bannerdiswayaward

BMKG Tegaskan Kewaspadaan Ekstra, OMC Tak Efektif saat Awan Tak Terbentuk

BMKG Tegaskan Kewaspadaan Ekstra, OMC Tak Efektif saat Awan Tak Terbentuk

BMKG Tegaskan Kewaspadaan Ekstra, OMC Tak Efektif saat Awan Tak Terbentuk.-Dok. BMKG-

BMKG mencatat periode akhir Juli hingga awal Agustus adalah ase kritis yang perlu mendapatkan perhatian ekstra, khususnya di wilayah Sumatera dan Kalimantan.

Prediksi cuaca menunjukkan potensi pertumbuhan awan di wilayah Sumatera diperkirakan cukup tinggi pada 29–31 Juli, menurun sementara di awal Agustus, lalu kembali meningkat pada 3–4 Agustus.

Di Kalimantan, pertumbuhan awan masih berada pada tingkat sedang hingga 30 Juli, namun diperkirakan meningkat mulai 31 Juli dan mencapai puncaknya pada 3–4 Agustus.

Saat potensi awan hujan rendah sementara indeks Fire Danger Rating System (FDRS) tinggi, seluruh pihak di daerah perlu mengaktifkan kewaspadaan darat secara maksimal, termasuk pemetaan area rawan, mobilisasi sumber daya pengendalian, serta upaya pencegahan kebakaran sejak dini.

BACA JUGA:BMKG Imbau Masyarakat Waspada Cuaca Ekstrem Seminggu ke Depan

"Untuk mendukung upaya mitigasi, BMKG bersama BNPB, TNI AU, yang didukung Pemerintah Provinsi, telah melaksanakan OMC di sejumlah provinsi prioritas rawan karhutla, seperti Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, dan Kalimantan Barat. Rata-rata efektivitas penyemaian hujan di wilayah-wilayah tersebut mencapai tingkat keberhasilan 85 hingga 100 persen, dengan akumulasi curah hujan mencapai lebih dari 586 juta meter kubik," terang Dwikorita.

Ia juga menegaskan bahwa keberhasilan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) sangat bergantung pada kondisi atmosfer yang mendukung.

Oleh karena itu, pemerintah daerah bersama seluruh elemen penanganan karhutla perlu melakukan pemetaan rinci terhadap titik-titik rawan, menyusun kalender periode kritis berdasarkan kondisi lokal, serta menyiapkan berbagai skenario intervensi baik yang berbasis cuaca (OMC dan TMC) maupun non-cuaca seperti patroli darat, edukasi masyarakat, hingga pelarangan pembakaran lahan.

BACA JUGA:BMKG dan BNPB Gencarkan Modifikasi Cuaca 24 Jam Nonstop demi Kurangi Risiko Bencana di Jabodetabek

"Ketika awan tidak terbentuk, maka penyemaian atau OMC tidak bisa dilakukan. Oleh karena itu, strategi pengendalian karhutla tidak boleh terpaku pada pendekatan tunggal dan harus berlapis," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads