Film Animasi Merah Putih: One for All Banjir Kritik, Hanung Bramantyo Pasang Badan!

Film Animasi Merah Putih: One for All Banjir Kritik, Hanung Bramantyo Pasang Badan!

Suami dari Zaskia Adya Mecca itu pasang badan membela para kreator film, namun menyentil pihak yang memberikan proyek tersebut.-Istimewa-

BACA JUGA:Pemprov DKI Bangun Taman Bendera Pusaka, Ikon Baru Jakarta

BACA JUGA:Netanyahu Klaim Israel Kalah Perang Propaganda, Salahkan Bot dan Algoritma Media Sosial

Merespons kritik ini, produser film, Toto Soegriwo, sempat membalas dengan sindiran di media sosial.

"Senyumin aja. Komentator lebih pandai dari pemain. Banyak yang mengambil manfaat juga kan? Postingan kalian jadi viral kan?" tulisnya, yang justru semakin memicu kemarahan publik.

Hanung Bramantyo Pasang Badan: Ini Bukan Salah Kreatornya

Di tengah gelombang kritik yang semakin kencang, Hanung Bramantyo memberikan pandangannya melalui akun media sosialnya. 

Suami dari Zaskia Adya Mecca itu pasang badan membela para kreator film, namun menyentil pihak yang memberikan proyek tersebut.

"Saya yakin ini bukan salah kreatornya. Tapi salah yang ngasih proyek," tulis Hanung Bramantyo di akun X pribadinya, Minggu 10 Agustus 2025.

BACA JUGA:Syarat Nomor WA Kamu Terima Saldo DANA Gratis Rp118.000, Bisa Klaim ke Dompet Digital

BACA JUGA:Ganjil Genap Jakarta 18 Agustus 2025 saat Cuti Bersama HUT ke-80 RI Ditiadakan, Pengendara Bebas Melintas

Hanung kemudian menjelaskan bahwa pembuatan film animasi berkualitas tinggi membutuhkan biaya dan waktu yang tidak sedikit. 

Hanung menyebutkan bahwa anggaran minimal untuk film animasi yang bagus adalah sekitar Rp30-40 miliar di luar biaya promosi, dengan pengerjaan selama 4-5 tahun.

Menurutnya, anggaran sebesar Rp6,7 miliar hanya cukup untuk tahap awal produksi (previs) saja.

"Kalo itu yang ditayangkan, sudah pasti penonton akan resisten. Ibarat membangun rumah, belom dipelur semen dan lantainya masih cor-coran kasar," tuturnya.

Pernyataan Hanung ini seakan membuka tabir di balik layar industri film animasi di Indonesia, di mana seringkali ekspektasi tidak sejalan dengan realitas biaya dan waktu produksi.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads