng mengutus Bo Si Lo mantan anggota Hong Niu Pai yg juga dipecat.... menyeru kan damai dengan Subo..... pemecatan A GU Suheng menggegerkan dunia Kang Ouw.....Gema nya merambat ke pelosok Kang Ouw....Kay Pang yg biasa bela A GU Suheng sekarang diam ......seribu basa....Bo Si Lo.. mengingatkan ke Bo Xi Lai yg dipecat perguruan kungfu nya dan buat selama nya....habis karir Bo Xi Lai.....Bo Si Lo masih kelas Ecek ecek gema nya di dunia Kang Ouw tak berefek.....beda sama A GU Suheng masih mengagetkan dunia Kang Ouw......seruan damai Bo Si Lo tak bergema keras.... seperti angin sayup sayup di ujung tahun 2024 yg dingin menusuk tulang.....

Achmad Faisol

tentang kritik... mari kita lihat gus dur... ada orang, sedihnya bersorban pula, mengatakan gus dur buta mata buta hati... dia juga mengajak gus dur sekeluarga mubahalah... dan, masih banyak lagi kritik dari orang-orang yang tidak suka gus dur... namun, waktu telah menjawab... bagaimana saat ini makam gus dur diziarahi bak wali kesepuluh... bahkan, teman gus dur yang lain menyejajarkan gus dur dengan dewa... petinggi akan dikritik dengan keras sekali, bak pohon, semakin tinggi angin semakin kencang... kalau takut kritik, ga usah jadi petinggi... jadi orang awam saja... atau, jadi perusuh... he he he...

Mirza Mirwan

Yos Suprapto kayaknya penganut slogan "seni untuk seni" (art pour l'art). Makanya merasa sah-sah saja bila ia bermaksud mengritik Jokowi dengan melukis sosok yang mirip Jokowi. Berbeda dengan Pak Dullah (alm) yang pernah satu dekade menjadi pelukis istana. Bagi Pak Dullah, slogan yang dianutnya adalah seni itu harus menyenangkan dan bermanfaat (dulce et utile). Kalau Anda pernah mengunjungi Museum Dullah di Solo -- eh, sekarang sudah terbuka untuk umum lagi atau belum, ya -- dan melihat lukisan berjudul "Pembangunan", Anda akan tahu bagaimana Pak Dullah menyampaikan kritik. Bukan melukis sosok mirip Pak Harto. Yang ditorehkan di atas kanvas adalah sosok kuli yang menurunkan batu bata dari gerobak sapi. Kaki kuli tersebut terlihat menyembulkan otot betisnya: gambaran betapa demi pembangunan rakyat jelata yang terpaksa menguras tenaga. Dari foto lukisan di bawah judul CHD, di samping kanan, saya sepakat dengan kurator Suwarno: sangat vulgar. Sosok itu mirip banget dengan Jokowi. Duduk di singgasana dengan dua kaki menginjak orang pula. Tentang Museum Dullah, kalaupun belum terbuka untuk umum lagi, Anda bisa mengunjungi dengan memberi tahu lebih dulu. Penutupan museum itu gegara pernah kemalingan. Yang dicuri adalah lukisan karya Raden Saleh.

Mirza Mirwan

ELEGI GAZA (1) .... Dunia bagai pejamkan mata, serta terpasung tangannya, tidak mampu berbuat apa, sedangkan mungkar beraja. 0h... mengapa? (Siti Nurhaliza -- Oda Bumi Anbia) Lirik yang ditulis penyair Malaysia, Ad Samad, belasan tahun nan silam itu tetap relevan untuk melukiskan situasi dan kondisi Gaza saat ini. Bagi Anda yang sering mengunjungi portal WAFA, Middle East Monitor, Maan News, AlJazeera dan Anadolu, pasti akrab dengan berita kebrutalan IDF terhadap warga sipil di Gaza. Dunia tidak memejamkan mata, memang. Tetapi, apa boleh buat, mereka hanya bisa memberi bantuan kemanusiaan, yang penyalurannya juga dihalangi IDF. Untuk mencegah tragedi itu berterusan sebenarnya Amerika bisa melakukannya. Sayangnya tak mau melakukannya. Seorang pembaca senyap heran ketika saya beritahu bahwa korban sipil tewas di Ukraina selama hampir 3 tahun konflik dengan Rusia hanya 12 ribuan. "Kok bisa, ya, Pak?" tanyanya heran. Korban sipil di Ukraina hanya sepertiga korban di Gaza karena Rusia tidak menggunakan bom. Pun beberapa juta warga sipil sudah mengungsi ke luar negeri. Sementara warga Gaza tak bisa lari ke Mesir, misalnya. Tiap malam ada hujan bom. Kelaparan merajalela. Dari 36 rumah sakit tinggal 17 RS yang fungsional. Itu pun dengan fasilitas yang terbatas. Sudah lebih dari 500 dokter dan perawat yang tewas sejak 7 Oktober 2023. Itu versi MSF (Medecins Sans Frontieres/Doctors Without Borders/Dokter Tanpa Batas), sebuah NGO yang berpusat di Paris.

Hendro Purba

Terimakasih Pak Yos Suprapto, Tugas kita di dunia ini adalah untuk menyatakan kesalahan. Untuk apa ? Tentu untuk memperbaiki kelakuan. Ada yang menyatakan kesalahan kita lalu kita sadar dan memperbaiki kelakuan kita. Beranikah kita ambil kesimpulan bahwa sukses Jokowi 10 tahun adalah membungkam agar kita tidak lagi "menyatakan kesalahan". Dan akan dilanjutkan Prabowokah ?

Johannes Kitono

Art Prenur Yos. Buku atau dokumen yang dilarang pemerintah. Adalah promosi gratis. Membuat orang pengin melihat dan membacanya. Itu terjadi dengan Petisi 50,Ali Sadikin cs dan bukunya David Jenkins tentang Soeharto.Yos, tentu tidak perlu marah. Kalau lukisannya dilihat dari kacamata politik.Memang itu lukisan yang dipolitisir. Dan bukan kejadian pertama. Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Pelukis Belanda. Ada latar bendera Belanda. Tapi lukisan dengan tema yang sama oleh Maestro Raden Saleh. Tidak ada bendera Belanda. Malahan ada wajah diri Raden Saleh di antara pengikut Diponegoro.Now, kedua Lukisan tsb bisa disaksikan masyarakat. Dilihat dari sisi Marketing. Yos telah berhasil dsn sukses dengan Lukisan wajah Jokowi. Dengan DNA aktivis Yos berhasil mengangkat tema yang beredar di Medsos. Dan itu biasa biasa saja. Kalau bukan wajah Mulyono Jokowi. Now, tentu lukisan tsb pasti bernilai tinggi. Dan dicari kolektor. Sebagai aktivis tanah,Yos sadar bahwa tanah telah *rusak parah* di perkosa pupuk kimia.Yos bisa lukis tanaman dari tanah sehat berkat pupuk Eco Enziem. Sudah lama tanah pertanian didunia rusak oleh tingkah laku manusia.ironis sekali. Tanah penghasil pangan justru dirusak oleh manusia serakah. Dengan timbunan sampah plastik dan pupuk kimia. Now, saatnya Yos cs promosikan pupuk Eco Enziem. Untuk menyehatkan kembali tanah dan lingkungannya.Sebagai Art Prenur sejati, Yos tentu bisa. Semoga Semuanya Hidup Berbahsgia.

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

MENGENANG ALMARHUM SUSAPTO MURDOWO.. Belio bukan orang terkenal. Belio bersama saya, berdua adalah aktivis "biasa". Aktivis di majalah dinding, yang terbit setiap Senin, dan majalah yang dicetak, stensilan, sebulan sekali: Majalah SMA Negeri 5 Yogya, tahun 70an. Belio jadi ilustrator merangkap karikaturis, dan saya di redaksi. Saya sebut "aktivis", karena sebenarnya, di daftar "susunan pengurus" majalah itu, orangnya ada beberapa. Tetapi yang "aktiv", hanya kami berdua. Belio menggambar dan melukis apa aja yang ada di majalah itu. Dan saya juga yang menulis apa saja yang ada di majalah itu. Selama 2 tahun "masa kerja", saat kelas 1 dan 2 SMA. Saat ada pameran majalah dinding sekotamadya, tahun 1972, dan se DIY, tahun 1973, majalah dinding kami "dipamerkan" di gedung Seni Sono Yogyakarta. Tidak dibreidel. Tapi yang tahun 1973, kata pengantarnya diulas, dalam satu tulisan, oleh pak Anhar Gonggong di harian Kedaulatan Rakyat. Tentu saja kami senang sekali. ### Tidak ada yang dibreidel. Tidak ada yang diborong. Setelah lulus SMA, saya merantau ke timur: Surabaya, Ambon dan seterusnya. Gak pernah ketemu siapa-siapa. Baru tahun 2016 ketemu Sapto. Ternyata belio udah jadi dosen di ISI.. Dosen Lukis. Ternyata setamat SMA, belio masuk ASRI, yang kemudian menjadi ISI itu. Dah itu aja. Tidak ada hebohnya blas sih..

Wilwa

@Johannes. Kalau bicara pupuk atau obat “kimia” yang katanya tidak “alami” atau “natural”, saya langsung ingin celetukan/guyon suroboyo an ala Ryu Hasan. Ryu bilang begini: obat “kimia” ya juga “alami” karena bahan-bahannya juga diambil dari “alam” dunia / semesta ini, memang obat kimia produksi pabrik diambil dari “alam akhirat”? :):):) Obat herbal ya juga obat “kimia”, tersusun dari elemen-elemen “kimia” tertentu, bukan terbuat dari “jampi-jampi” dukun. :):):) Guyon Ryu Hasan memang jitu sekaligus out of the box. Mengingatkan kita bahwa BAHASA adalah SARANA yang ditemukan Sapiens setelah bertani, menetap, mengembangkan ragam tulisan/aksara, mendirikan peradaban, yang mana sesungguhnya bahasa dan istilahnya itu seringkali GAGAL mengungkapkan realita namun hanya menangkap fenomena. Bahkan Ryu berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan oknum untuk “membohongi” khalayak dengan istilah yang “canggih”. Yang seringkali membuat homo sapiens tersesat sendiri dalam istilah abstrak /abstract yang sama sekali tidak kongkrit / concrete. Hanya menyentuh “permukaan” dan tidak sampai menembus hingga lapisan “terdalam”. Saya setuju dengan Ryu. Dan bila dikaitkan dengan “agama” maka dapat dikatakan semua “agama” saat ini hanya meributkan “istilah” dan “bahasa” yang hanya di permukaan atau kulit luar. Dan tak sampai menembus ke DALAM , ibarat tembus hingga ke sumsum tulang, yang melampaui semua bahasa dan aksara. Melampaui semua kitab dan tradisi. Duh Text Limit!

Mbah Mars

Sebenarnya usia wanita itu baru 55nan tahun. Namun dia sudah divonis dokter: usianya tidak lama lagi akibat kangker kronis yg deritanya. Ia mendatangi seorang pelukis. “Lukislah aku dengan baju bermerk. Memakai cincin berlian dan kalung mutiara yg mahal. Jangan lupa pakai juga jam rolex yg feminim. Oia, satu lagi menenteng tas Gucci.” “Tapi, anda sekarang tidak memakainya ? Tas juga tidak membawa ?”, tanya pelukis. “Anda melakuannya atau tidak ?”, tanya si wanita. “Bisa sih. Tapi lebih cepat jika Anda memakai beneran” “Saya bukan tipe wanita yg ingin pamer dan terlihat glamor” “Lalu kenapa minta dilukis memakai perhiasan mahal ?” “Umur saya tinggal sedikit. Jika saya meninggal, suami saya pasti menikah lagi. Saya ingin bikin istri barunya kelabakan mencari perhiasan yg ada dalam lukisan”

Jokosp Sp

Jika masuk angin minumlah tolak angin. Apakah benar Hasto akan diadili dan pada akhirnya masuk penjara?. Sik bentar dulu......, ini negara ketoprak. Lakone bisa berubah tergantung kemauan si empunya hajat, sing mbayari. Sutradara akan manut dan mengatur lakunya menjadi apa dan bagaimana sesuai order dan besar bayarane. Ada yang namanya kepentingan yang saling menguntungkan, ini yang dibicarakan di belakang panggung oleh pemilik hajat dengan sang sutradara. Nek jaman sakiki namanya deal-deal politik. La buktinya banyak kok kepeki tiba-tiba kena masuk angin. Barbuk satu truk hilang yang tidak pernah berlanjud prosesnya, terus pak gubernur yang dituduh gratifikasi dan dibilang kabur tapi kok yo aman wae sampai hari ini. Toh korbannya sudah jelas, akhirnya sang istri keok di pilgub. Siapa yang punya gawe atau yang punya hajat?. Ya gampang saja jawabannya : yang lagi berebut kepentingan, yang lagi berebut kekuasaan. Dan yang punya banyak duwid melimpah ruah turah-turah untuk merusak kepribadian dan hati nurani siapapun.

MULIYANTO KRISTA

Karena cuaca sendu, sehabis sholat subuh saya tidur lagi dan bangun jam 7 pagi. Dalam tidur saya bermimpi "didayohi" Abah DI dan istri beserta seluruh anak,mantu dan cucu. Bahagia rasanya saya dan istri atas kedatangan beliau, meskipun harus kalang kabut mempersiapkan "suguhan". Semoga mimpi ini menjadikan berkah buat saya dan keluarga, AAMIIN. #ini cerita asli tidak ngarang samasekali.

Tivibox

Lukisan, sebuah karya seni yang bukan semata-mata indah karena tampilan visual, tapi juga makna yang terkandung di dalamnya. Si pelukis menuangkan imajinasi yang dipadukan dengan penghayatan terhadap situasi dan kondisi yang dirasakannya saat itu. Saat orang-orang melihat sebuah lukisan dan merasakan getaran yang sama dengan yang dirasakan si pelukis, seketika itu pula karya seni itu menjadi bernilai. Karena benda itu bisa mengejawantahkan perasaan, persepsi, anggapan yang senada diantara orang-orang yang melihatnya. Lukisan Djoko Pekik, ""Berburu Celeng" dan "Petruk Jadi Ratu" adalah contoh lain. Lukisan itu laku dengan harga miliaran rupiah karena kedalaman makna yang ada di dalamnya.

Ahmed Nurjubaedi

Jiwa seniman memang sulit dipahami. Juga seniman lukis. Apalagi kalau ditambah jiwa aktivis. Tapi kolektor lukisan juga tidak kalah sulit dipahami. Saat masih mahasiswa, salah satu hobi saya adalah melihat pameran lukisan. Di Balai Pemuda, gedung Cak Durasim, juga di galeri2 lukisan yg jumlahnya tidak banyak di Surabaya. Kadang juga di hotel2. Di mata saya, karya para pelukis itu bagus-bagus semua. Nasirun, Lucia Hartini, dll. Tapi waktu pertama kali melihat Potret nya Affandi, yg harganya 'tidak masuk akal' buat saya, saya mbatin, kok ya ada yg mau beli.... Tapi yang paling saya suka adalah saat ikut pembukaan pameran. Ada konsumsi gratisnya. Apalagi kalau pameran nya di galeri yg yahud. Atau di hotel. Jangan-jangan itulah sebenarnya motif saya ikut pembukaan pameran. Supaya bisa makan gratis.... Kalau di Balai Pemuda atau Cak Durasim, suguhannya biasanya polo pendem rebus, kacang rebus, jagung rebus..... Tapi buat mahasiswa kos yang pas-pasan macam saya, yang gratisan itu sungguh berharga buat menyambung hidup.... Hidup pameran lukisan!

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Komentar: 137

  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    • MZ ARIFIN
      MZ ARIFIN
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
    • MZ ARIFIN
      MZ ARIFIN
  • MZ ARIFIN
    MZ ARIFIN
  • Fa Za
    Fa Za
  • Ulik Kopi
    Ulik Kopi
    • MZ ARIFIN
      MZ ARIFIN
  • Fa Za
    Fa Za
    • MZ ARIFIN
      MZ ARIFIN
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • MZ ARIFIN
      MZ ARIFIN
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Mirza Mirwan
    Mirza Mirwan
  • latief sukyan
    latief sukyan
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • MZ ARIFIN
    MZ ARIFIN
    • Fa Za
      Fa Za
    • Fiona Handoko
      Fiona Handoko
    • MZ ARIFIN
      MZ ARIFIN
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • Liáng - βιολί ζήτα
    Liáng - βιολί ζήτα
  • djokoLodang
    djokoLodang
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Nimas Mumtazah
      Nimas Mumtazah
  • Udin Salemo
    Udin Salemo
  • Dasar Goblik
    Dasar Goblik
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Wilwa
      Wilwa
    • Dasar Goblik
      Dasar Goblik
    • Wilwa
      Wilwa
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • thamrindahlan
    thamrindahlan
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Tivibox
    Tivibox
  • djokoLodang
    djokoLodang
    • djokoLodang
      djokoLodang
  • Muh Nursalim
    Muh Nursalim
    • MZ ARIFIN
      MZ ARIFIN
  • Fiona Handoko
    Fiona Handoko
    • Muh Nursalim
      Muh Nursalim
    • Nimas Mumtazah
      Nimas Mumtazah
  • Lagarenze 1301
    Lagarenze 1301
  • Everyday Mandarin
    Everyday Mandarin
    • Wilwa
      Wilwa
    • Wilwa
      Wilwa
    • Wilwa
      Wilwa
    • Everyday Mandarin
      Everyday Mandarin
    • Wilwa
      Wilwa
  • Abi Niam
    Abi Niam
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • Abi Niam
      Abi Niam
  • Muh Nursalim
    Muh Nursalim
  • siti asiyah
    siti asiyah
  • siti asiyah
    siti asiyah
  • Johannes Kitono
    Johannes Kitono
    • kambing hitam
      kambing hitam
    • MZ ARIFIN
      MZ ARIFIN
  • Mirza Mirwan
    Mirza Mirwan
    • Mirza Mirwan
      Mirza Mirwan
  • Mbah Mars
    Mbah Mars
    • Jo Neca
      Jo Neca
    • Nimas Mumtazah
      Nimas Mumtazah
  • Achmad Faisol
    Achmad Faisol
  • Duwi Setiyo Utomo Samaan Widjojo Koesumo
    Duwi Setiyo Utomo Samaan Widjojo Koesumo
  • # Darko
    # Darko
  • Ulil Abshor
    Ulil Abshor
  • Achmad Faisol
    Achmad Faisol
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
    • Achmad Faisol
      Achmad Faisol
    • Wilwa
      Wilwa
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Wilwa
      Wilwa
    • Wilwa
      Wilwa
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • Lagarenze 1301
    Lagarenze 1301
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
  • Kang Sabarikhlas
    Kang Sabarikhlas
  • Mirza Mirwan
    Mirza Mirwan
    • Mirza Mirwan
      Mirza Mirwan
  • Lagarenze 1301
    Lagarenze 1301
    • Wilwa
      Wilwa
  • Juve Zhang
    Juve Zhang
    • Juve Zhang
      Juve Zhang
  • DeniK
    DeniK
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    • Wilwa
      Wilwa
  • Leong Putu
    Leong Putu
    • Lagarenze 1301
      Lagarenze 1301
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • MZ ARIFIN
      MZ ARIFIN
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
    • Leong Putu
      Leong Putu
  • Fauzan Samsuri
    Fauzan Samsuri
    • Nimas Mumtazah
      Nimas Mumtazah
  • Achmad Faisol
    Achmad Faisol
  • Duwi eko Setiyo gomo
    Duwi eko Setiyo gomo
    • Leong Putu
      Leong Putu
    • MULIYANTO KRISTA
      MULIYANTO KRISTA
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • Lègég Sunda
    Lègég Sunda
  • Edi Sampana
    Edi Sampana
  • dabudiarto71
    dabudiarto71
    • Duwi eko Setiyo gomo
      Duwi eko Setiyo gomo
  • bitrik sulaiman
    bitrik sulaiman
  • Jo Neca
    Jo Neca
    • Jo Neca
      Jo Neca
    • Azza Lutfi
      Azza Lutfi
    • Mbah Mars
      Mbah Mars
  • djokoLodang
    djokoLodang
  • Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
    Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
  • MZ ARIFIN
    MZ ARIFIN
    • MZ ARIFIN
      MZ ARIFIN
    • Duwi eko Setiyo gomo
      Duwi eko Setiyo gomo
    • MZ ARIFIN
      MZ ARIFIN
    • MZ ARIFIN
      MZ ARIFIN
    • MZ ARIFIN
      MZ ARIFIN