bannerdiswayaward

BMKG Peringatkan Cuaca Masih Ekstrem, Operator Transportasi Diminta Waspada dan Patuhi Informasi Cuaca

BMKG Peringatkan Cuaca Masih Ekstrem, Operator Transportasi Diminta Waspada dan Patuhi Informasi Cuaca

BMKG imbau masyarakat waspada cuaca ekstrem yang belakangan ini kerap terjadi dan menghambat aktifitas masyarakat di musil liburan sekolah atau hihg season.--freepik.com

Data BMKG menunjukkan bahwa hujan dengan kategori atas normal tercatat di sekitar 53 persen wilayah Indonesia, terutama di Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, sebagian Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

"Cuaca ekstrem juga masih berlangsung hingga awal Juli, seperti yang tercatat pada 2 Juli 2025, ketika Stasiun Geofisika Deli Serdang mencatat curah hujan ekstrem sebesar 142 mm, dan Stasiun Meteorologi Rendani Papua Barat sebesar 103 mm," papar Dwikorita.

Penyebab Cuaca ekstrem di Indonesia Saat ini

Lebih lanjut, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa dinamika atmosfer yang memicu terjadinya cuaca ekstrem saat ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik skala global maupun regional.

Meski fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) sedang berada dalam fase kurang aktif, kondisi atmosfer tetap menunjukkan ketidakstabilan yang tinggi. 

BACA JUGA:Cuaca Panas tapi Kok Hujan? BMKG Minta Waspadai Fenomena Kemarau Basah

Hal ini disebabkan oleh lemahnya hembusan Monsun Australia serta aktifnya gelombang ekuator seperti Rossby dan Kelvin yang turut memicu peningkatan potensi cuaca ekstrem.

"Hal ini menyebabkan udara di wilayah selatan Indonesia tetap lembap dan mendukung pembentukan awan hujan, bahkan di wilayah-wilayah yang secara klimatologis seharusnya sudah memasuki musim kemarau," jelas Guswanto.

Menurut Guswanto, kondisi laut juga turut memperparah potensi cuaca ekstrem. Bibit siklon tropis 98W yang terpantau di sekitar Luzon memang tidak berdampak langsung ke Indonesia, namun menyebabkan peningkatan kecepatan angin di Laut Cina Selatan. 

Sementara itu, sirkulasi siklonik di Samudra Hindia barat Sumatera dan Samudera Pasifik utara Papua Nugini menciptakan zona konvergensi dan konfluensi di beberapa perairan Indonesia, seperti Laut Jawa, Laut Flores, dan wilayah Maluku bagian utara. 

BACA JUGA:Gempa Bogor M 4,1, BMKG Pastikan Belum Ada Gempa Susulan

"Fenomena ini meningkatkan risiko gelombang tinggi dan hujan lebat di perairan terbuka. Kondisi ini perlu menjadi perhatian serius bagi sektor pelayaran dan nelayan," tegasnya.

Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menambahkan bahwa prakiraan cuaca mingguan periode 4–10 Juli 2025 menunjukkan potensi hujan lebat masih tinggi di berbagai wilayah. 

Dalam periode 4–6 Juli, wilayah yang perlu diwaspadai antara lain Sulawesi Barat, Maluku, dan Papua Selatan untuk kategori siaga hujan lebat. 

Sementara angin kencang berpotensi terjadi di Kepulauan Riau, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, dan beberapa wilayah di Sulawesi dan Papua. 

BACA JUGA:BMKG Ungkap Penyebab Gempa Bogor M 4,1, Cek Update Dampak Kerusakannya

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads