Pabrik Baterai EV Dibangun, Siapa Diuntungkan?
Ilustrasi industri baterai EV untuk memenuhi elektrifikasi transportasi di tanah air. -dhimas fin-
Pembangunan pabrik baterai EV terbesar Asia di Karawang telah diresmikan Presiden Prabowo Subianto. Apa dampaknya pada harga mobil listrik, TKDN dan lingkungan? Siapa saja yang benar-benar diuntungkan dari revolusi hijau ini?
INDONESIA tengah bergegas menuju era elektrifikasi transportasi massal. Sebuah tonggak sejarah baru saja ditorehkan pada 29 Juni 2025 lalu.
Presiden Prabowo Subianto secara langsung meresmikan groundbreaking proyek pabrik baterai kendaraan listrik terbesar di Asia. Pabrik ini disebut terintegrasi dari hulu ke hilir.
Megaproyek ini berlokasi strategis di Artha Industrial Hill (AIH) & Karawang New Industri City (KNIC), Karawang, Jawa Barat.
Dengan kapasitas produksi mencapai 15 Giga Watt Hour (GWh), pabrik ini bakal menjadi tulang punggung ambisi Indonesia menjadi pemain utama dalam ekosistem kendaraan listrik global.
Langkah monumental ini diharapkan menjadi fondasi kokoh bagi ekosistem kendaraan listrik di Tanah Air. Memulai langkah strategis sebagai pemain kunci dalam industri mobil listrik dunia. Juga, semangat untuk keluar dari bayang-bayang sebagai negara pengekspor bahan mentah.
Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara, mengapresiasi pembangunan pabrik bernilai investasi mencapai Rp100 triliun itu.
Pabrik digarap konsorsium PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM), Indonesia Battery Corporation (IBC), serta perusahaan joint venture asal Tiongkok (CATL, Brunp dan Lygendini).
Hadirnya pabrik baterai adalah upaya membangun ekosistem Kendaraan Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).
"Karena baterai merupakan salah satu komponen utama dari electric vehicles," ujar Kukuh kepada Disway kepada 8 Juli 2025.
Menurut Kukuh, memiliki pabrik baterai di dalam negeri berarti Indonesia akan memproses sendiri bahan baku menjadi baterai siap pakai. Yakni memanfaatkan kekayaan nikelnya.
"Jadi kita senang kalau kemudian ada salah satu ekosistemnya mulai dibangun lagi kan. Karena kita punya bahan bakunya, raw materialnya. Kemudian diproses agar bisa menjadi baterai electric vehicle yang siap dipakai oleh pabrikan kendaraan bermotor listrik," tambahnya.
Namun, di balik optimisme ini, tersimpan berbagai tantangan. Kukuh Kumara juga menyoroti "PR" bagi pemerintah untuk menetapkan spesifikasi baterai.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
